Mengacu kepada perkataan Tuhan Yesus
Kristus sendiri: "Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi
mereka datang kepada-Ku, sebab orang-orang yang seperti itulah yang
empunya Kerajaan Surga" Matius 19:14.
Ayat Alkitab ini sering
ditafsirkan semata-mata untuk menyatakan bahwa sikap seseorang yang
benar di hadapan Tuhan adalah sikap sebagai seorang anak kecil yang
dengan penuh kejujuran, kerendahan hati dan keterbukaan datang
menghampiri dan menyerahkan diri kepada Yesus Kristus. Penafsiran ini
memang tepat berdasarkan Matius 18:3 dan 4. Namun di dalam perkataan
Tuhan Yesus itu sesungguhnya ada beberapa pengajaran yang penting yaitu:
1. Tuhan Yesus sangat mengasihi anak-anak dan menghendaki mereka untuk datang kepada-Nya.
2. Tuhan Yesus memerintahkan agar jangan seorang pun menghalangi dan membuat kesulitan bagi anak-anak untuk datang kepada-Nya.
3.
Tuhan Yesus memerintahkan agar orang-orang dewasa menolong sehingga
anak-anak dapat dengan mudah datang kepada-Nya, tanpa ada suatu
halangan.
4. Tuhan Yesus menghargai seorang anak sama seperti Ia menghargai seorang dewasa.
5.
Tuhan Yesus mengajarkan bahwa di dalam diri seorang anak ada sesuatu
yang indah yang seharusnya dimiliki oleh seorang dewasa dalam
hubungannya secara pribadi dengan Tuhan.
Di dalam pengajaran
Tuhan Yesus ini, ternyata Tuhan Yesus memerintahkan adanya suatu
pelayanan yang khusus bagi anak-anak untuk menolong mereka datang
pada-Nya.
Tuhan Yesus memberi perhatian khusus kepada anak-anak.
Ia menyediakan waktu untuk melayani anak-anak di tengah kesibukan-Nya.
Tuhan Yesus tidak bersikap meremehkan anak-anak. Ia menghendaki agar
anak-anak dibawa kepada-Nya dan menerima berkat-Nya. Inilah kehendak
Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya dan kepada gereja sampai hari ini.
Ketika
semua orang tidak memedulikan nasib anak-anak dan para remaja yang
"telantar dan nakal", Robert Rikes dengan tepat mengambil sikap yang
menunjukkan bahwa ia mengerti dan menghayati firman Tuhan ini. Dengan
penuh pengabdian dan kasih, Robert Rikes melayani dan membimbing mereka
untuk dapat mengenal kasih Tuhan Yesus. Ia mengajarkan Alkitab kepada
mereka dan dengan teratur setiap hari minggu ia membimbing anak-anak itu
ke jalan Tuhan.
Oleh karena ia memunyai misi yang jelas, dan
karena ketekunan serta kegigihannya melayani, akhirnya sekelompok
anak-anak "nakal" itu menjadi sekelompok "murid" Tuhan Yesus. Inilah
kisah kelahiran sekolah minggu yang pertama di dunia, yaitu di negara
Inggris di salah satu distrik di Gloucester (abad ke 18).
Sekolah
minggu Anak, merupakan salah satu wujud pelayanan khusus di antara
anak-anak dengan tujuan membawa mereka untuk mengenal dan menerima Yesus
Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat mereka secara pribadi.
Dengan demikian sekolah minggu bukanlah:
- sekadar aktivitas untuk anak-anak pada hari minggu,
- sekadar kegiatan untuk anak-anak jemaat, atau
- sekadar memenuhi persyaratan minimal sebuah gereja, melainkan:
1.
Sebuah wadah pembinaan iman dan program pendidikan rohani yang bersifat
melaksanakan misi yang ditetapkan Tuhan Yesus Kristus kepada
gereja-Nya. Dengan tujuan membawa anak-anak kepada pengenalan yang benar
akan Tuhan dan membimbing anak-anak kepada iman yang dewasa di dalam
Tuhan Yesus.
Karena itu, gereja tidak boleh merasa puas apabila
telah memiliki "sejumlah besar" anak-anak sekolah minggu dan sejumlah
"besar" guru sekolah minggu. Sebab harus dievaluasi apakah sejumlah
besar anak-anak sekolah minggu itu kelak akan menjadi murid Tuhan Yesus
yang sungguh-sungguh? Untuk itu, sangat dituntut adanya guru sekolah
minggu yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan dan mengenal pengajaran
Alkitab dengan benar. (Bukan sekadar sukarelawan.) Sering kali gereja
menghadapi dan mengalami fakta "hilangnya" sejumlah besar anak-anak
sekolah minggu setelah mereka beranjak ke usia remaja. Suatu kenyataan
yang sering diperhitungkan sebagai sesuatu yang wajar. Padahal itu tidak
akan terjadi bila gereja mau memberikan perhatian yang lebih
sungguh-sungguh terhadap pelayanan sekolah minggu.
Memahami
hakikat pelayanan sekolah minggu dengan benar akan mendorong gereja dan
khususnya guru sekolah minggu untuk lebih bertanggung jawab melayani
anak-anak yang telah diserahkan Tuhan kepada kita.
2. Sekolah minggu sebagai "ayah dan ibu asuh rohani".
Di
tengah melesatnya kemajuan teknologi zaman ini, di mana alat-alat
komunikasi berperan dalam segala bidang, sehingga tidak mustahil bagi
seorang anak balita untuk menerima informasi yang tidak sesuai dengan
usianya, di situlah muncul tantangan baru.
Berbagai macam
permainan elektronik yang memikat dan mengikat hati seorang anak
sehingga kuranglah waktu untuk berkomunikasi dengan ayah bunda. Masih
ditambah dengan tuntutan yang cukup tinggi dalam dunia pendidikan bagi
anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar sehingga menggeser
kebutuhan dan mengurangi kesempatan untuk pendidikan rohani dalam
kehidupan seorang anak. Belum lagi kesibukan yang tiada henti dalam
kehidupan orang tua yang harus "bergulat" untuk mencukupkan sandang
pangan di tengah dunia yang sarat dengan tantangan ini. Sehingga hampir
kebanyakan orang tua Kristen "memasrahkan" pendidikan rohani anak-anak
yang sesungguhnya menjadi tanggung jawab mereka, kepada gereja atau
lebih tepatnya kepada guru sekolah minggu. Dalam keadaan sedemikian
gereja melalui pelayanan sekolah minggu dipanggil untuk menjadi ayah dan
ibu asuh rohani bagi anak-anak jemaat. Dapat kita bayangkan betapa
beratnya tugas gereja dan guru sekolah minggu. Bukankah keadaan akan
menjadi lebih parah dan sangat menyedihkan bila ternyata gereja dan
sekolah minggu pun tidak dapat melaksanakan tugas yang mahapenting ini
dengan baik.
3. Sekolah minggu hari ini, gereja pada masa mendatang.
Keadaan
gereja pada waktu-waktu yang akan datang ditentukan oleh keadaan
sekolah minggunya pada hari ini. Bila melalui pelayanan sekolah minggu
dihasilkan "murid-murid" Yesus Kristus yang sejati dan memunyai dedikasi
tinggi maka kita dapat mengharapkan jemaat yang dewasa dan gereja yang
berkembang pada waktu-waktu yang akan datang. Tuhan Yesus mengutus
gereja ke tengah dunia untuk melaksanakan misi agung-Nya yaitu:
Menyinarkan terang Injil ke dalam dunia yang gelap karena di bawah kuasa
dosa. Dunia membutuhkan pelayanan gereja, dunia menantikan terang
Injil. Bila jemaat sebagai anggota gereja belum merupakan jemaat yang
dewasa dalam kehidupan iman, bagaimanakah gereja dapat menjalankan
tugasnya dengan baik? Gereja akan memunyai jemaat yang dewasa apabila
melaksanakan pembinaan iman dan pengajaran Firman yang baik kepada
jemaatnya dan memerhatikan pembinaan rohani di antara anak-anak sekolah
minggu.
4. Sekolah minggu sebagai ladang penginjilan.
Kita
mengetahui bahwa seorang anak lebih bersifat terbuka dan jujur dalam
menerima pemberitaan Injil. Sesungguhnya, sekolah minggu merupakan
ladang yang sangat subur untuk memenangkan jiwa, memenangkan seseorang
semasa kanak-kanak, berarti kita memenangkan seluruh kehidupannya.
Pendeta
Dwight L. Moody, seorang hamba Tuhan yang terkenal dalam pelayanan
penginjilan pernah menyatakan bahwa "apabila ia memenangkan jiwa seorang
yang sudah lanjut usia, ia memenangkan sisa umur hidupnya, tetapi
apabila ia memenangkan jiwa seorang anak muda berarti ia memenangkan
seluruh kehidupannya." Pernyataan ini sungguh tepat. Sebab apabila
seorang anak sudah menyerahkan hidup kepada Tuhan Yesus sejak kecil,
berarti ia akan berbakti dan melayani Tuhan seumur hidupnya.
5. Sekolah minggu berperan penting dalam pertumbuhan gereja.
Anak-anak
memunyai kesanggupan untuk menjadi pemberita Injil yang baik. Mereka
dengan senang hati dan penuh sukacita akan mengajak teman-teman dan
saudara bahkan orang tuanya untuk mengikut Tuhan Yesus. Banyak orang tua
menjadi pengikut Kristus karena kesaksian dan pelayanan anak-anak
mereka. Murid sekolah minggu dari keluarga yang bukan Kristen dapat
dibina dan dipersiapkan untuk menjadi pemberita Injil yang baik untuk
memenangkan keluarganya. Dalam hal ini pelayanan sekolah minggu memunyai
peranan yang sangat besar dan berarti untuk pertumbuhan gereja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar