1. Mengembangkan Lingkungan yang Mendukung.
Hal
terbaik yang perlu dikembangkan dalam mendisiplin anak ialah menjaga
agar anak-anak kita tetap berkembang secara sehat. Selain itu, kita
mesti memanfaatkan setiap kesempatan untuk bisa mendorong mereka. Yang
dimaksud lingkungan yang mendukung ialah lingkungan di mana anak-anak
kita tahu mereka berharga di hadapan Allah dan di hadapan kita sebagai
orang tua; lingkungan di mana kita dapat memberi lebih banyak waktu
untuk membangun dan mendorong mereka, bukannya memarahi dan menyalahkan
mereka; lingkungan di mana kita menghargai mereka melalui cara kita
berbicara; lingkungan di mana kita mendorong mereka untuk melakukan hal
yang baik, dan bukannya membiarkan mereka tetap berperilaku buruk. Kita
harus lebih banyak memuji mereka atas tanggung jawab yang dilakukan,
daripada mengkritik dan mencela mereka karena gagal memenuhi harapan
kita; lingkungan di mana kita menanggapi kegembiraan sekaligus kesedihan
anak-anak kita.
2. Bersikaplah Terbuka Mengenai Kesalahan dan Kelemahan Anda.
Lingkungan
yang mendukung ialah lingkungan di mana ada pengertian saat kita
melakukan kesalahan. Sebenarnya, dalam lingkungan seperti itu anak bukan
hanya mengerti, tetapi mereka juga dapat belajar bahwa Allah dapat
memakai kegagalan mereka untuk menolong mereka bertumbuh. Mereka belajar
bahwa yang tertulis dalam Roma 8:28 memang benar. Mereka belajar bahwa
pertanyaan terbaik yang patut diucapkan setelah melakukan kesalahan
ialah, "Hikmah apa yang dapat saya petik dari hal ini?" Salah satu cara
terbaik untuk melakukan hal ini ialah dengan memperagakannya.
3. Siap Sedia.
Kunci
ini merupakan kunci paling sederhana di antara ketujuh kunci lainnya,
tetapi sekaligus yang tersulit. Kunci ini yang terpenting karena enam
langkah lainnya tergantung pada kunci ini. Lalu mengapa kunci ini
sederhana? Karena kunci ini tidak memerlukan bacaan atau pelatihan
tertentu. Yang perlu dilakukan hanyalah selalu siap sedia bagi
anak-anak. Siapa saja dapat melakukan.
Apa yang membuat hal ini
begitu sulit? Karena kita semua sibuk. Kita banyak membebani diri dengan
tuntutan dan tekanan dari diri sendiri maupun orang lain. Kita selalu
merasa bahwa masih ada yang harus dan ingin kita lakukan. Hanya sedikit
dari kita yang duduk tenang di penghujung hari dan berkata kita telah
menyelesaikan semua yang kita inginkan.
Di tengah berbagai
kesibukan, anak-anak dengan mudah dapat menjadi gangguan. Tentunya tidak
realistis bagi kita untuk selalu membatalkan semua kegiatan dan
memenuhi tuntutan anak-anak kita saja. Pada saat yang sama, kita perlu
memahami bahwa mereka tidak memiliki persepsi tentang waktu seperti
kita. Anak-anak hanya memiliki keterampilan abstraksi yang rendah dan
bagi sebagian besar mereka, masa sekarang ialah segalanya.
Kita
dapat selalu siap sedia bagi anak-anak melalui dua cara. Pertama, kita
dapat meluangkan waktu khusus bagi mereka, contohnya menyapa pada waktu
bangun pagi atau di kesempatan lain dan ada waktu untuk mengobrol.
Mungkin Anda juga dapat menemukan waktu-waktu tertentu di sepanjang
hari, di mana mereka bersikap lebih terbuka untuk mengobrol. Pada
saat-saat seperti ini, akan sangat bijaksana jika Anda "mengesampingkan"
jadwal Anda dan "secara kebetulan" siap untuk berbicara dan
mendengarkan pengalaman mereka di hari itu, membaca, bermain
bersama-sama mereka, atau berbagi pengalaman dengan mereka.
Kedua,
kita dapat mempelajari kiat-kiat "menciptakan" waktu pada saat
diperlukan. Kita dapat mengembangkan kemampuan untuk mencari "waktu
untuk dapat mengajar". Dalam Lukas 5:17-20, Kristus mengajar kelompok
orang Farisi dan ahli Taurat yang terkenal. Mereka datang dari jauh
untuk mendengar ajaran-Nya. Ketika Yesus sedang mengajar, ada
orang-orang yang membongkar atap rumah di atas kepala-Nya. Mereka tidak
hanya membongkar atap, tetapi juga menurunkan seorang lumpuh dalam
usungan dan meletakkannya di hadapan Yesus.
Meski kebanyakan di
antara kita melihatnya sebagai gangguan, tetapi Kristus melihatnya
sebagai kesempatan yang unik. Dia melihat adanya suatu kebutuhan. Dia
melihat iman mereka dan sudah pasti Dia menganggap hal itu lebih penting
daripada pembicaraan-Nya. Dengan segera Dia melihat peristiwa ini
sebagai momen yang dapat dipakai-Nya untuk mengajar. Dia betul-betul
memanfaatkannya.
Kita dapat meluangkan waktu untuk menolong
anak-anak menangani masalah. Kadang-kadang mereka ingin segera
mengatasinya. Kadang-kadang mereka perlu memikirkan dan membicarakannya
sebelum tidur. Anak-anak tidak selalu dapat melupakan pengalaman
emosional yang menyakitkan. Mereka perlu menyelesaikannya. Meskipun
demikian, mereka juga perlu belajar menyelesaikannya bersama seseorang
yang dapat menolong mereka "keluar dari permasalahan", sekalipun tidak
"menyelesaikan" masalah itu bagi mereka. Meskipun mencoba-coba, kita
sebagai orangtua dapat meluangkan waktu dan menyediakan tempat yang aman
bagi mereka untuk menyelesaikan masalah. Hanya dengan meluangkan waktu
bersama, kita akan dapat berkomunikasi, menyelesaikan konflik,
membangun, merawat, menyayangi, mengasihi, dan saling menguatkan.
4. Lihat, Dengar, Baru Berbicara.
Ketika
berbicara tentang komunikasi yang baik, kebanyakan dari kita telah
mengalami kemunduran. Kita cenderung terus berbicara, baru kemudian
melihat dan mendengar. Ketika kebanyakan orang berpikir mengenai
komunikasi, mereka cenderung menekankan aspek verbal. Bagi mereka,
komunikasi ialah kata-kata yang disampaikan seseorang kepada orang lain.
Banyak orang terkejut saat mempelajari bahwa untuk menyampaikan pesan
sebenarnya hanya diperlukan 7 persen kata-kata. Nada suara menyumbangkan
38 persen, dan faktor-faktor nonverbal lainnya 55 persen.
Saat
anak Anda berbicara, kita perlu mengembangkan kebiasaan mendengarkan
dengan penuh perhatian. Menjadi pendengar yang baik tidaklah mudah dan
tidak terbentuk dengan sendirinya. Alkitab berbicara banyak tentang
pentingnya mendengar. Amsal 18:13 mengatakan, "Jikalau seseorang memberi
jawab sebelum mendengar, itulah kebodohan dan kecelaannya." Kemudian
Yakobus 1:19, "Setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi
lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah."
Salah
satu keunikan Tuhan Yesus ialah bahwa Ia sungguh-sungguh memerhatikan
setiap pribadi. Bagi-Nya tidak ada orang yang dianggap terlalu rendah,
terlalu tua, terlalu muda, terlalu lambat, atau apa pun. Dia selalu
meluangkan waktu bersama mereka semua. Orang-orang biasa sudah cukup
menjadi alasan bagi-Nya untuk datang, mati, dan bangkit kembali. Jika
orang biasa saja penting bagi Yesus, tidakkah anak-anak kita semestinya
lebih penting bagi kita?
Anda dapat membuat anak-anak Anda tahu
bahwa Anda mengasihi mereka melalui sesuatu yang sederhana. Misalnya
lewat kontak mata, senyuman, anggukan kepala, atau kesediaan untuk
membiarkan mereka bebas berbicara. Kadang-kadang saat anak Anda ingin
mengungkapkan sesuatu, Anda sedang tidak punya waktu untuk mendengarkan.
Dengan jujur, katakan bahwa Anda bersedia mendengarkan, tetapi tidak
saat itu. Lalu berjanjilah untuk mendengarkannya lain waktu. Yang
penting, pastikan untuk memenuhi janji Anda.
Saat mendengarkan
anak Anda, jangan hanya mendengar kata-katanya. Belajarlah untuk membaca
bahasa nonverbal mereka. Perhatikan ekspresi wajah, postur, dan
gerak-gerik tubuh mereka. Selain itu, belajarlah menangkap makna di
balik nada suara anak. Adakah perubahan nada, kecepatan, susunan
kata-kata, dan volume suara? Ungkapkan interpretasi Anda kepadanya. Hal
ini akan membuatnya merasa dipahami dan menolong Anda menguji ketepatan
interpretasi Anda.
Jika Anda sudah terampil dalam melihat
perubahan raut wajah anak Anda dan mendengarkannya, Anda akan
memahaminya dengan lebih baik. Anda akan lebih dapat menyadari adanya
sesuatu yang tidak beres. Jika kita bersedia mendengarkan anak-anak dan
membiarkan mereka menumpahkan emosi-emosi yang negatif, menyakitkan, dan
membingungkan, mereka akan lebih mudah menemukan perasaan-perasaan
positif dan menjadi lebih terbuka untuk mendengar beberapa alternatif
pemecahan masalahnya.
5. Saat Anda Berbicara, Ajukan Pertanyaan.
Kunci
kelima untuk mengusahakan lingkungan yang sehat ialah mempelajari seni
mengajukan pertanyaan yang baik. "Ada dua macam pertanyaan: pertanyaan
tertutup dan pertanyaan terbuka. Pertanyaan tertutup ialah pertanyaan
yang dapat dijawab dengan satu kata seperti, "Apakah semuanya berjalan
baik hari ini?" Pertanyaan terbuka ialah pertanyaan yang membutuhkan
jawaban lebih dari satu kata, misalnya, "Apa yang paling membuatmu
senang hari ini?" Akan lebih baik bila kita mengajukan beberapa
pertanyaan terbuka daripada pertanyaan tertutup.
Selain itu,
penggunaan waktu yang tepat juga penting. Jika memungkinkan, pilihlah
waktu ketika Anda dan anak-anak tidak dalam kondisi tergesa-gesa. Jika
Anda selalu menyelesaikan ucapan-ucapan anak Anda, atau hanya menjawab,
"ya, aku mengerti" atau "cukup", tampaknya Anda telah salah memilih
waktu.
Saat mengajukan pertanyaan, pastikan untuk memberi cukup
waktu kepada anak Anda untuk menjawabnya. Jika Anda mengajukan
pertanyaan dan menuntut jawaban secepatnya, hal itu dapat menekan anak
Anda dan memberi kesan keliru. Meskipun Anda bermaksud mengatakan,
"Engkau penting bagiku," kesan yang mereka terima dapat menjadi, "Apa
yang kau katakan penting jika kau katakan dengan cepat. Ada hal-hal
penting lain yang harus saya lakukan."
Ketika anak Anda menjawab
pertanyaan, dengarkan apa yang dikatakannya dan bagaimana ia
mengatakannya dengan penuh perhatian, karena isi maupun nada suara dalam
jawabannya sama pentingnya. Jika ia menjawab dengan bersemangat atau
jika ia menambahkan keterangan-keterangan lain, berarti Anda sudah
menemukan kuncinya. Daripada mengajukan pertanyaan yang hebat, ajukan
pertanyaan seputar topik yang penting baginya, atau temukan waktu saat
ia bersedia mengobrol.
6. Izinkan Anak Anda Mengekspresikan Emosinya.
Tedd
Tripp menulis bahwa komunikasi bukan sekadar mendisiplin, tetapi juga
memuridkan. Komunikasi yang baik dapat menggembalakan anak-anak dalam
jalan Allah. Acap kali orang tua terlalu sibuk, sehingga tidak ada waktu
untuk berbicara, kecuali jika ada masalah. Kebiasaan berdiskusi bersama
akan membantu kita saat perlu berbicara dalam situasi tegang. Anda
tidak akan dapat meraih hati anak-anak Anda, jika Anda hanya berbicara
dengan mereka ketika ada masalah.
Karena kurangnya pendidikan
atau masuknya informasi yang keliru, kebanyakan di antara kita,
khususnya pria, diajar untuk tidak mengacuhkan saat merasakan sesuatu.
Ketika mengalami depresi, kita diajar bahwa itu hanyalah keputusan
biasa. Ketika merasa sedih, kita diajar untuk bergembira. Ketika marah,
kita diajar untuk bersikap tenang. Ketika merasa sakit hati, kita
diajari untuk menghadapinya dengan berani dan tersenyum.
Dr. Haim
G. Ginot mengatakan, "emosi adalah bagian dari sifat genetis yang
menurun". Pengajaran tentang emosi dapat menolong anak-anak untuk
menyadari apa yang mereka rasakan dan kapan mereka merasakannya. Menurut
Dr.Ginot, "Lebih penting bagi seorang anak untuk mengenal apa yang
dirasakannya daripada menyadari alasan ia merasakannya. Ketika ia
mengenal apa yang dirasakan dengan jelas, besar kemungkinan ia tidak
akan merasakan 'kekacauan' dalam batinnya". Agar anak dapat memiliki
dasar yang kuat bagi kehidupan emosi mereka di kemudian hari, mereka
perlu dikuatkan untuk mengalami dan mengekspresikan berbagai emosi.
Pengalaman emosi mereka seharusnya tidak dibatasi pada emosi yang
menyenangkan saja. Jika mereka hanya diizinkan untuk mengalami satu sisi
emosinya, mereka akan memiliki kesadaran yang terbatas tentang Allah
yang menciptakan mereka dan perspektif yang keliru tentang orang lain.
Kemampuan mereka untuk menarik hikmah dari emosi sangat terbatas, dan
mereka akan lebih menjadi lebih mudah dikuasai oleh emosi mereka
sendiri.
Anak-anak juga perlu didorong untuk mengalami
kegembiraan dan kesedihan, harapan dan ketakutan, sukacita dan depresi,
kecemburuan dan belas kasihan. Proses belajar yang sejati tidak terjadi
dalam lingkup emosi yang terbatas, tetapi dalam emosi yang menyenangkan
dan juga menyakitkan. Pernyataan yang menyebutkan bahwa kita diciptakan
segambar dengan Allah juga mengandung arti bahwa kita memiliki emosi.
Orang tua yang baik akan mengizinkan anak-anaknya mengekspresikan
berbagai emosi dengan cara yang tepat. Hal yang perlu diperhatikan orang
tua dalam hal emosi adalah gambaran wajahnya. Perhatikanlah stres
emosional yang memengaruhi mereka. Jika memungkinkan doronglah anak Anda
untuk menceritakan semua kekhawatiran dan perasaan mereka. Doronglah
mereka untuk menceritakan apa pun yang mereka rasakan -- positif atau
negatif, menyenangkan atau menyakitkan. Jika mereka sulit untuk terbuka,
Anda dapat memulainya dengan menceritakan perasaan Anda sendiri.
7. Memahami Bahwa Hal-hal yang Diperlukan untuk Sukses Dalam Berbisnis dan Mengasuh Anak Tidaklah Sama.
Kunci
keberhasilan di kantor mestinya juga dapat dipakai di rumah.
Bagaimanapun juga, sudah semestinya orang tua mempersiapkan anak untuk
menghadapi dunia "nyata".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar