Minggu, 25 November 2012

Bila Tuhan Tidak Mengaruniai Anak

Tidak dapat dimungkiri bahwa kehadiran seorang anak sangat dinanti oleh semua pasangan. Bagi kebanyakan orang, rumah tangga seolah belum lengkap tanpa kehadiran seorang anak. Bukan perkara mudah bagi pasangan tanpa anak untuk hidup dalam anggapan-anggapan tersebut. Lalu, apakah yang harus dilakukan oleh pasangan yang tidak dikaruniai anak? Mungkinkah mereka bisa menjalani kehidupan pernikahan dengan bahagia? Belajar dari beberapa tokoh Alkitab akan sangat membantu untuk menghadapi situasi ini. Meski tanpa kehadiran seorang anak, percayalah bahwa Allah tetap memberikan sukacita dalam kehidupan pernikahan Anda. Semoga artikel dan tip yang kami sajikan dalam edisi ini, bermanfaat bagi Anda atau konseli yang Anda layani.

SUAMI ISTRI YANG TIDAK MEMUNYAI ANAK

Kisah Rahel dan Lea melukiskan betapa pentingnya bagi seorang wanita untuk melahirkan anak laki-laki untuk suaminya (Kejadian 30:1-24).

Banyak pasangan suami istri Israel yang tidak dapat melahirkan anak. Saat ini, kita sudah dapat mengetahui bahwa pasangan yang tidak dikaruniai anak bisa diakibatkan karena kemandulan suami atau istri. Akan tetapi, dunia pada zaman dahulu hanya menyalahkan istri berkaitan dengan masalah ini (kecuali Ulangan 7:14).

Seruan Rahel, "Berikanlah kepadaku anak; kalau tidak, aku akan mati." (Kejadian 30:1), menggambarkan perasaan setiap istri. Dan sudah pasti banyak suami yang merasa risau akan menyetujui jawaban Yakub, "Akukah pengganti Allah, yang telah menghalangi engkau mengandung?" (Kejadian 30:2)

Kemandulan bukan hanya masalah fisik atau sosial. Berbagai arti yang dalam secara rohani juga dikaitkan dengan masalah ini. Musa menjanjikan kepada umat Israel bahwa apabila mereka menaati Tuhan, berkat akan menyusul, "Engkau akan diberkati lebih daripada segala bangsa: tidak akan ada laki-laki atau perempuan yang mandul di antaramu, ataupun di antara hewanmu." (Ulangan 7:14) Oleh sebab itu, kemandulan dianggap sebagai akibat dari ketidaktaatan kepada Allah. Gagasan ini terlihat sepanjang sejarah Israel. Misalnya, Abraham secara terus terang menyatakan kepada Abimelekh bahwa Sara adalah saudara perempuannya. Akan tetapi, Allah menyatakan kepada Abimelekh dalam sebuah mimpi bahwa Sara sudah menikah. Ketika raja mengembalikan Sara kepada suaminya, Abraham memohon kepada Allah untuk mengaruniai anak-anak kepadanya sebagai ganjaran. "Sebab tadinya Tuhan telah menutup kandungan setiap perempuan di istana Abimelekh karena Sara, istri Abraham itu." (Kejadian 20:18) Bagian Alkitab ini menggambarkan kemandulan yang hanya bertahan selama waktu yang singkat. Akan tetapi, keadaan ini bisa bersifat permanen (bdg. Imamat 20:20-21). Akan tetapi, entah itu bersifat sementara atau permanen, kemandulan dianggap sebagai kutukan Allah.

Sulit bagi kita untuk membayangkan betapa menghancurkannya semua kejadian ini bagi wanita yang tidak dapat melahirkan anak. Secara rohani ia bingung, secara sosial ia malu, dan secara psikologis ia tertekan. Ia telah menikah dengan seorang pria yang ingin memunyai anak untuk menjamin kesinambungan garis keluarganya. Sang suami mungkin tetap mencintainya, tetapi si istri tetap tidak merasa terhibur olehnya (bdg. 1 Samuel 1:6-8).

Suami istri yang mandul menghabiskan banyak waktu untuk memeriksa kegagalan mereka pada masa lalu, untuk melihat apakah ada dosa yang tidak diakui. Melalui air matanya, si istri bertobat dari semua dosa yang diketahuinya dan si suami mempersembahkan korban yang patut untuk menutup dosa yang diperbuatnya "tidak dengan sengaja" (bdg. Imamat 4:2). Kemandulan menjadi pokok doa utama dari suami istri ini. Perhatikan bagaimana Ishak memohon kepada Tuhan untuk mengizinkan istrinya mengandung (Kejadian 25:21). Hana menangis tersedu-sedu di hadapan Tuhan dan berjanji jika Tuhan mengaruniai seorang anak laki-laki kepadanya, ia akan menyerahkan anak itu untuk melayani Tuhan (1 Samuel 1:11).

Ketika dosa dikesampingkan sebagai penyebab masalah itu, sang istri dengan leluasa dapat menanyakan tentang bermacam-macam obat. Para kerabat, teman, dan tetangganya mungkin menganjurkan supaya ia mencoba berbagai obat pekasih atau minuman pembangkit cinta berahi yang ternyata telah membantu mereka. Salah satu makanan semacam itu yang disebutkan dalam Alkitab adalah buah dudaim (Kejadian 30:14-16). Orang percaya bahwa tanaman dudaim dapat menghasilkan kesuburan; sering kali buahnya dipakai sebagai pemikat kasih. Rahel berharap buah itu dapat membantunya mengandung. Pada zaman para nabi, kaum wanita berusaha untuk mengatasi kemandulan dengan mencoba mengubah makanan mereka. Buah apel dan ikan dianggap dapat menjadikan orang kuat secara seksual, sehingga mendapat anak.

Berbagai penggalian di Israel belakangan ini, menemukan banyak arca kesuburan dari tanah liat. Arca-arca tersebut dipercaya membantu seorang wanita menjadi hamil oleh "daya sihir yang responsif". Tiap patung dibentuk seperti wanita hamil. Pada waktu wanita yang mandul itu memegang-megangnya dan menyimpannya di dekatnya, ia berharap bisa hamil. Wanita juga memakai jimat untuk menjamin kesuburan. Nabi Yeremia memerhatikan suatu kebiasaan kafir yang umum: Kaum wanita Yehuda meremas adonan, memberi korban curahan, dan membakar dupa kepada "ratu surga" untuk menjamin kesuburan (Yeremia 44:17-19; bdg. Yeremia 7:18). "Ratu" yang disebut dalam ayat-ayat ini mungkin Asytoret (Astarte), dewi asmara, kehamilan, dan kesuburan. Sudah tentu semua perbuatan takhayul ini adalah kekejian bagi Allah.

Bila semua pengobatan itu tidak berhasil, wanita itu dianggap mandul secara permanen. Dalam kondisi ini, sang suami mungkin akan mengambil tindakan drastis. Ia mungkin akan menikahi wanita lain atau mengambil seorang budak perempuan untuk melahirkan anak-anak dengan namanya. Itulah sebabnya, Sara memberikan hambanya, Hagar, kepada Abraham (Kejadian 16:2). Juga, Rahel meminta suaminya, Yakub, untuk mendapatkan anak dari budak perempuannya, Bilha (Kejadian 30:3).

Adopsi merupakan cara lain untuk mengatasi kemandulan seorang istri. Suami istri yang tidak memunyai anak dapat mengangkat seorang bayi/seorang dewasa sebagai anak. Eliezer dari Damsyik adalah seorang laki-laki dewasa, tetapi Abraham memberi tahu Allah bahwa ia akan menjadi ahli warisnya (Kejadian 15:2). Lempeng-lempeng tanah liat abad ke-15 sM yang ditemukan di Nuzi, menunjukkan bahwa Abraham sedang mengikuti perbuatan yang umum dalam kebudayaan Semit, meskipun hal ini sedikit sekali disebut dalam Alkitab. Adopsi menyelesaikan banyak masalah: Anak laki-laki yang diadopsi akan mengurus suami istri itu pada usia lanjut, memberikan pemakaman yang semestinya kepada mereka, dan mewarisi tanah milik keluarga itu. Akan tetapi, apabila suami istri itu mendapatkan seorang anak kandung setelah mereka mengadopsi anak, anak kandung itu akan menjadi ahli waris yang sah.

Perhatikan bahwa setelah anak Bilha dilahirkan, ia diletakkan dalam pangkuan Rahel. Perbuatan ini adalah bagian inti dari upacara adopsi. Bayi itu diadopsi oleh Rahel sebagai bayinya (bdg. Kejadian 30:3). Acuan-acuan lain tentang adopsi: putri Firaun mengadopsi Musa (Keluaran 2: 10 - Mesir) dan Mordekhai mengadopsi Ester (Ester 2:7, 15 - Persia).

Apabila seorang wanita menjadi hamil setelah menunggu selama bertahun-tahun, ia menjadi wanita yang paling bahagia di desanya. Dan, akan terjadi sukacita besar ketika bayinya lahir. Kita melihat hal ini dalam kisah Elisabet, ibu Yohanes Pembaptis. Lukas menulis, "Ketika tetangga-tetangganya serta sanak saudaranya mendengar bahwa Tuhan telah menunjukkan rahmat-Nya yang begitu besar kepadanya, bersukacitalah mereka bersama-sama dengan dia." (Lukas 1:58) Ketika akhirnya Rahel mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, ia berseru, "Allah telah menghapuskan aibku." (Kejadian 30:23) Karena berharap bahwa anak ini tidak akan menjadi anak tunggal, ia menamai dia Yusuf yang berarti "Ia menambah," sambil berkata, "Mudah-mudahan Tuhan menambah seorang anak laki-laki lagi bagiku." (Kejadian 30:24)

Sumber: Ensiklopedi Fakta Alkitab - Bible Almanac

ADOPSI ANAK DAN DAMPAKNYA

Adopsi sering kali menjadi solusi akhir bagi pasangan yang tidak dikaruniai anak. Sedikit banyak, pilihan ini dapat mengobati luka yang ditimbulkan oleh ketidakhadiran seorang anak dalam keluarga. Namun sayang, beberapa pasangan yang mengambil keputusan ini melupakan "kejutan-kejutan" yang mungkin akan ditimbulkan oleh seorang anak adopsi saat mereka beranjak remaja, yaitu ketika mereka mempertanyakan semua hal yang berkaitan dengan asal-usul dan jati diri mereka yang sebenarnya. Oleh sebab itu, orang tua perlu mempersiapkan ruang untuk menghadapi kemungkinan ini. Sajian kami kali ini menghadirkan artikel terkait dengan pilihan mengadopsi anak dan dampaknya serta masalah-masalah anak adopsi, jawaban atas pertanyaan mengenai bagaimana memperlakukan anak adopsi, dan ulasan buku karya Larry Richards. Selamat membaca, Tuhan Yesus memberkati.

Agar orang tua dan anak adopsi tetap aman dan nyaman dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan orang, beberapa ahli menyarankan orang tua untuk menjelaskan status anak adopsinya. Selain itu, memberikan penjelasan terhadap pertanyaan-pertanyaan anak tentang asal anak, kelahirannya, proses reproduksi, dan adopsinya juga dapat menjawab rasa ingin tahu anak. Cobalah untuk menggali apa yang dipikirkan anak dan apa yang ingin diketahuinya, tetapi jangan membanjiri mereka dengan informasi. Berilah jawaban secukupnya.

Berikut adalah masa perkembangan anak dan masalah yang dihadapi sesuai usianya, menurut Ronny Diamond, Direktur Spence Chapin Adoption Resource Center.

1. Kanak-Kanak (1 -- 4 tahun)

Pada masa kanak-kanak, anak-anak adalah pemikir pemula dan daya tangkapnya masih sangat harfiah. Mereka belum mampu berpikir logis dan memahami hubungan sebab akibat. Mereka masih egosentris, melihat sesuatu hanya berdasarkan sudut pandangnya sendiri. Namun, inilah saat yang tepat untuk menceritakan tentang adopsi, tentang keberadaannya sebagai pusat perhatian, dan juga menceritakan bagaimana mereka dapat masuk dalam keluarga Anda. Meskipun arti adopsi belum sungguh-sungguh tertanam dalam usia ini, tetapi menceritakan tentang kebenaran statusnya tetap menjadi pilihan yang bijak.

Ceritakanlah bahwa anak adopsi dilahirkan dengan cara yang sama seperti anak-anak yang lain. Ia tumbuh dalam kandungan wanita lain, tetapi waktu itu wanita yang mengandungnya tidak siap atau tidak mampu untuk menjadi ibu. Anda sangat ingin menjadi orang tua, maka Anda mengadopsinya dan menjadikannya anak Anda selama-lamanya. Ceritakanlah juga saat-saat kelahirannya dan saat-saat mengadopsinya karena itu merupakan kejadian yang sangat mengagumkan. Tunjukkanlah padanya bahwa Anda sangat bahagia menanti kehadirannya di dalam keluarga Anda. Lakukanlah hal itu berulang-ulang karena anak pada masa ini memerlukan pengulangan cerita, untuk memahami konsep-konsep baru dan menyeluruh.

Pada tahap ini, jangan terlalu berharap anak dapat mengerti hanya dengan satu atau dua kali diskusi. Jalanilah setiap tahap karena perbincangan tentang adopsi adalah proses yang terus-menerus. Anda mungkin perlu mencontoh Mary Chavoustie (Chicken Soup in the Soul, Daily Inspirations for Women, 2005), yang rajin mencari informasi mengenai jawaban yang tepat bagi pertanyaan anak tentang statusnya yang disesuaikan dengan tahap perkembangan anak. Suatu malam, ketika Mary menyiapkan makan malam, anak adopsinya (3 tahun) memanggilnya sambil menahan tangis, "Mama, Sarah mengatakan kalau engkau bukan mamaku yang sebenarnya. Dia pasti salah. Bukankah begitu, Ma?" Mary berkata dengan pelan, "Sentuhlah tangan Mama. Apakah Mama nyata bagi kamu?" "Ya, Mama nyata!" kata si anak sambil tersenyum gembira. "Mama adalah Mamamu yang sesungguhnya, dan cinta Mama kepada kamu adalah sungguh-sungguh," kata Mary.

2. Anak-Anak Sekolah (5 -- 11 tahun)

Sekitar usia 6 atau 7 tahun, anak adopsi mulai dapat membedakan berbagai cara untuk membentuk sebuah keluarga. Dia dapat mengerti bahwa kebanyakan anak menjadi anggota dalam suatu keluarga karena dilahirkan dalam keluarga itu, dan beberapa anak menjadi anggota keluarga setelah dimasukkan ke dalam keluarga tersebut, inilah yang disebut adopsi. Di dalam benaknya, ada dua konsep yang jelas tentang orang tua -- yang melahirkan anak dan yang membesarkan anak.

Menurut penelitian David Brodzinsky, anak-anak usia 6 -- 8 tahun entah anak adopsi atau bukan, memiliki persamaan: cerdas, bahagia, populer, dan percaya diri. Akan tetapi, setelah mencapai usia 10 -- 12 tahun, anak adopsi mulai merasa "kehilangan" dan merasa berbeda dengan yang lain. Khususnya bagi anak adopsi yang berbeda warna kulit dengan orang tua angkatnya. Bahkan, dia lebih sering merasa marah dan sedih, serta semakin melihat ketidakpastian tentang dirinya sendiri.

Pada masa ini, anak adopsi mulai memahami lingkungan tempat mereka lahir dan tidak berniat untuk menjadi anak dari ibu biologisnya. Ada begitu banyak kata "mengapa" dalam benak si anak. Jika ibu biologisnya tidak memunyai uang yang cukup, MENGAPA ia tidak mencari pekerjaan? Jika ia berpikir bahwa anak tidak dapat diasuh dengan orang tua tunggal, MENGAPA ia tidak menikah? Jika ia tidak tahu cara menjadi seorang ibu, MENGAPA ia tidak minta seseorang untuk mengajarinya? Anak adopsi akan terus mencoba untuk mencari tahu alasan mengapa ibunya menyerahkannya ke panti asuhan atau orang tua angkatnya. Pada usia ini, anak merasa sedih karena ia tidak tahu siapa orang tua dan keluarganya yang sebenarnya. Di sisi lain, orang tua angkat mungkin juga bersedih karena ia tidak kunjung mendapatkan anak biologis.

Sebagai orang tua angkat, tolonglah anak untuk memahami kesedihan dan kebahagiaan sebagai hal yang wajar dalam kisah adopsinya. Dalam menanggapi perasaan ini, anak biasanya akan terbuka dan berbicara tentang perasaannya, menutupi dan menghindarinya, marah dan mengacau, dan berpikir bahwa adopsi bukanlah masalah besar. Maka dari itu, usahakanlah untuk tetap menjalin dialog terbuka dengan anak sehingga Anda mengerti seperti apa si anak melihat proses adopsi, dan Anda dapat memberi penjelasan lain jika anak memunyai konsep yang salah. Ingatlah bahwa pembahasan tentang adopsi akan terus berubah sesuai dengan tahap perkembangan fisik, emosi, dan kematangan intelektual anak. Bersabarlah!

3. Praremaja dan Remaja (12 -- 18 tahun)

Anak-anak praremaja dan remaja pada umumnya lebih suka menjaga jarak dengan orang tua dan mencoba mencari tahu identitas mereka secara mandiri. Nah, apabila anak tidak mendapatkan informasi yang cukup, orang tua perlu membantu anak remajanya untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap dan mengizinkan anak untuk bereksplorasi. Akan tetapi, eksplorasi terkadang bisa memunculkan konflik dalam keluarga. Maka dari itu, orang tua harus mengusahakan komunikasi yang terbuka -- menjelaskan tentang adopsi kepada anak sesuai dengan perkembangan usianya.

Yang terpenting adalah mendengarkan apa yang dikatakan anak, mengikuti perasaannya, dan selalu siap menolongnya ketika ia menghadapi tantangan. Proses membina hubungan yang menyenangkan dengan anak adopsi, sebaiknya Anda lakukan sejak anak tersebut hadir dalam kehidupan keluarga Anda. Selamat menikmati kebersamaan Anda dengan anak adopsi Anda. Tuhan Yesus memberkati.

Sumber:
Judul tabloid: Keluarga, Edisi 40, Tahun II -- 2008
Penulis: Dra. Srisiuni Sugoto, M.Si
Penerbit: PT. Anugerah Panca Media, Surabaya 2008
Halaman: 24

MENGENALKAN YESUS KRISTUS KEPADA ANAK

Salah satu tanggung jawab yang paling penting bagi orang tua Kristen, termasuk para pelayan anak adalah mengajar anak-anak tentang Yesus Kristus. Namun, banyak sekali anak yang bertumbuh dalam pengenalan akan Kristus melalui sumber-sumber yang tidak alkitabiah. Gambaran samar tentang Kristus yang terekam dalam ingatan mereka adalah cerita-cerita yang dangkal. Misalnya ketika Paskah tiba, yang nampak jelas dalam pikiran mereka adalah "telur", bukan Kristus yang sudah bangkit.

Bagaimana kita memberikan gambaran yang jelas tentang Yesus Kristus kepada anak-anak?

1. Bicaralah dengan anak Anda tentang Yesus.

"... haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu." (Ulangan 6:7-9)

Anak-anak mengumpulkan sejumlah besar hikmat dari mendengarkan pembicaraan orang tua atau guru-guru mereka. Semua percakapan dan perkataan Anda sehari-hari harus mengarah kepada Tuhan. Mengucap syukur kepada Tuhan tidak hanya dilakukan pada waktu makan saja, tetapi juga ketika Tuhan menjawab doa-doa Anda. Ucapkan secara spesifik ucapan syukur Anda kepada Tuhan Yesus tentang pemeliharaan-Nya. Berikan pujian kepada Tuhan ketika semuanya berjalan baik, bahkan lebih dari yang Anda harapkan. Dan, minta Tuhan Yesus menuntun Anda ketika menghadapi keputusan yang besar.

Membaca Alkitab secara teratur adalah cara yang efektif untuk berdiskusi tentang Kristus dengan anak. Sekarang ini, sudah banyak Alkitab untuk anak-anak, bahkan untuk balita, yang dapat menolong orang tua atau pelayan anak memulai diskusi dengan anak. Dengan membaca Alkitab bersama, secara pribadi Anda dapat mengatasi setiap pertanyaan yang anak lontarkan. Anda juga dapat memantau pertumbuhan rohani mereka. Gunakan setiap kesempatan untuk mengajarkan tentang Yesus Kristus kepada anak, dengan memahami setiap kisah kehidupan-Nya dalam Alkitab.

2. Hidupi prinsip-prinsip iman Anda setiap hari.

"Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Matius 5:16)

Hal ini penting bagi orang tua Kristen untuk melakukan apa yang mereka katakan. Ketika Anda membuat pernyataan tentang kebenaran Alkitab dan kebenaran Allah, anak-anak Anda akan menonton untuk melihat bagaimana Anda melakukan pelajaran tersebut. Secara duniawi, gambaran yang paling dekat tentang Bapa di Surga adalah ayah kita di rumah. Orang tua yang serupa dengan Kristus merupakan kesaksian terbaik yang dapat anak lihat dalam hidup orang tua mereka.

Ketika Anda memperlakukan orang lain dan anak-anak seperti cara Kristus memperlakukan mereka, maka rasa cinta dan hormat kepada Yesus Kristus akan menjadi prioritas utama dalam hidup anak-anak Anda. Jika anak-anak Anda melihat kasih Kristus menjadi teladan dalam rumahnya, mereka akan memiliki perspektif yang relevan untuk melihat kasih Kristus di Kalvari.

Bagian dari pemahaman kasih Kristus bagi umat manusia adalah dengan memahami kekuasaan-Nya. Ketika Anda menjadikan Kristus sebagai penguasa rumah tangga Anda, maka Anda dapat menunjukkan kepada anak Anda bagaimana Tuhan mengasihi mereka, dan Tuhan pun menuntut hal yang sama dari mereka.

3. Berdoalah dengan anak Anda.

"Tetaplah berdoa." (1 Tesalonika 5:17) Salah satu cara terbaik untuk mengajarkan tentang Yesus Kristus kepada anak adalah dengan mengajak mereka berdoa. Banyak orang dewasa saat ini belajar berdoa dengan berlutut dan mengucapkan doa yang sudah ditulis. Meskipun itu bukan hal yang salah, namun anak akan lebih dapat mengembangkan hubungan pribadinya dengan Tuhan jika diajar untuk berdoa dari hati mereka, bukan dari doa yang sudah ditulis.

Hubungan yang dalam bisa diperoleh ketika 2 orang membuka hati mereka dan saling menceritakan rahasia terdalam mereka. Ajar anak Anda untuk mencurahkan isi hati mereka kepada Tuhan sejak usia dini. Jika anak Anda dapat berbagi segala sesuatu tentang dirinya sendiri kepada Allah tanpa malu atau takut, Anda sedang membangun tingkat yang lebih tinggi lagi, dalam hal melangkah lebih jauh dalam membangun komponen penting hubungan anak Anda dengan Tuhan.

Dengan menceritakan tentang Yesus kepada anak Anda, menghidupi prinsip-prinsip iman Kristen, dan berdoa dengan anak-anak, Anda dapat mempersiapkan mereka untuk mendengar dan memahami kebenaran yang paling mendalam dalam hidup mereka. (t/Davida)

Diterjemahkan dan diringkas dari:
Judul asli artikel: How To Teach Children About Jesus
Penulis: Charles Stanley
Tanggal akses: 26 Oktober 2012

Kamis, 15 November 2012

MASA KANAK-KANAK YESUS

Untuk Diingat: Yesus adalah seorang anak yang baik. Dia taat kepada orang tuanya dan selalu mempelajari firman Tuhan.

Pelajaran: Baca Lukas 2:41-52

Yesus lahir ke dunia sebagai seorang bayi. Dia bertumbuh menjadi seorang anak. Sama seperti kamu dan saya. Jadi, Yesus juga mengerti bagaimana rasanya menjadi anak kecil. Dan, Yesus tidak menjalani hidup dengan mudah. Keluarga-Nya harus pindah ke Mesir karena Herodes ingin membunuh-Nya. Dia tinggal di sebuah negara asing untuk sementara waktu. Dari Mesir, Dia pindah lagi ke Galilea, di sebuah kota bernama Nazaret. Kota itu bukanlah tempat favorit untuk hidup. Orang-orang Yahudi dipandang rendah orang Nazaret. Orang Nazaret dianggap sebagai orang miskin dan bukan orang Yahudi murni. Ayah Yesus adalah seorang tukang kayu. Keluarganya tidak kaya. Dia memiliki adik-adik. Sepupunya kemudian menjadi terkenal sebagai nabi yang aneh, yaitu Yohanes Pembaptis. Dan, tidak semua orang mengerti siapa Yesus itu, bahwa Dia adalah Anak Allah. Hanya beberapa orang yang mengenal-Nya.

Lukas 2:40: "Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya."

Apakah arti ayat di atas? Mental dan iman Yesus semakin bertambah kuat. Yesus juga menjadi penuh hikmat (bijaksana). Kasih karunia Allah ada pada-Nya berarti Allah senang dengan Yesus karena ketaatan-Nya.

Benar atau Salah:

1. Yesus datang ke dunia sebagai orang yang sudah dewasa.
2. Yesus tidak pernah hidup susah waktu kecil karena orang tuanya kaya.
3. Yesus adalah anak yang baik yang suka melakukan hal-hal yang benar.
4. Yesus tahu rasanya menjadi seorang anak kecil.

Lagu: Anak-Anak Kecil Tuhan Cinta

Setiap tahun, keluarga Yesus pergi ke Yerusalem untuk beribadah di Bait Allah, seperti yang diperintahkan Allah kepada semua orang Yahudi. Ketika Yesus berusia 12 tahun, keluarganya melakukan perjalanan, dan sedang dalam perjalanan kembali ke Galilea, mereka menyadari Dia tidak bersama mereka! Mereka kembali ke Yerusalem dan mencari-Nya selama 3 hari! Dapatkah kamu membayangkan betapa paniknya orang tua Yesus? Yerusalem adalah sebuah kota besar. Dapatkah kamu menebak di mana mereka akhirnya menemukan Yesus? Dalam Bait Allah. Dia belajar dengan ahli-ahli Taurat dan imam di sana. Yesus mengajukan pertanyaan, dan mendengarkan, dan menjawab pertanyaan itu sendiri.

Alkitab berkata dalam Lukas 2:46-47 bahwa Yesus sedang duduk di tengah-tengah alim ulama, sambil mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka. Semua orang yang mendengar Dia heran karena jawaban-jawaban-Nya yang cerdas.

Ketika orang tua-Nya menemukan Dia, mereka lega dan marah, "Nak, mengapa Engkau lakukan ini terhadap kami? Ayah-Mu dan aku sangat khawatir dan kami telah mencari-cari-Mu." Yesus menjawab, "Mengapa kamu harus mencari Aku? Apakah Ayah dan Ibu tidak tahu bahwa Aku harus turut melakukan pekerjaan Bapa-Ku?" Siapakah yang Yesus maksud dengan Bapa-Ku? Yusuf adalah seorang tukang kayu. Berarti, Bapa yang dimaksud Yesus adalah Tuhan. Jadi, bahkan pada usia muda, Yesus tahu bahwa mempelajari firman Allah dan melakukan apa yang benar sangat penting. Dapatkah kamu belajar dari firman Allah? Tentu saja kamu bisa!

Selanjutnya, Alkitab berkata bahwa Yesus kembali bersama orang tuanya dan menaati mereka. Dia taat kepada perintah untuk menghormati ayah dan ibunya. Bagaimana kita bisa menghormati ayah dan ibu kita saat ini? Kita bisa mematuhi mereka, memberitahukan kebenaran kepada mereka, melakukan hal-hal yang baik bagi mereka, dan tidak mengatakan apa pun yang buruk tentang mereka. Yesus melakukan hal-hal ini dan Alkitab mengatakan: "Yesus bertambah dewasa dan bijaksana. Ia juga semakin disenangi Allah dan manusia." Ketika kita melakukan apa yang benar, Allah dan manusia akan senang dengan kita.

Pertanyaan Ulangan:

Pertanyaan Linguistik

1. Apakah Bait Allah itu? Sebuah bangunan besar di mana orang-orang Yahudi menyembah Allah.
2. Isilah bagian yang kosong: "Aku harus turut melakukan _______ Bapa-Ku"
3. Susunlah huruf-huruf ini: FYUUS

Pertanyaan untuk Kegiatan

1. Temukanlah gambar kota Nazaret dalam peta Alkitab.
2. Gambarlah Bait Allah.

Pertanyaan Perasaan

1. Apakah yang Allah rasakan tentang ketaatan Yesus? (senang, dihormati).
2. Apa yang Maria rasakan ketika dia tidak bisa menemukan Yesus? (khawatir, takut).
3. Bagaimana reaksi orang Yahudi ketika Yesus menjawab setiap pertanyaan mereka? (heran).

Pertanyaan Penerapan:

  1. Apakah Yesus tahu seperti apa rasanya menjadi seorang anak? (ya, Dia pernah juga menjadi anak-anak, jadi Dia tahu masalah kita).
  2. Bagaimana kita bisa menjadi orang yang bijaksana seperti Yesus? (belajar Alkitab setiap hari dan mendengarkan nasihat orang tua kita).
  3. Apa yang Tuhan rasakan jika kita patuh? (senang, bahagia).

Pertanyaan tentang Fakta
  1. Apa saja jenis masalah anak-anak zaman sekarang ini? (keluarga yang berantakan, senang mengganggu di sekolah, sakit, dan lain-lain).
  2. Ke mana keluarga Yesus melakukan perjalanan? (Yerusalem).
  3. Mengapa mereka pergi ke Yerusalem? (untuk menyembah Tuhan).

Pertanyaan Tinjauan
  1. Apa pentingnya mengetahui hal yang benar dan hal yang salah? (karena Allah ingin kita melakukan apa yang benar dan menghindari apa yang salah).
  2. Bagaimana sikap Yesus sebagai seorang anak? (patuh kepada orang tua, belajar Alkitab setiap hari, dan mengutamakan Allah).
  3. Mengapa Yesus tetap tinggal di Yerusalem? (Untuk belajar firman Allah).