"Apapun
juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk
Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kolose 3:23)
Secara umum, apa artinya melayani?
Biasanya,
orang Kristen beranggapan bahwa melayani berarti terlibat aktif di
gereja atau melakukan tindakan-tindakan sosial kemasyarakatan. Namun,
makna sejati dari melayani bukanlah tindakan, namun juga soal hati.
Ketika
kita memutuskan untuk menjadi guru sekolah minggu, dengan tujuan agar
keinginan dan ide-ide kita dituruti, itu bukan melayani, tetapi
berdagang. Atau, kita berharap mendapatkan fasilitas, kemudahan, atau
bantuan materi dari gereja. Itu namanya bukan melayani, tetapi bekerja.
Bisa juga kita menjadi guru sekolah minggu untuk mendapatkan pujian
manusia dan menarik perhatian orang lain. Itu namanya kampanye, bukan
melayani. Melayani sebagai guru sekolah minggu bukan hanya soal
perbuatan yang terlihat, namun juga soal hati. Apakah
perbuatan-perbuatan tersebut dilandasi oleh semangat seorang pelayan.
Bagaimanakah seorang pelayan dapat memiliki semangat melayani yang sejati itu?
1. Melakukan semampunya bukan semaunya.
Apa
pun yang menjadi tugas dan bagian kita, lakukanlah dengan
sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya. Tidak asal-asalan atau
setengah-setengah. Bukan menyisakan, tetapi menyisihkan. Artinya, tidak
memberikan sisa-sisa waktu, tenaga, materi, dan sebagainya. Yang harus
kita lakukan adalah menyisihkan sesuatu sebelum diberikan. Berarti
dengan sengaja memberikan semua hal yang diperlukan untuk pelayanan.
Seorang
pelayan pun harus selalu berkonsentrasi pada tugasnya. Ia tidak
memusingkan hasil seperti yang diharapkan manusia. Dia fokus untuk
melakukan yang terbaik dengan seluruh kemampuannya untuk Tuhan.
2. Memberi bukan menerima.
Seorang
pelayan sejati melakukan sesuatu yang baik tanpa harapan mendapat
balasan apa pun untuk diri sendiri. Motivasinya hanya memberi. Seorang
pelayan tidak akan bertanya, "Apa yang akan saya dapatkan?" Sebaliknya,
dia akan bertanya, "Apa yang dapat saya berikan?" Jika tidak memperoleh
apa-apa dari pelayanannya, dia tidak akan undur, patah semangat, atau
sakit hati. Jika pelayanan kita didasari pada harapan mendapat kepuasan
dan kesenangan, itu artinya kita tidak sedang melayani, tetapi sedang
dilayani.
3. Tidak mengedepankan keinginan pribadi.
Dalam
melayani, jangan memilih-milih tugas atau tempat pelayanan. Lakukan
semua tugas pelayanan dengan sukacita, tidak terpaksa, tidak
bersungut-sungut, dan tidak asal-asalan. Jika kita hanya mau melakukan
pelayanan yang kita suka, bisa jadi kita sedang melayani diri sendiri,
bukan melayani Tuhan. Dalam pelayanan, mungkin saja kita menghadapi
situasi ini: melakukan tugas yang tidak kita sukai. Namun, jangan takut
untuk melangkah. Ingatlah dua hal berikut ini.
a. Yakinlah bahwa
Tuhan yang memanggil kita untuk melakukan sebuah tugas. Pasti Dia yang
akan memperlengkapi kita dengan segala sesuatu yang kita perlukan, agar
dapat mengerjakan tugas yang Dia percayakan kepada kita. Sediakan diri
kita untuk Tuhan, dan yakinlah bahwa Tuhan tidak memanggil kita dengan
sembarangan. Dia sudah mempertimbangkan segala sesuatunya.
b.
Ingatlah bahwa kesukaan pelayanan bukan terletak pada mengerjakan
tugas-tugas yang kita sukai, tetapi justru ketika kita bisa menyukai apa
yang seharusnya kita lakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar