Senin, 10 September 2012

Seorang Anak Yang Menerima KRISTUS


  Allah telah memanggil kita sebagai teman sekerja-Nya. Marilah kita
  berusaha sebaik-baiknya dengan mengingat:

  1) Anak-anak, yang telah dipercayakan Tuhan kepada kita -- minat,
    kemampuan dan kebutuhan mereka.
  2) Firman-Nya sebagai sarana untuk menjangkau mereka.
  3) Roh Kudus sebagai sumber kuasa dalam pelayanan bagi mereka.

  Mari kita perhatikan semua ini ketika kita menolong anak-anak
  untuk memahami Firman Allah. Karena melalui pemahaman ini mereka
  akan mengenal Kristus sebagai Juru Selamat, bertumbuh di dalam Dia
  dan melayani Dia.

  Setelah sebuah pelajaran diajarkan dan seorang anak menunjukkan
  bahwa ia hendak menjadi seorang Kristen, lalu bagaimana? Tujuh
  langkah di bawah ini akan membantu Anda mengenai apa yang harus
  dilakukan:

  1. Berbicaralah dengan anak itu sendiri.
  2. Ajukan pertanyaan-pertanyaan kepadanya.
  3. Luangkan waktu. Jangan tergesa-gesa.
  4. Gunakan Alkitab.
  5. Mintalah anak itu berdoa.
  6. Berbicara lebih lanjut dengan dia.
  7. Ingatlah anak itu.

  1. Berbicaralah dengan anak itu sendiri.

    Berbicara dengan seorang anak sendiri memberi kesempatan kepada
    guru untuk mengajukan pertanyaan, untuk membiarkan anak
    mengajukan pertanyaan, dan untuk mengetahui ide yang mungkin
    perlu dijelaskan dalam pemikiran anak itu.

  2. Ajukan pertanyaan-pertanyaan kepadanya.

    Pertanyaan-pertanyaan berikut ini boleh digunakan: Apakah dosa
    itu? Mengapa Yesus mati? Apa yang perlu engkau lakukan untuk
    menjadi seorang Kristen? Bagaimana bunyi ayat ini? Apa artinya?

    Penggunaan pertanyaan menolong kelangsungan percakapan antara
    guru dan anak. Pertanyaan membuat anak memerhatikan apa yang
    sedang dikatakan. Juga, menolong anak itu untuk memikirkan
    sungguh-sungguh apa yang sedang ia lakukan. Selain itu, menolong
    guru mengetahui apakah si anak memahami kebenaran atau tidak.

  3. Luangkan waktu. Jangan tergesa-gesa.

    Diperlukan waktu untuk berbicara dengan anak itu, mendengarkan
    apa yang hendak dikatakannya, mengajukan pertanyaan kepadanya,
    dan menjawab pertanyaannya. Seorang guru boleh saja meminta
    seorang anak untuk mengulangi doa yang diucapkannya kata demi
    kata dan kemudian memberitahu anak tersebut bahwa ia telah
    menjadi seorang Kristen, akan tetapi yang terpenting bukanlah
    supaya anak itu melakukan tindakan-tindakan tertentu, tetapi
    untuk menolong dia mengerti arti kematian Kristus baginya, dan
    untuk menolong dia benar-benar menerima Kristus sebagai
    Juru Selamat.

  4. Gunakan Alkitab.

    Jika ia dapat membaca, ia harus dibiarkan membaca ayat-ayat itu
    sendiri. Jika tidak, guru dapat membacakannya untuk dia.
    Ayat-ayat harus dibaca dan diterangkan satu demi satu. Kalau
    Alkitab yang dibawa oleh anak itu adalah miliknya sendiri, maka
    ayat-ayat dapat digarisbawahi atau dicatat di halaman depan. Hal
    ini akan menolong anak itu menemukan kembali ayat-ayat tersebut.

    Gunakan ayat secukupnya saja. Jika terlalu banyak ayat dipakai,
    anak akan bingung. Guru harus mengetahui beberapa ayat agar dapat
    memakai ayat yang paling cocok untuk setiap murid.

  5. Mintalah anak itu berdoa.

    Jangan heran jika ia berkata, "Saya tidak tahu harus berdoa apa."
    Bicarakan hal itu dengan dia, mungkin dengan menggunakan lagi
    pertanyaan-pertanyaan seperti: Apakah engkau harus memberitahu
    Yesus bahwa engkau menyesal akan dosa-dosamu? Apakah sebaiknya
    engkau memohon Dia untuk mengampunimu? Apakah engkau ingin
    mengatakan kepada-Nya bahwa engkau percaya kematian-Nya -- di
    kayu salib adalah bagimu?

    Setelah beberapa pertanyaan, anak itu mungkin siap untuk berdoa.
    Kalau tidak, ia boleh mengulangi doa guru, kata demi kata. Jika
    ia dan gurunya telah membicarakan semuanya, ia akan mengerti
    dengan lebih baik apa yang sedang diucapkannya. Banyak kali
    setelah pembicaraan pendek dengan guru, maka anak akan merasa
    lebih tenang, dan akan berdoa sendiri.

  6. Berbicara lebih lanjut dengan dia.

    Ajukan pertanyaan lain kepadanya: Apa yang baru saja engkau
    lakukan? Apakah Yesus mengampuni dosa-dosamu? Bagaimana engkau
    tahu? Jika seseorang bertanya kepadamu apakah engkau seorang
    Kristen, bagaimana jawabmu?

    Jikalau kemudian ia berkata, "Bagaimana engkau tahu?" Sarankan
    anak itu untuk menggunakan Alkitabnya ketika ia menjawab
    pertanyaan-pertanyaan ini. Ia dapat membawa Alkitabnya, yang
    merupakan sumber jawaban-jawaban ini, sedangkan gurunya tidak
    selalu mendampingi untuk membantunya.

  7. Ingatlah anak itu.

    Apabila seorang anak menerima Kristus sebagai Juru Selamatnya,
    pekerjaan guru belum selesai. Suatu pekerjaan besar baru saja
    dimulai. Anak tersebut perlu diberi pelajaran. Ia harus
    dikunjungi. Ia perlu belajar berdoa, membaca Alkitabnya, dan
    menjalani kehidupan yang berkenan pada Allah.

    Jangan menyuruh anak yang baru menerima Kristus pergi dengan
    kata-kata, "Sekarang engkau adalah seorang Kristen. Engkau harus
    berdoa dan membaca Alkitabmu setiap hari." Rasul Paulus bahkan
    tidak memperlakukan orang dewasa dengan begitu enteng. Rasul
    Paulus menulis kepada mereka; ia berdoa bagi mereka; ia mengajar
    mereka; ia mengutus orang-orang lain mengunjungi mereka; ia
    sendiri pergi mengunjungi mereka. (contoh, Filipi 1:4; 2:12-23.)

    Anak itu memerlukan seseorang untuk membantu dia dalam menghafal
    ayat Kitab Suci, untuk berdoa bersamanya, untuk kadang-kadang
    bertanya kepadanya, "Apa yang engkau baca dalam Alkitab hari
    ini?" atau "Apa yang engkau lakukan hari ini untuk menunjukkan
    bahwa engkau mengasihi Yesus?"

    Anak itu memerlukan seseorang yang menunjukkan kepadanya apa yang
    harus dibaca di dalam Alkitab. Mungkin ia akan mulai dengan
    beberapa cerita Alkitab kesayangannya. Karena sebelumnya ia telah
    mengenal cerita-cerita itu, maka lebih mudah baginya untuk
    membaca dan memahaminya.

    Ada orang yang mengatakan, "Anak itu sekarang sudah menjadi
    Kristen. Ia dapat dipercayakan kepada Allah, karena sekarang dia
    dibimbing oleh Roh Kudus." Memang, orang Kristen akan dibimbing
    oleh Roh Kudus, tetapi firman Allahlah yang dipakai oleh Roh
    Kudus untuk membimbing orang percaya. Jikalau seseorang tidak
    mengetahui apa yang dikatakan Alkitab, maka sukar baginya untuk
    hidup menurut ajaran-ajaran Alkitab itu.

    Guru juga harus berdoa bagi anak yang telah menerima Kristus.
    Anak itu memerlukan seseorang untuk berdoa tentang
    kesulitan-kesulitan yang dialaminya; mungkin orang-orang lain
    dalam keluarganya bukan Kristen; ia memerlukan seseorang untuk
    berdoa bagi mereka.

    Pelayanan tindak lanjut terhadap seorang anak tidak boleh
    dianggap enteng. Jika orang Kristen baru itu akan mengikuti
    nasihat yang tertulis dalam Kolose 2:6, yaitu "Kamu telah
    menerima Kristus Yesus, Tuhan kita, karena itu hendaklah hidupmu
    tetap di dalam Dia," maka guru yang memenangkan dia harus memikul
    tanggung jawab untuk melakukan apa yang tersirat di dalam Kolose
    2:7. Guru itu harus mengajar petobat baru itu agar ia dapat
    berakar dan teguh dalam Kristus.

    Perhatikan tanggung jawab yang disebutkan dalam ayat di atas dan
    dalam ayat berikut, "Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan
    dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman
    yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah
    dengan syukur. Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu
    dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran
    turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus"
    (Kolose 2:7-8).

    Bagaimana anak yang baru menjadi Kristen itu dapat berakar di
    dalam dan dibangun di atas Kristus jika ia tidak diajar?
    Bagaimana hatinya dapat melimpah dengan syukur jika ia tidak
    diajar? Bagaimana ia akan mengenal filsafat dan kepalsuan dunia
    ini jika ia tidak diajar? Bagaimana ia akan tahu bahwa tindakan,
    perkataan, dan pikirannya menurut Kristus jika ia tidak diajar?
    Siapa yang akan mengajar?

  Ada banyak bagian dalam Perjanjian Baru yang menunjukkan bahwa jalan
  Allah, yaitu jalan yang diikuti rasul Paulus, untuk menjangkau
  orang-orang lain bagi Kristus, bukanlah jenis penginjilan
  "memenangkan mereka dan meninggalkan mereka." (Jika filsafat semacam
  itu dipakai Paulus, maka kita tidak akan memiliki surat-surat
  kiriman Perjanjian Baru!) Beranikah kita memunyai sikap yang
  berlainan dari Paulus terhadap orang-orang yang menerima Kristus
  dalam pelayanan kita?

Bertumbuh dalam Anugerah

 "Apa yang dipelajari seorang anak tentang Alkitab selama masa sekolah menunjang adanya hubungan dengan Allah selanjutnya."

Waktu Untuk Bertumbuh
Erik H. Erikson, dalam bukunya "Childhood and Society", menyebutkan bahwa usia anak antara 6/7 sampai 12 tahun sebagai masa "kesibukan versus perasaan rendah diri". Suatu masa ketika anak-anak belajar menarik perhatian orang pada dirinya dengan menghasilkan sesuatu. Di sekolah, mereka belajar keterampilan dasar baik akademis maupun sosial supaya berhasil di dalam masyarakat. Secara rohani, mereka mulai mengenal pokok inti iman mereka. Hati nurani mulai dewasa. Pengertian akan dosa dan pengampunan bertumbuh. Peraturan-peraturan mulai menjadi penting dalam upacara-upacara ibadah dan permainan.

Sekarang, anak sudah dapat membedakan antara Allah dan orang tua (atau orang dewasa lainnya). Mereka mungkin membedakan juga antara Allah Bapa dan Tuhan Yesus. Pola berpikir anak usia sekolah masih konkret, namun mereka mulai menggunakan konsep abstrak untuk menggambarkan Allah. Dorothy Marlow, dalam bukunya "Textbook of Pediatric Nursing", mendalilkan bahwa "barangkali prestasi seorang anak yang paling tinggi dalam pemikiran secara abstrak adalah saat ia mulai menaruh minat terhadap konsep mengenai kuasa yang lebih besar daripada dirinya atau orang tuanya, yaitu kuasa Allah."

Anak pada usia ini memunyai keinginan yang besar untuk belajar tentang Allah dan surga. Mereka suka memanjatkan doa-doa yang umum pada waktu menjelang tidur dan makan. Sebagian anak mengira bahwa binatang juga dapat berdoa dan berharap agar binatang peliharaan mereka dapat "melipat tangan" bila berdoa. Mereka menikmati cerita Alkitab, meskipun kemampuan mereka untuk berpikir tentang konsep-konsep dan memahami analogi masih terbatas. Perumpamaan alkitabiah yang menuntut prinsip-prinsip penerapan dalam kehidupan sehari-hari sangat sukar.

Sebagai contoh, Tomi (7 tahun), diminta untuk menggambar cerita Alkitab kesukaannya. Ketika ia diminta untuk menerangkan gambarnya, ia berkata, "Cerita ini mengisahkan tentang tentara yang murah hati. Orang ini (menunjuk gambar orang yang berlumuran darah) baru dirampok. Orang ini (menunjuk gambar orang yang sedang berjalan ke bukit di sebelahnya) adalah seorang pendeta. Ia harus pergi ke gereja, maka ia tidak dapat berhenti untuk menolong orang yang dirampok itu. Orang yang ini (menunjuk gambar orang yang berpakaian hijau jauh di sebelah kanan) adalah anggota paduan suara di gereja.
Ia juga harus cepat-cepat ke gereja. Orang-orang ini (menunjuk gambar orang-orang yang di dalam helikopter, di dalam jet, dan di darat, dengan balon teks berbunyi "Tenang! Semua akan beres!") adalah para tentara yang baik hati. Mereka datang untuk menolong." (lihat Lukas 10:29-37). Ketika ditanya apa arti cerita dalam kitab Lukas itu, Tomi menjelaskan bahwa "Tentara selalu baik hati".
Kenyataan bahwa ayahnya adalah seorang perwira Angkatan Darat mungkin telah memengaruhi pemikirannya sehingga sudah identik bahwa semua tentara adalah baik hati.

  Anak-anak usia sekolah berpikir secara harfiah. Konsep-konsep rohani
  dinyatakan secara materialistis dan secara fisik. Anak-anak menerima
  kata-kata kiasan menurut arti harfiah kata itu sendiri. Mereka
  percaya kepada Allah, neraka, dan surga dalam arti harfiah. Surga
  dan neraka memesonakan mereka. Kombinasi hati nurani yang sedang
  berkembang dan perhatian tentang peraturan-peraturan mungkin
  menyebabkan perasaan bersalah yang terus mengganggu dan takut akan
  masuk neraka. Peter(6 tahun) mendengarkan dengan cermat sebuah
  pelajaran sekolah minggu tentang Tuhan Yesus yang sedang
  mempersiapkan sebuah tempat bagi kita di surga. Lalu ia mengangkat
  tangannya dan bertanya, "Bagaimana jika kita tidak sampai ke sana?"
  Tampaknya ia puas dengan penjelasan guru tentang jalan yang
  disediakan Allah bagi keselamatan kita, dan merasa lega atas
  keyakinan yang diterimanya.

  Usia Sekolah Dasar Bagian Pertengahan dan Akhir

  Ketika anak-anak mendekati usia sekolah dasar bagian pertengahan
  (8 -- 9 tahun), mereka memperlihatkan bukan hanya hati nurani yang
  sedang bertumbuh, melainkan juga pengertian yang bertumbuh tentang
  pengampunan atas suatu kesalahan.

  Marti (8 tahun) menggambarkan Allah sebagai "seorang yang bisa
  diajak bicara bila kita melakukan perbuatan yang salah".

  Anak-anak berusia 8 -- 9 tahun mulai berhubungan dengan Allah secara
  pribadi melalui doa yang spontan. Doa-doa mereka biasanya bersifat
  egosentrik, berupa permohonan kepada Allah untuk menolong dirinya,
  atau berterima kasih atas orang-orang dan hal-hal yang mereka sukai.
  Meskipun pengharapan yang bersifat mukjizat masih tetap ada, mereka
  mulai menyadari bahwa Allah tidak selalu melakukan apa yang mereka
  minta. Kemampuan untuk memakai pertimbangan sudah bertambah dan
  biasanya membuat mereka berpikir secara rasional bahwa tidak setiap
  orang dilayani secara lengkap dengan segera, maka mereka tidak
  terlalu cemas lagi mengenai doa-doa yang tampaknya tidak dijawab.

  Memasuki usia sekolah dasar bagian akhir (usia 10 -- 12 tahun),
  anak-anak mulai menilai tingkah laku mereka sendiri dan tingkah laku
  orang lain menurut standar tertentu. Biasanya standar-standar yang
  dipelajari di rumah menjadi dasar penilaian mereka. Mereka juga
  mulai berpikir tentang kaitan iman dengan kehidupan, dan dapat
  membahas serta menjelaskan apa yang mereka percayai. Mereka bahkan
  mulai menilai sampai di mana berlakunya apa yang telah diajarkan
  kepada mereka.

  Susana (10 tahun) ditanya bagaimana perasaannya bila seseorang
  berbicara tentang Allah. Ia menjawab, "Aneh sekali, karena saya
  memunyai seorang teman yang banyak berbicara tentang Allah, namun ia
  sangat licik." Ia mengartikan dosa, sebagai "suatu perbuatan yang
  salah dan kita tahu salah apabila kita melakukannya". Ketika ditanya
  apa yang terjadi bila seseorang mati, ia menjawab, "Jiwanya akan
  pergi ke suatu tempat -- tidak ada tempat yang disebut neraka. Jika
  kita anak-anak Allah, mana mungkin Ia akan mengirim kita ke sana?"

  Apa yang dipelajari seorang anak tentang Alkitab selama masa sekolah
  menunjang hubungannya dengan Allah selanjutnya. Sekalipun anak
  berusia delapan tahun, dan mungkin ia tidak mengerti semua implikasi
  dari apa yang dibacanya dan didengarnya, namun cerita Alkitab
  digemari dan dikenal, sebab ia mempelajarinya dalam suasana kasih
  dan perasaan diterima. Ketakutan akan timbulnya salah tafsir
  semestinya jangan mencegah kita untuk mengajarkan Alkitab kepadanya.
  Hubungannya dengan Allah harus bersifat dinamis, pribadi, dan
  bertumbuh terus. Salah tafsir akan makin berkurang sembari ia
  menjadi dewasa.

  Selanjutnya, bagian dari keindahan Kitab Suci adalah bahwa Kitab
  Suci dapat dipahami dalam berbagai tahap pengertian. Seorang anak
  yang tidak memunyai konsep tentang murka Allah terhadap kejahatan
  mungkin masih dapat mengerti bahwa Allah mengasihi binatang,
  sehingga Ia menyelamatkan mereka dari air bah. Tomi, yang
  mengisahkan tentang "Tentara yang baik hati", mungkin sebenarnya
  telah mengambil langkah pertama dalam hal menerapkan perumpamaan
  tersebut, karena ia menyadari bahwa "orang-orang yang baik hati itu
  menolong orang-orang yang membutuhkan pertolongan, sekalipun
  pendapatnya itu mungkin sedikit berlebihan dengan menyatakan bahwa
  "Tentara pasti orang-orang yang baik hati".

  Kebanyakan anak melihat Allah sebagai sang "pemberi peraturan" yang
  tinggal di surga, juga sebagai "penolong" dan "teman". Mereka juga
  melihat orang dewasa sebagai pemberi peraturan. Seorang anak usia
  sekolah menaati peraturan secara lugu, merasa dikasihi dan terjamin
  bila ia tahu batas-batas yang tegas bagi tingkah lakunya (sekalipun
  ia mungkin tidak selalu patuh). Anugerah Allah merupakan sebuah
  konsep yang sukar dan mustahil dimengerti bagi anak-anak usia
  sekolah. Meskipun mungkin mereka minta maaf dan menerima
  pengampunan, kecenderungan mereka yang wajar ialah melakukan sesuatu
  sebagai ganti rugi atas kesalahan mereka yang disadari, dengan
  tujuan memulihkan hubungan yang telah rusak. Kesalahan yang tidak
  disadari dengan jelas biasanya menyebabkan suatu perasaan bersalah
  yang mengganggu.

  Dengan bertambahnya kemampuan berpikir seseorang, bertambah pula
  usaha untuk menghilangkan rasa bersalah. Anak-anak usia sekolah
  menginginkan dan mengharapkan hukuman atas perbuatan mereka yang
  salah. Anak-anak yang lebih kecil, jika diberi kesempatan untuk
  memilih sendiri hukuman mereka, akan memilih hukuman yang paling
  menyakiti dirinya. Anak-anak yang lebih benar cenderung memilih
  hukuman yang berkaitan dengan penghinaan, misalnya mengembalikan
  barang yang dicuri dan meminta maaf. Mereka mungkin juga mulai
  memberi respons terhadap ganjaran bagi tingkah laku yang baik lebih
  daripada terhadap ancaman hukuman atas ketidaktaatan.

  Meskipun Marti (10 tahun), dapat menyatakan dengan tegas bahwa ia
  tahu Tuhan Yesus adalah sahabatnya karena Ia mati di salib untuk
  dosa-dosanya, ia mungkin tidak menyadari maksud sepenuhnya dari
  pengakuannya itu sampai tahap akhir masa remaja atau awal
  kedewasaan. Pandangannya tentang dosa masih didasarkan pada
  pelanggaran yang dilakukannya sendiri terhadap peraturan-peraturan.
  Ia tidak memunyai pengertian yang sesungguhnya akan masalah
  kejahatan di dunia dan bagaimana dosa memisahkan kita dari Allah. Ia
  dapat mengenali kenakalannya sendiri, namun ia tidak melihat
  hubungan antara kenakalannya dengan para pencuri dan dengan para
  pembunuh, yang dianggapnya "orang-orang yang benar-benar jahat."

  Diambil dan disunting dari:
  Judul artikel: Bertumbuh Dalam Anugerah: Anak Usia Sekolah
  Judul buku: Kebutuhan Rohani Anak
  Judul buku asli: The Spiritual Needs of Children
  Penulis: Judith Allen Shelly
  Penerjemah: Dra. Tan Giok Lie
  Penerbit: Yayasan Kalam Hidup, Bandung
  Halaman: 44 -- 50

Minggu, 09 September 2012

ANAK-ANAK dan YESUS KRISTUS

Konsep awal yang dimiliki oleh seorang anak tentang Yesus merupakan hal penting bagi pelayan anak, untuk memberi pengertian lebih lanjut mengenai Yesus. Kecenderungan seorang anak untuk memahami pengertian antara Yesus dan Allah, sering diartikan sebagai hal yang sama. Anak-anak sering menyebut "Allah" untuk mengacu pada Yesus. Demikian pula sebaliknya.

"Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia daripada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus" (Filipi 3:8)

PANDANGAN ANAK TENTANG YESUS
ANAK DAN YESUS
Ketika anak-anak diberi pertanyaan, "Mengapa Yesus dahulu hidup di dunia?", seorang anak laki-laki berusia 5 tahun menjawab, "Allah ingin manusia tahu bahwa Dia mengasihi mereka. Tetapi ada orang yang  tidak dapat mendengarkan bisikan-Nya di dalam hati mereka, jadi Dia mengutus Yesus untuk memberitakan hal ini kepada mereka dengan suara keras."

Jawaban anak ini amat responsif. Jawaban ini menunjukkan bahwa anak itu memahami tujuan dasar kelahiran Yesus sebagai manusia, dan hubungan yang istimewa antara Yesus dan Allah Bapa. Doktrin ini telah membingungkan para teolog selama hampir 2.000 tahun, apalagi bagi anak berusia 5 tahun.
  • Siapakah Yesus Kristus itu?
  • Bagaimana hubungan-Nya dengan Bapa-Nya?
  • Apa persamaan dan perbedaan-Nya dari manusia lainnya?
  • Di mana kini Dia berada, dan apa peranan-Nya sekarang?
Pertanyaan-pertanyaan ini merupakan intisari kekristenan yang dipelajari oleh para pakar teologi, pengkhotbah, dan orang awam sejak zaman Kristus. Pertanyaan-pertanyaan itu juga sama seperti jenis-jenis pertanyaan yang diutarakan anak kecil tentang Yesus: Apakah Allah itu Bapa Yesus? Apakah Yesus adalah bayi atau manusia dewasa? Di manakah Yesus sekarang?

Jawaban yang diberikan atas pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak selalu matang. Meskipun demikian, tanggapan anak-anak sering kali menunjukkan konsep awal tentang Yesus.

YESUS DAN ALLAH

Masalah yang paling sering dijumpai para peneliti, guru, dan orang tua mengenai pemikiran anak tentang Yesus adalah kecenderungan untuk mencampuradukkan Yesus dan Allah. Kebanyakan anak di bawah usia 6  tahun akan memakai kedua nama itu untuk pengertian yang sama dan mengacu pada Allah. Bertanyalah kepada seorang anak, "Siapa yang menciptakan dunia?" Anda cenderung mendapat jawaban bahwa Yesus adalah Pencipta, sama seperti ia berkata bahwa Allah menciptakan segala sesuatu. Tunjukkan gambar Yesus pada anak dan tanyakan siapa yang ada pada gambar itu. Jawabannya bisa Yesus, bisa Allah.

Usaha orang dewasa untuk memberi penjelasan kepada anak sering kali hanya menambah kesukaran. Usaha-usaha untuk menekankan perbedaan antara Yesus dan Allah mengandung risiko anak akan berpikir ada dua Allah. Karena tumpang tindih antara Yesus dan Allah memiliki dasar yang kuat dalam ajaran Alkitab, maka hal ini tidak dipandang sebagai kesalahan total, tetapi lebih dipandang sebagai pengertian anak yang belum lengkap.

DAYA TARIK YESUS

Aspek penting dari pemikiran anak kecil tentang Yesus adalah daya tarik-Nya yang amat kuat. Pada umumnya, anak-anak yang banyak mendengar cerita tentang Yesus percaya bahwa Dia hangat, simpatik, dan menyenangkan. Seorang anak jarang mengungkapkan perasaan memusuhi, marah, atau takut terhadap Yesus seperti terhadap Allah, guru, orang tua, atau tokoh-tokoh lainnya.

Perasaan positif yang dikemukakan oleh hampir semua anak ini tampaknya disebabkan karena kisah yang mereka dengar dan lagu yang mereka nyanyikan tentang Yesus menunjukkan bahwa Dia penuh kasih dan  suka menolong. Sebaliknya, hal-hal yang berkaitan dengan penghakiman atau penghukuman biasanya dihubungkan dengan Allah Bapa. Alasan lain adalah karena anak dapat dengan mudah mengidentifikasikan dirinya dengan Yesus sebagai bayi dan anak, dan adanya konsep bahwa Yesus itu Anak Allah. Yesus cenderung dipandang sebagai sekutu anak melawan dominasi orang-orang dewasa dan terkadang dunia yang jahat ini.

Pesan Yesus

Apa pesan Yesus untuk kita sebagai orang-orang dewasa sehubungan dengan anak-anak? Dari sepuluh pesan berikut ini, kita dapat melihat cara-cara mengenalkan Yesus kepada anak.
  1. Yesus menantang kita untuk menjadi pendukung anak-anak.
  2. Yesus memercayakan anak-anak di bawah asuhan kita, kita harus menerima mereka
  3. Yesus mengingatkan kita bahwa dia memiliki relasi spesial dengan anak-anak.
  4. Yesus mengingatkan kita supaya dalam menerima anak, kita benar-benar menerimanya.
  5. Yesus meminta kita untuk "berubah dan menjadi seperti anak-anak" supaya bisa masuk Kerajaan Surga.
  6. Yesus menyuruh kita untuk tidak meremehkan anak-anak.
  7. Yesus memberikan peringatan keras bahwa menyesatkan anak-anak itu  mengerikan, lebih baik baginya jika ia ditenggelamkan.
  8. Yesus berkata, "janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku".
  9. Yesus mengingatkan kita bahwa Kerajaan Allah dimiliki oleh orang yang seperti anak-anak itu.
  10. Yesus mengingatkan kita bahwa anak-anak dan bayi-bayi bisa  memberikan puji-pujian yang sempurna.
1. Yesus menantang kita untuk menjadi pendukung anak-anak.

Kita harus memerhatikan mereka seperti yang Ia lakukan, dan tidak menghalang-halangi mereka (Markus 10:14). Hal ini dapat berupa:
  • Anda memperjuangkan kepentingan mereka ketika tidak ada orang lain yang mendukung mereka.
  • Anda mendukung mereka ketika mereka mengalami kejadian yang menyenangkan, dengan cara merayakan atau memujinya.
  • Anda berjuang agar kepentingan dan kebutuhan anak-anak diprioritaskan dalam agenda gereja Anda.
Dalam konteks yang lebih luas, Anda dapat mendukung anak-anak di seluruh dunia yang mengalami eksploitasi dan kekerasan. Anda dapat berdoa atas nama anak-anak; doa yang terus-menerus, tekun, dan penuh kasih; doa yang dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk masing-masing anak. Apakah kita membela anak-anak dengan cara seperti ini di hadapan Allah?

2. Yesus memercayakan anak-anak di bawah asuhan kita, kita harus menerima mereka (Markus 9:37, BIS).
Menerima tanpa mengeluh, dengan tangan terbuka, dengan senyum. Hal itu menunjukkan rasa bahagia terhadap orang yang Anda sambut. Anak-anak perlu mengalami penerimaan semacam itu dari kita. Bagaimana respons kita terhadap anak-anak ketika kita bertemu mereka di jalan? Apakah kita hanya mengangguk, atau merasa canggung untuk menyapa mereka?

Lalu bagaimana respons mereka terhadap kita? Apakah mereka kegirangan dan mulai mengajak bicara? Apakah mereka membalikkan punggung serta berharap kita tidak melihat mereka? Anak-anak sering merasa tidak diterima dengan tulus di gereja, yaitu dalam hal penyambutan yang dilakukan oleh kaum dewasa. Mereka merasa bahwa orang-orang dewasa tidak tahu bagaimana memperlakukan mereka. Hal ini sangat berlawanan dengan ajaran Yesus yang menyatakan bahwa pembelaan yang tegas dan keras perlu dilakukan atas nama anak-anak kepada pemimpin gereja. Pastikan bahwa sikap mereka sudah berubah. Jika tidak, anak-anak tidak akan datang ke gereja lagi karena mereka merasa tidak diterima dan diinginkan.

3. Yesus mengingatkan kita bahwa dia memiliki relasi spesial dengan anak-anak.

"Kita harus menyambut mereka dalam nama-Nya sebagai wakil-wakil-Nya" (Markus 9:37). Relasi spesial itu berdasarkan pada karakter yang sederhana, percaya dan terbuka. Apakah kita memiliki relasi spesial dengan anak-anak kita seperti Yesus?

Relasi spesial ini bisa ditunjukkan dengan mengingat hari-hari penting (hari ulang tahun), mengirimkan kartu ucapan, dan mengingat apa yang diberitakan selama seminggu dan mengikutinya pada minggu berikutnya. Kita perlu mencari cara kreatif dalam membangun relasi kita dengan anak-anak, agar mereka bisa melihat kualitas relasi mereka dengan kita. Setelah itu, ajak mereka melihat lebih jauh kualitas relasi yang bisa mereka jalin dengan Yesus.

4. Yesus mengingatkan kita supaya dalam menerima anak, kita benar-benar menerimanya.

Jadi, dengan menerima anak-anak, kita menerima Allah, Pribadi yang mengutus Yesus. Oleh karena itu, ketika kita menanggapi seorang anak, berkat Bapa dan sang Putra pun tercurah bagi kita.
Selanjutnya, ketika Anda mendekati dan menyambut seorang anak, ingatlah dia datang dalam nama Yesus dan sambutlah Bapa dan sang Putra. Luar biasa!

5. Yesus meminta kita untuk "berubah dan menjadi seperti anak-anak" supaya bisa masuk Kerajaan Surga (Matius 18:3, BIS).

Supaya kita tahu bagaimana masuk dunia anak-anak, bagaimana menjadi seperti anak-anak, kita harus menyediakan waktu; waktu untuk bermain, mendengar, menonton, dan membaca. Kita harus tahu apa yang bisa kita pelajari dari pengalaman masa kanak-kanak kita untuk masa sekarang. Hal terpenting adalah kita memiliki sifat-sifat seperti anak-anak: mudah percaya, terbuka, suka berbagi kebahagiaan dan kasih. Hal-hal tersebut dapat sebagai modal pendekatan kita kepada Allah, supaya kita bisa masuk Kerajaan Surga.

6. Yesus menyuruh kita untuk tidak meremehkan anak-anak (Matius 18:10).

"Anak kecil" dalam perikop ini mungkin merujuk pada mereka yang "kecil" dalam iman, namun kebenaran tetap sama. Hanya karena anak-anak itu kecil, tidak berpengalaman, dan selalu diawasi tidak berarti kita bisa merendahkan mereka atau tidak menghiraukan mereka. Nilai-nilai Kerajaan Surga tidak terkait dengan ukuran atau kuasa. Di mata dunia, anak-anak hanya boleh sedikit berpendapat bahkan kadang tidak sama sekali. Oleh karena itu, orang-orang dewasa sangat mudah terjebak memperlakukan mereka sebagai orang-orang yang tidak terlalu penting.

7. Yesus memberikan peringatan keras bahwa menyesatkan anak-anak itu mengerikan, lebih baik baginya jika ia ditenggelamkan (Matius 18:6).

Sekali lagi "anak kecil" di sini mungkin tidak secara spesifik merujuk pada anak-anak, tapi pada kebenaran. Menyesatkan anak bisa dilakukan dengan sangat mudah, sangat halus. Jika orang dewasa tergelincir, anak yang melihatnya akan tergelincir juga.

Sebagai pendukung anak-anak, kita memiliki tanggung jawab yang sangat besar. Bagaimana kita memberi contoh kepada anak-anak layan kita? Kita harus meneladani Kristus. Seorang anak perlu melihat kita dan seseorang yang menjadikan hubungannya dengan Kristus sebagai hal yang terutama. Seseorang yang menjadikan firman Tuhan sebagai pusat dari doa dan pertolongannya. Mereka juga membutuhkan seseorang yang memunyai banyak waktu untuk mereka dan mengerti mereka. Mereka memerlukan seseorang yang akan membela mereka dan berjuang untuk mereka. Mereka membutuhkan seseorang yang bisa bermain dan bersenang-senang dengan mereka. Mereka membutuhkan seseorang yang nyata, yang bisa membuat kesalahan, yang bisa tergelincir dan jatuh. Sekaligus orang yang bisa menyadari dan mengakui kesalahan, minta maaf, dan mulai mencoba lagi. Mereka membutuhkan seseorang yang bisa melihat sosok Yesus dan menyadari bahwa dia dapat mengubah hidup mereka sehingga ia pantas dicontoh.

8. Yesus berkata, "janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku" (Matius 19:4).

Keduanya merupakan suatu sukacita sekaligus tanggung jawab. Sukacita karena tangan Yesus selalu terbuka untuk anak-anak. Sebanyak apa pun yang datang, tetap masih ada tempat untuk lebih banyak anak-anak lagi. Kadang-kadang, kita mungkin lebih banyak memedulikan diri sendiri, tapi kita pun harus meneladani Yesus. Kita harus bersedia mengesampingkan kepentingan diri sendiri dan menyertai anak-anak kita. Kita harus meyakinkan orang-orang tua kita bahwa aturan seperti: "Kamu harus begini",  "Di gereja tidak boleh begitu", "Kamu harus belajar begini", tidaklah menghalang-halangi anak-anak. Kita harus yakin dengan nada suara kita, ekspresi wajah kita, tingkah laku kita untuk tidak menyesatkan anak. Bagaimana kita melakukannya? "Menjadi seperti seorang anak", kata Yesus, berarti memandang diri kita seperti seorang anak dan selanjutnya Anda tidak akan menjadi penghalang.

9. Yesus mengingatkan kita bahwa Kerajaan Allah dimiliki oleh orang yang seperti anak-anak itu (Matius 19:14, VMD).

"Mereka yang seperti anak-anak" adalah mereka yang benar-benar berkarakter seperti anak-anak. Sederhana, rendah hati, percaya, dan terbuka. Dengan demikian, kita bukan hanya masuk ke dalam Kerajaan Surga, tapi juga memilikinya. Kerajaan itu menjadi milik kita. "Menjadi milik" sering dikonotasikan "ini milikku". Setelah kita berkarakter seperti anak-anak kita bisa berkata, "Ini bisa jadi milikmu, datang dan lihatlah".

Bagaimana kita bisa membagikan kasih karunia yang besar ini dengan anak-anak kita? Bagaimana kita bisa membuat Injil menjadi "menarik"? Bagi pelayan anak-anak, sumber bahan mengajar yang baik, pendekatan yang kreatif untuk menyampaikan bahan Alkitabiah, dan suasana yang kasih, hangat dan akrab tentu saja sangat penting. Mengenal anak-anak, kelebihan-kelebihan dan kebutuhan-kebutuhan mereka sangat penting. Yang terpenting, kita berbagi kasih kepada sesama. Jika kita memiliki karakter yang membuat kita bisa masuk Kerajaan Surga, anak-anak bisa melihat Yesus dalam kita. Saat Allah menunjukkan kasih-Nya yang menyelamatkan dunia, Dia tidak memberikan buku-buku atau mengadakan kegiatan-kegiatan. Dia mengutus orang yang benar-benar hidup, bisa bernapas, penuh kasih, dan penyayang.
Kegiatan-kegiatan yang kita buat bisa menjadi cara yang bagus, tapi anak-anak dapat melihat dan merasakan iman yang hidup hanya bisa melalui relasi kita dengan mereka.

10. Yesus mengingatkan kita bahwa anak-anak dan bayi-bayi bisa memberikan puji-pujian yang sempurna (Matius 21:16).

Kita tidak perlu menunggu mereka besar, untuk menjadi "dewasa". Ayat ini adalah suatu penegasan yang kuat dan positif sehubungan dengan keseluruhan persembahan anak kepada Allah. Ini tidak membutuhkan pendewasaan dan pemurnian. Ini adalah "pujian yang sempurna". Ini juga suatu peringatan keras bagi kita yang harus mengubah atau "memperbaiki" persembahan anak kepada Allah.

Setiap kali kita mengajak anak-anak datang dalam ibadah di gereja, apakah kita melihat mereka lebih "ditoleransi" daripada "disambut"? Sebagai orang dewasa kita mungkin perlu mengajarkan kebenaran ayat tersebut. Ibadah umum bukanlah pilihan, ibadah umum adalah perwujudan kesatuan kita sebagai keluarga Allah. Masing-masing kelompok usia harus diberi kesempatan untuk terlibat atau berkontribusi. Setiap orang dan persembahan harus diakui sebagai bagian yang sama-sama penting di mata Allah.

Memerhatikan kembali kesepuluh poin di atas secara rutin sangat tepat untuk membangun relasi kita dengan anak-anak dan mengasuh mereka. Dengan demikian, kita bisa mengetahui apakah kita mengikuti rekomendasi dan perintah Yesus berkaitan dengan anak-anak atau tidak

Bersahabat dengan Yesus

Ayat: Yohanes 15:14
"Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu."

Cerita :
Budi kecil pulang ke rumah sambil menangis. "Jimmy bukan temanku," ujarnya.
"Mengapa kamu katakan Jimmy bukan temanmu?" tanya ibunya.
"Karena dia tidak menuruti omonganku," ujar Budi. Budi ingin Jimmy pergi ke toko dengannya, tetapi Jimmy menolaknya.

Jimmy hampir selalu melakukan apa yang diinginkan Budi karena mereka adalah teman baik. Akan tetapi, ketika Budi tidak melakukan apa yang Budi inginkan, atau ketika Budi tidak melakukan apa yang Jimmy inginkan, mereka tidak bersahabat baik. Semakin banyak mereka melakukan sesuatu untuk sahabat mereka, semakin akrab hubungan persahabatan mereka.

Demikian juga, kita dapat menjadi sahabat-sahabat Yesus yang lebih baik dengan melakukan apa yang Dia inginkan. Dia berkata, "Kamu adalah sahabat-sahabat-Ku, jika kamu melakukan apa yang Kukatakan kepadamu."

Apa yang diinginkan Yesus untuk kita lakukan? Tentu saja semua hal yang Allah katakan dalam Alkitab: menghormati orang tua, menolong orang lain, bersikap jujur, tidak mengatakan hal-hal yang buruk tentang orang lain, dan memercayai bahwa Yesus adalah Juru Selamat kita dari dosa.

Sebenarnya, ketika Yesus mengatakan hal ini kepada sahabat-sahabat-Nya, dia sedang berbicara tentang hal saling mengasihi satu sama lain. "Kasihilah sesamamu seperti Aku telah mengasihimu," kata-Nya. Itulah maksud-Nya, terutama saat Dia berkata, "Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu."

Diskusi :

Bagaimana kamu menilai dua orang yang bersahabat itu dikatakan akrab? Bagaimana Yesus menginginkan sahabat-sahabat-Nya saling memperlakukan satu sama lain? Apa yang akan terjadi jika kita menolak apa yang Yesus katakan kepada kita? Mari kita ucapkan ayat Alkitab bersama-sama.

Ayat : Yohanes 15:4-8
15:4 Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.
15:5 Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.
15:6 Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.
15:7 Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.
15:8 Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku."
Doa :
"Yesus yang baik, kami mau menjadi teman-teman-Mu dan murid-murid-Mu. Tolong ampuni kami karena tidak melakukan dengan lebih baik apa yang Engkau katakan. Bantulah kami melakukan hal-hal yang telah Engkau perintahkan kepada kami agar setiap orang melihat bahwa kami adalah sahabat-sahabat-Mu. Amin.

Tanda Tangan Tuhan

Alat Peraga: Berbagai Tanda Tangan
Ayat Alkitab: Yohanes 1:29-34
Tema: Tuhan memberi tanda tangan-Nya dengan berbagai cara.

TAHUKAH KAMU APA ITU TANDA TANGAN?
Tanda tangan adalah tanda namamu. Sebagian besar dari kalian telah tahu cara menulis namamu sendiri. Kamu dapat menuliskannya dengan huruf cetak atau huruf sambung. Tanda tangan kita menunjukkan kepada orang lain siapa diri kita.

Setiap anak sekolah minggu menuliskan tanda tangan di atas kertas.
Apakah kamu melihat bagaimana masing-masing tanda tangan itu berbeda?

Tanda tangan mengungkapkan sedikit kepribadian kita. Ada orang-orang dengan tanda tangan acak-acakan, dan mungkin hal itu mengungkapkan bahwa mereka sedang terburu-buru. Ada orang-orang dengan tanda tangan yang kecil. Mungkin ini mengungkapkan bahwa mereka suka segala sesuatu yang rapi dan teratur. Ada orang-orang yang menuliskan nama mereka dengan tulisan yang penuh hiasan.

Tahukah kamu bahwa Tuhan juga punya tanda tangan? Bahkan sebenarnya Tuhan punya banyak tanda tangan. Kita tidak melihat tulisan tanda tangan-Nya T-U-H-A-N. Tetapi kita dapat melihat tanda tangan Tuhan di sekeliling kita. Tuhan menyatakan kebaikan-Nya melalui dunia di sekeliling kita, dan saya senang merenungkan bahwa semuanya ini adalah tanda tangan-Nya.
  • Kita melihat keindahan alam semesta: pohon-pohon, bunga-bunga, dan benda-benda lainnya. Semua tanda-tanda alam adalah tanda tangan  Tuhan.
  • Kita dapat melihat tanda tangan Tuhan di dalam orang-orang yang membutuhkan pertolongan dan perhatian kita.
  • Kita dapat melihat tanda tangan Tuhan di dalam orang-orang disekeliling kita yang memerhatikan dan mengasihi kita.
  • Kita melihat tanda tangan Tuhan dalam perasaan bahagia yang kita rasakan pada saat kita menyembah-Nya.
  • Kita dapat melihat tanda tangan Tuhan di banyak tempat. Bukalah matadan telingamu. Lihatlah dan dengarkanlah dunia kita yang indah ini.Lihatlah keluargamu dan teman-temanmu.
  • Dan ingatlah Tuhan dan berkat-berkat yang telah Tuhan berikan bagi kita melalui berbagai tanda tangan-Nya!
Mari kita berdoa.
"Ya Tuhan, tanda tangan-Mu yang indah ada di sekeliling kami. Terima kasih atas berkat-berkat-Mu, dan mengingatkan kami untuk memandang tanda tangan-Mu. Amin."

Kamis, 06 September 2012

Pendidikan Rohani Untuk Anak

Setiap guru sekolah minggu dan orang tua tentunya memiliki kerinduan untuk melihat anak layannya mengalami pertumbuhan secara sehat. Untuk itulah, pendidikan rohani perlu dilakukan kepada anak sejak usia dini, supaya nantinya mereka dapat menghadapi tantangan hidup di masa yang akan datang.

 Anak-anak Anda merupakan tanggung jawab Anda, dan Anda memunyai andil untuk memastikan mereka mengenal Tuhan. Anak-anak kita harus mengenal Tuhan untuk mengetahui kehidupan yang abadi. Apakah saya siap untuk hal ini? Apa yang telah saya kerjakan supaya anak saya mengenal Tuhan? Itu merupakan pertanyaan yang penting untuk para orang tua. Anak-anak kita memiliki jiwa yang membutuhkan keselamatan, dan kita memiliki peranan yang penting dalam memastikan mereka mengenal dan mencintai Tuhan. Banyak orang tua yang menangkap hal ini dengan jelas. Tapi banyak orang tua lain yang sepertinya tidak. Tindakan mereka pasif dan teralihkan. Mereka tidak mengerti bagaimana atau apa yang mereka lakukan, untuk memastikan anak-anak mereka mengenal Tuhan. Mereka melepaskan tanggung jawab itu kepada gereja (sepertinya mereka yakin 1 jam dalam seminggu di Sekolah Minggu akan berhasil). Singkatnya, mereka kurang memiliki visi untuk anak-anak mereka, dan gagal mempersiapkan mereka untuk meraih masa depan.

Melihat Selangkah Lebih Maju

Para orang tua harus memiliki visi untuk anak-anak mereka. Ketika anak-anak telah dewasa, mereka akan jadi apa? Apakah mereka akan melayani Tuhan? Apakah mereka akan memiliki kapasitas untuk mengasihi orang lain? Apakah mereka akan diperlengkapi untuk meneruskan warisan rohani? Ada kalanya orang tua mengerti mengenai fondasi. Mereka mengetahui mereka memberikan warisan iman yang akan hidup selama beberapa generasi, yang pada akhirnya meliputi ribuan orang di silsilah keluarga. Pada hari-hari sekarang ini, kebanyakan orang telah kehilangan perspektif akan waktu, dan cenderung memandang hidup hanya sebatas keluarga dekat kita dan ambisi pribadi. Mungkin itulah sebabnya kita mengalami "wabah" perceraian, para ayah menelantarkan keluarganya, dan orang tua lebih memprioritaskan hal-hal yang memberikan keuntungan kompetitif pada anak mereka. Tantangan untuk para orang tua: Ajari anak Anda hukum Tuhan sebagaimana yang diperintahkan dalam kitab Ulangan.

Tips Membuat Anak Mengenal Tuhan:

1. Dengan bersungguh-sungguh, Anda sendiri berkomitmen pada Tuhan.
2. Ajari anak Anda hubungan yang sehat dengan orang lain.
3. Disiplin.
4. Perkenalkan anak Anda pada Juru Selamat.
5. Persiapkan anak Anda untuk memberikan pengaruh pada dunia.

Menjadi Saksi

Mengapa perlu mengajarkan pentingnya menjadi saksi bagi anak? Untuk dapat menjadi saksi, anak-anak dituntut untuk memiliki kehidupan rohani yang terus bertumbuh dan sehat terlebih dahulu. Menjadi saksi Kristus merupakan tugas yang harus dijalankan oleh setiap orang percaya, termasuk anak-anak. Oleh karena itu, tuntunlah mereka untuk memiliki kehidupan rohani yang sehat, agar dapat menjadi saksi yang memuliakan nama Tuhan.

Ayat Hafalan

"Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." (Kisah Para Rasul 1:80)

Bacaan Alkitab

Kisah Para Rasul 1:8-14

Tujuan Pengajaran

Para murid akan merasa bahwa mereka sebagai bagian dari umat Allah, bila menjadi saksi-saksi yang berharga bagi Kristus, sesuai dengan kemampuan mereka.

Latar Belakang

Injil merupakan Kabar Baik yaitu melalui iman kepada Yesus Kristus, manusia dapat diselamatkan dari dosa. Namun, pertama-tama manusia harus mendengar Kabar Baik itu terlebih dahulu. "Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat kepada Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus?" (Roma 10:14-15) Orang-orang yang diutus oleh Yesus untuk memberitakan Kabar Baik adalah para murid-Nya.

Sebagian besar para murid Anda mungkin merupakan anggota jemaat (melalui baptisan anak). Hal ini berarti bersaksi merupakan tanggung jawab mereka. Namun, mungkin Anda ragu-ragu untuk menuntut hal ini kepada mereka. Bagaimanapun juga, rasanya kurang pantas mengharapkan orang yang masih belajar tentang jalan keselamatan, untuk memberikan suatu penjelasan yang baik dan sesuai dengan doktrin tentang iman mereka. Segala pemberitaan dari rumah ke rumah, penginjilan melalui radio, bakti sosial, atau dukungan terhadap utusan Injil yang turut dikerjakan oleh gereja Anda, dilakukan oleh semua umat Allah. Maka murid-murid Anda merupakan bagian dari para saksi tersebut, walaupun mereka tidak terlalu aktif.

Bersaksi memiliki berbagai macam bentuk. Orang-orang yang berkumpul dan berbakti setiap hari Minggu, bersaksi melalui kehadiran mereka kepada orang yang tinggal di sekitar gereja. Sikap hidup, tutur kata, sikap terhadap sesama, rasa hormat pada orang yang lebih tua, menghindari tempat dan situasi tertentu, merupakan cara bersaksi tanpa kata-kata bahwa kita adalah milik Yesus Kristus. Murid-murid Anda sesungguhnya dapat melakukan jenis bersaksi yang seperti itu. Namun, untuk waktu-waktu tertentu seorang saksi harus berbicara. Untuk saat-saat seperti itu, murid-murid Anda pertama-tama harus mengerti bahwa kita bukan bersaksi bagi doktrin atau denominasi tertentu, atau bahkan bagi iman pribadi kita sendiri. Kita bersaksi bagi Kristus Yesus.

Roh memberi kita kemampuan untuk berkata-kata pada saat yang tepat. Roh juga memberi kuasa pada kata-kata tersebut, sehingga orang mendengar dan percaya. Tugas kita hanyalah bersaksi bagi kebenaran tentang Yesus Kristus, yaitu bahwa Ia adalah Putra Allah yang diutus untuk menyelamatkan kita, dan mempersatukan kita kembali dengan Allah Bapa.

Bahan-Bahan

Guru
1. Panduan Alkitab 2, yang sudah dilengkapi
2. Alkitab
3. Cerita tentang Bersaksi (Alat Peraga)

Anak-anak
1. Panduan Alkitab 2
2. Alkitab
3. Pensil
4. Kartu catatan berukuran 7,5 x 12,5 cm

Pendahuluan

Bagaimanakah Anda menerapkan tema bersaksi pelajaran hari ini? Sebagai bagian dari persiapan Anda, tentukan bagaimana Anda akan memanfaatkan bahan dalam Panduan Alkitab. Misalnya, Anda boleh merencanakan untuk menekankan bagaimana gereja Anda bersaksi. Jika demikian, bersiaplah untuk memberikan beberapa fakta yang menarik tentang misi-misi yang didukung oleh gereja Anda, baik dalam negeri maupun luar negeri. Atau Anda ingin memakai ide "saksi hidup" yang diceritakan dalam pengembangan pelajaran. Ketika Anda berbicara soal gereja kepada anak-anak, hal yang perlu ditekankan adalah bahwa jemaat merupakan orang percaya yang biasa-biasa saja (seperti yang digambarkan atas diri saksi-saksi mula-mula dalam pelajaran kita), yang menjadi "istimewa" dan mampu bersaksi, hanya berdasarkan kuasa yang diberikan kepada mereka oleh Yesus.

Aspek-aspek pribadi dari bersaksi harus ditangani sedemikian rupa, sehingga para murid merasa bahwa Yesus sangat ingin menolong mereka menjadi para saksi-Nya. Cerita pendek dalam paket alat peraga, akan membimbing para murid hingga dapat menemukan cara-cara yang mudah dan bermanfaat untuk menyatakan bahwa mereka mengasihi Tuhan.

Kita tahu bahwa para murid Tuhan Yesus berdoa sambil menantikan janji Yesus digenapi. Sementara Anda berharap untuk mengajar, baik di SAL [Sekolah Alkitab Liburan, Red.] maupun Sekolah Minggu, mintalah kepada Allah untuk membantu Anda bersaksi kepada anak-anak yang Ia tempatkan dalam kelas Anda.

Tahap 1

Diskusi: Tentang Pekerjaan

Jelaskan kepada anak-anak bahwa pelajaran hari ini berhubungan dengan masalah pekerjaan. Bicarakan sedikit tentang orang dengan pekerjaan yang menarik dan unik, mungkin dengan menyebutkan seseorang dari gereja Anda atau persekutuan Anda sebagai sebuah contoh. Kemudian, bagikan selembar kartu catatan berukuran 7,5 x 12,5 cm kepada setiap murid. Mintalah seluruh kelas menuliskan jenis pekerjaan yang ingin mereka miliki kelak berikut alasannya.

Tahap 2
Lakon Pendek: Para Saksi yang Menanti

Mintalah para murid untuk membaca Alkitab dengan bersuara, satu ayat untuk masing-masing murid. Berikanlah pertanyaan yang memiliki garis besar sebagai berikut:
  • Ayat 13 menulis tentang para saksi "asli". Jelaskan bahwa umat yang percaya akan menerima kuasa Roh untuk menjadi saksi.
  • Menjadi saksi Yesus berarti memberitakan kepada dunia Kabar Baik keselamatan, yaitu Kabar Baik yang telah mereka alami dalam kehidupan mereka pribadi. Kembangkanlah istilah saksi bersama dengan para murid, pertama-tama sebagai sebuah kata benda, kemudian sebagai kata kerja. Para murid akan terbiasa mendengar istilah tersebut, apabila menyimak acara televisi: "laporan pandangan mata" atau kesaksian yang diberikan di pengadilan. Sebagai kata kerja, bersaksi berarti memberitakan atau memberi kesaksian pada apa yang dialami atau dilihat sebelumnya. Anda harus bisa membuat anak-anak mengerti apa artinya menjadi saksi Yesus, sekalipun mereka tak dapat menjelaskan perbedaan antara saksi sebagai kata benda dan sebagai kata kerja. Perhatikan bahwa definisi (yang diberikan awal tadi) termasuk memberitakan maupun mengalami.
  • Sampai sejauh ini, sedikit pengulangan tentang kesulitan membawakan Injil kepada dunia, cukup sampai di sini.
  • Tekankan bahwa para murid Tuhan Yesus bukanlah orang-orang yang kaya, ternama, sempurna, atau berkuasa. Mereka adalah orang awam yang dipakai oleh Allah secara luar biasa, sama seperti bagaimana Ia memakai diri kita.
  • Ayat 8 mengatakan bahwa kepada para saksi telah dijanjikan "kuasa jika Roh Kudus datang padamu." Kuasa itulah, Roh itulah, yang mereka nanti-nantikan di dalam ruangan tersebut. Tanpa kuasa itu, mereka tidak mampu memulai tugas mereka untuk bersaksi.
  • Inilah tempatnya untuk mengulangi ayat hafalan minggu lalu. Anda boleh menjelaskan bahwa kita tak perlu menunggu sampai kematian datang untuk memperoleh kehidupan kekal; sebagai pengikut-pengikut Kristus, kita sudah menikmati damai sejahtera dan sukacita hidup bersama dengan Dia.
  • Pastikan bahwa murid-murid menyadari semua umat Allah, semua orang yang percaya kepada Yesus merupakan saksi-saksi-Nya. Orang-orang ini, yang disebut dengan gereja adalah orang berdosa yang sudah diampuni dan diberi kuasa untuk memberitakan kepada dunia Kabar Baik keselamatan.

Tahap 3

Diskusi: Bersaksilah Hari Ini

Bantulah agar para murid mengerti bahwa para saksi Yesus berasal dari segala usia, segala bangsa, dan segala lapisan masyarakat. Buatlah ringkasan, dengan menuliskan sejumlah cara yang bisa digunakan oleh kaum awam dalam bersaksi bagi Yesus.

Pengembangan pelajaran 1

1. Teka-Teki Ayat Hafalan

Bahan-bahan: panduan Alkitab dan pensil.
Para murid harus mencari kata-kata dari teks hafalan di dalam teka-teki. Perhatikan bahwa kata-kata yang diulang di dalam teks, juga diulang di dalam teka-teki.

2. Seni Poster

Bahan-bahan: poster dan spidol berwarna cerah.
Beri setiap murid waktu untuk mengerjakan proyek besar ini.

3. Gelang

Bahan-bahan: alat penekan lidah (seorang satu), spidol berwarna-warni, huruf cetak setinggi lebih kurang 4,75 cm (pilihan lain), dan pensil.

Selama 1 atau 2 hari sebelum pelajaran diberikan, rendamlah alat penekan lidah selama dua belas jam. Angkatlah dan bengkokkan dengan hati-hati, lalu pasangkan dalam sebuah gelas atau kaleng minuman, dengan ukuran diameternya 5 x 6 cm. Suruhlah para murid menuliskan nama kecil mereka di bagian alas gelang, dengan menggunakan pensil yang dituliskan tipis-tipis (Bisa dipermanis dengan huruf cetak, ditulis tangan dengan cermat dan menarik). Kemudian, suruhlah para murid mengganti pensil mereka dengan spidol, dengan menambah hiasan lain agar gelang nampak lebih menarik. Di bagian dalam dari gelang tersebut, para murid boleh menuliskan salah satu dari kata-kata berikut: Yohanes 3:16; Kisah Para Rasul 1:8; atau Saksi.

4. Saksi-saksi Hidup

Pilihlah satu/dua orang dari antara jemaat (kaum awam), untuk mengunjungi kelas Anda dan menceritakan kepada para murid bagaimana mereka bersaksi bagi Kristus dalam pekerjaan, di rumah, di sekolah, atau di mana saja. Dengan mengundang orang awam, Anda memberikan anggapan yang lebih baik tentang bagaimana anggota gereja menangani tugas bersaksi ini (Para murid bisa beranggapan bahwa hanya pendeta saja yang dibebani tugas bersaksi). Doronglah para murid untuk mengajukan pertanyaan kepada pengunjung kelas tersebut. Tegaskan bahwa Allah tetap memakai orang-orang awam melakukan pekerjaan-Nya di dunia; Ia masih tetap memberikan kuasa-Nya kepada para saksi-Nya.

Diambil dan disunting dari:
Judul buku: Panduan Alkitab
Judul asli artikel: Para Saksi yang Menanti
Penulis: Sheri D. Haan
Penerbit: Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang 1994
Halaman: 20 -- 25


MUTIARA GURU


"Bila seorang anak tidak bisa belajar dari cara kita mengajarkan sesuatu kepadanya, mungkin kitalah yang harus mengubah cara mengajar kita agar sesuai dengan cara belajar mereka" -- Ralph Waldo Emerson
 

Membesarkan Anak-Anak Kristen

Harapan setiap guru dan orang tua Kristen adalah memiliki anak layan yang sehat secara jasmani maupun rohani. Namun, semua itu tergantung bagaimana kita mendidik anak layan, baik dalam lingkungan gereja maupun keluarga. Bagaimana kita dapat membesarkan/mendidik anak agar mereka menjadi anak-anak yang sehat secara jasmani maupun rohani? Simaklah tip dalam edisi ini, yang secara khusus disajikan bagi orang tua Kristen, namun bermanfaat pula bagi pelayan-pelayan anak. Kiranya sajian ini menjadi berkat bagi kita semua. 

Untuk membesarkan anak dengan sukses, kita memerlukan petunjuk-petunjuk pengasuhan anak yang alkitabiah. Apakah yang Alkitab ajarkan tentang pengasuhan anak?

Ada beberapa tanggung jawab yang lebih penting daripada sekadar membesarkan anak. Sangat penting bila orang tua Kristen bergantung pada isi Alkitab untuk mendapatkan hikmat ketika mereka memenuhi tanggung jawab tersebut. Untuk membesarkan anak dengan sukses, orang tua memerlukan kasih, kesabaran, komitmen, dan perencanaan. Berikut ini adalah kiat-kiat alkitabiah untuk menolong keluarga membesarkan anak dengan cara Allah.

1. Orang Tua Harus Menjalani Pernikahan yang Penuh Kasih.

Walaupun saat ini muncul kontroversi dalam mendefinisikan "pernikahan" dan "keluarga", Alkitab sangat jelas mengajarkan hal ini. Dalam kitab Kejadian, Allah membentuk pernikahan sebagai hubungan perjanjian antara satu pria dan satu wanita. Walaupun pemerintah mungkin mengakui bentuk-bentuk pernikahan yang lain (seperti bangsa Israel pada zaman dahulu yang mengakui poligami), peraturan-peraturan tersebut bukanlah bagian dari rencana Allah.

Rencana Allah bagi keluarga adalah agar laki-laki "meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging." Dalam ikatan kudus ini, pasangan suami istri melahirkan anak-anak ke dunia, membesarkan mereka, dan seterusnya, sehingga proses ini terulang. Oleh karena itu, pengasuhan Kristen yang sukses berawal dari pernikahan Kristen yang kuat.

2. Orang Tua Harus Mengasihi Anak-Anak Mereka Tanpa Syarat.

Kasih adalah perintah paling mendasar yang diberikan oleh Yesus. Ketika Yesus ditanya tentang hukum terutama, Yesus menjawab bahwa hukum terutama adalah mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, dan akal budi kita. Hukum yang kedua adalah "mengasihi sesamamu manusia seperti dirimu sendiri". Mengasihi "sesama" mengacu pada orang-orang yang biasa berinteraksi dengan kita, bukan hanya seseorang atau tetangga-tetangga kita. Dalam arti sebenarnya, mengasihi berawal dari keluarga.

Jenis kasih yang diperintahkan kepada orang Kristen adalah kasih tanpa syarat. Orang tua seharusnya mengasihi tanpa syarat (dan mengekspresikan kasih itu) kepada anak-anak mereka.

3. Orang Tua Harus Memberi Semangat dan Menguatkan Anak-Anak Mereka.

Pujian yang jujur dan positif sangat bermanfaat bagi anak-anak. Pujian ini seharusnya diberikan dengan bebas, bahkan sebagai bagian dari mendisiplinkan. Dalam Efesus 4:29, Paulus menuliskan, "Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia."

Komunikasi seharusnya digunakan untuk membangun dan memberi semangat, bukan mematahkannya. Sayangnya, banyak orang tua justru menggunakan kata-kata mereka untuk menjatuhkan dan mematahkan semangat anak-anaknya. Ini seharusnya tidak terjadi di keluarga mana pun, terutama di dalam keluarga Kristen.

4. Orang Tua Harus Membudayakan Komunikasi Terbuka.

Komunikasi harus dilakukan secara terbuka, jujur, dan terus-menerus. Anak-anak jangan dibiasakan "memendam" perasaan mereka, dan merasa bahwa mereka tidak bisa memercayai orang tua mereka tentang perasaan, rahasia, dan masalah mereka. Orang tua harus berusaha keras untuk memastikan anak-anak tahu bahwa mereka dikasihi dan dihargai, serta diizinkan untuk menceritakan apa yang ada di dalam hati dan pikiran mereka.

5. Kedisiplinan Seharusnya Memperbaiki, Bukan Menyakiti.

Orang tua harus mendisiplinkan anak-anak mereka, tetapi kedisiplinan itu diterapkan untuk mengoreksi dan memperbaiki. Kedisiplinan harus dilakukan secara konsisten dan penuh kasih. Meskipun Alkitab menunjuk "rotan" sebagai simbol kekuasaan dan dorongan untuk memperbaiki, ini bukan surat izin untuk memukul anak. Anak-anak yang dibesarkan di tengah-tengah lingkungan yang penuh kekerasan, biasanya berkembang dan menjadi orang yang suka kekerasan, atau mengalami gangguan dalam perkembangan sosial, emosi, fisik, dan pengetahuannya. Ini bukanlah kehendak Allah bagi keluarga.

Dengan menerapkan prinsip-prinsip Alkitab dalam keluarga melalui pernikahan yang kukuh, penuh kasih, penguatan, komunikasi terbuka, dan disiplin yang penuh kasih dan tanggung jawab, keluarga Kristen akan meraih kesuksesan yang lebih besar dalam membesarkan anak-anak mereka.

Talentaku Menjadi Berkat Bagi Sesama

Tuhan telah memberikan kepada setiap anak talenta yang berbeda dan unik. Tugas pelayan anak dan orang tua adalah menolong anak menemukan talenta mereka, dan mengembangkan potensi tersebut. Tujuannya bukan untuk kemegahan diri sendiri, melainkan untuk kemuliaan nama Tuhan. Saat anak sudah mengetahui dan menyadari bahwa talenta yang mereka miliki harus dipersembahkan untuk kemuliaan nama Tuhan, saat itu kita tahu bahwa anak layan memiliki pertumbuhan rohani yang sehat. Bagaimana caranya agar setiap anak bisa menggunakan talenta mereka untuk kemuliaan Tuhan? Temukan jawabannya dalam kolom Bahan Mengajar minggu ini. Jangan lewatkan pula, pendapat-pendapat dari rekan-rekan pelayan anak mengenai kehidupan rohani anak yang sehat, karena dari situ kita dapat belajar dari pengalaman rekan-rekan yang lain pula.

Bahan Alkitab: Kejadian 41:1-57

Fokus
Kesulitan hidup kadang membuat kita kehilangan rasa percaya diri. Kita merasa menjadi orang yang bodoh, payah, dan yang tidak bisa berbuat apa-apa untuk menyelesaikan persoalan kita; apalagi persoalan orang lain. Tuhan memberikan talenta kepada setiap orang, hanya saja manusia kadang tidak bisa melihat potensi dalam dirinya sendiri. Yusuf, yang mengalami kesulitan sejak dijual oleh kakak-kakaknya kepada pedagang Midian, ternyata tidak hanya berdiam diri meratapi nasibnya yang malang, namun ia justru bersedia menggunakan potensi yang ada dalam dirinya. Dengan pertolongan Tuhan, ia mampu menyelamatkan bangsa Mesir dari bahaya kelaparan melalui penafsiran mimpi Firaun. Berikut adalah salah satu cara mengajar anak mengenal dan menggunakan kemampuannya untuk menjadi berkat bagi orang lain.

Penjelasan Bahan :
  1. Setelah 2 tahun peristiwa juru minuman mendapatkan kembali jabatannya dan juru roti dihukum gantung, Firaun mendapat mimpi yang aneh dua kali berturut-turut. Pada waktu itu, mimpi dipercayai sebagai sarana Allah atau para dewa untuk menyampaikan sesuatu kepada manusia. Oleh karena itu, banyak orang yang mencoba berprofesi sebagai ahli tafsir mimpi. Tetapi rupanya mimpi Firaun ini sangat sulit diartikan, sehingga tidak ada seorang pun yang dapat mengartikannya. Hal ini membuat Firaun sangat gelisah (41:8). Melihat kegelisahan Firaun tersebut, sang juru minuman baru teringat akan Yusuf (41:9-13). Ia ingat bahwa saat orang-orang lain tidak dapat menafsirkan mimpinya dan mimpi juru roti, Yusuf bisa. Maka ia menyampaikan hal itu kepada Firaun, dan mengakui kealpaannya itu sebagai kesalahannya. Oleh karena itu, Firaun menyuruh memanggil Yusuf.
  2. Ketika Firaun bertemu dengan Yusuf, Firaun menanyakan kepada Yusuf tentang kehebatannya dalam menafsir mimpi. Tetapi Yusuf mengakui bahwa itu semua bukan karena kehebatannya, melainkan karena Allah (41:15-16). Kita melihat bahwa Yusuf tetap menjadi orang yang rendah hati dan mengandalkan Tuhan. Ia tidak mau mencuri kemuliaan Allah untuk kepentingannya sendiri. Setelah Firaun menceritakan mimpinya, maka Yusuf pun -- dengan pertolongan Tuhan -- sanggup menafsirkan mimpi tersebut. Bahkan kemudian Yusuf memberikan nasihat apa yang harus dilakukan Firaun untuk menyikapi isi mimpi tersebut (41:33-36). Oleh karena Firaun melihat bahwa Yusuf adalah orang yang sangat berhikmat dan dipenuhi Roh Allah (41:38-39), maka ia pun mengangkat Yusuf menjadi orang kedua setelah dirinya -- sebagai penguasa atas Mesir (41:40-44). Yusuf berhak mengatur seluruh tanah Mesir dan orang-orang Mesir harus tunduk kepadanya. Firaun memberinya gelar "Zafnat-Paaneah" kepada Yusuf. Sungguh suatu hal yang luar biasa, seorang asing (bahkan mantan narapidana) dapat menjadi penguasa di sebuah negara! Jika bukan karena penyertaan Tuhan, hal ini tidak mungkin terjadi.
  3. Yusuf, seorang menjalani masa mudanya dengan penuh ketidakadilan dan penderitaan, namun ia tidak menyerah dengan keadaan. Pengalaman-pengalaman hidup yang dilaluinya, tidak menjadikannya lemah dan berhati pahit. Ia justru bersedia menggunakan kemampuannya untuk menjadi berkat bagi orang lain. Tidak semua orang bisa bersikap seperti itu. Biasanya kesengsaraan hidup membuat orang menjadi pesimis, minder, dan tidak mau lagi berbuat apa-apa untuk kebaikan orang lain, sebab ia merasa tidak ada orang yang bersikap baik terhadapnya. Tapi, Yusuf bisa membuktikan bahwa Allah itu tidak tidur. Allah punya rencana yang indah dalam kehidupan Yusuf, oleh karena itu Yusuf bersedia dipakai Allah menggunakan talenta-talentanya untuk menjadi berkat bagi sesamanya. Dalam kisah ini, Yusuf bersedia menafsirkan mimpi Firaun, lalu memberikan nasihat apa saja yang harus dilakukan Firaun untuk menghadapi bahaya kelaparan tujuh tahun mendatang (meskipun saat itu ia belum diberi hadiah apa pun, tapi ia tulus ingin menolong bangsa Mesir). Setelah Yusuf mendapat jabatan khusus, ia pun menjalankan kuasanya dengan baik. Ia mengumpulkan bahan makanan sebanyak-banyaknya, sehingga waktu masa kelaparan itu datang, Mesir sudah siap untuk menolong rakyatnya, bahkan menolong orang dari seluruh bumi.
Ayat Hafalan

"Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah." (1 Petrus 4:10)

Lagu Pendukung
  • Anak-Anak Allah Bapa (Pujilah Tuhan Hai Jiwaku 72).
  • Tanganku yang Kecil (Kidung Sekolah Minggu 296).
  • Tanganku Kerja Buat Tuhan (Pujilah Tuhan Hai Jiwaku 77).
  • Aku Suka Membagi (Kidung Ceria 205).
Pelajaran
Pembukaan

1. Ajak anak-anak mendiskusikan secara singkat pertanyaan berikut ini.
  • Seandainya kamu tidak bersalah, tetapi difitnah sampai akhirnya dimasukkan penjara/dikurung di suatu ruangan, bagaimana sikapmu terhadap situasi tersebut? Marah dan tidak mau berbuat apa-apa? Atau tetap tenang dan melakukan apa yang kamu bisa di sana?
  • Menurut kalian, apa yang bisa dilakukan seseorang di dalam penjara? Apakah seorang tahanan masih bisa berkarya atau tidak?
2. Katakan kepada anak-anak bahwa penjara bukanlah tempat untuk membatasi karya seseorang. Orang yang di penjara memang tidak bisa pergi ke mana-mana, namun bukan berarti ia tidak bisa melakukan apa-apa di sana. Ada banyak orang telah membuktikan hal tersebut, ada banyak karya yang telah dihasilkan dari balik jeruji besi. Contoh terbesar adalah rasul Paulus. Beberapa kitab dalam Perjanjian Baru -- surat Efesus, Filipi, Kolose, Timotius, Titus, dan Filemon, merupakan surat yang ditulis rasul Paulus selama ia di penjara.

3. Katakan bahwa Yusuf pun juga telah melakukan hal serupa. Di dalam penjara, ia bisa menafsirkan mimpi juru minuman dan juru roti. Tetapi ada satu hal lagi yang lebih luar biasa yang ia lakukan pada saat ia tengah menghadapi kesulitan tersebut.

4. Ajak anak-anak untuk menyimak kisah hari ini.

Pokok Pelajaran :
  1. Katakan bahwa setelah 2 tahun dari peristiwa mimpi juru minuman dan juru roti, maka Firaun pun bermimpi. Apa isi mimpinya? Ajak anak-anak membaca Kejadian 41:1-7.
  2. Tanyakan kepada anak-anak: Apakah kalian tahu apa arti mimpi tersebut? Katakan bahwa Firaun tidak tahu. Ia bertanya kepada orang-orang pandai di Mesir, tapi mereka pun tidak tahu. Lalu apa yang selanjutnya terjadi? Ajak anak-anak membaca Kejadian 41:8-24. Jelaskan bahwa pada saat itu, juru minuman teringat kepada Yusuf, lalu menceritakannya kepada Firaun, sehingga Firaun memerintahkan orang untuk memanggil Yusuf. Selanjutnya, Firaun menceritakan isi mimpinya kepada Yusuf. Perlu dijelaskan bahwa ketika Firaun memuji kehebatan Yusuf dalam menafsirkan mimpi, ia tidak menjadi sombong. Yusuf mengakui bahwa semuanya itu berasal dari Allah, sementara ia hanya menjadi alat di tangan Allah (ayat 15-16).
  3. Tanyakan kepada anak-anak: Apakah kali ini Yusuf bisa menafsirkan mimpi Firaun yang sulit itu? Ajak anak-anak membaca Kejadian 41:25-36. Jelaskan bahwa dengan pertolongan Tuhan, Yusuf mampu mengartikan mimpi Firaun. Bahkan, Yusuf memberikan saran kepada Firaun mengenai apa yang harus ia perbuat, untuk menghadapi masa kelaparan 7 tahun tersebut.
  4. Tanyakan kepada anak-anak: Apakah saran Yusuf -- tahanan itu diterima oleh Firaun? Apa yang kemudian menimpa Yusuf atas saran yang diberikannya itu? Ajak anak-anak membaca Kejadian 41:37-45. Jelaskan bahwa ternyata Firaun mau menerima saran Yusuf tersebut. Bahkan, kemudian Firaun mengangkat Yusuf menjadi penguasa kedua di Mesir, setelah dirinya. Yusuf dipercaya untuk mengatur pemerintahan, pertanian, dan segala sesuatu di Mesir. Ia diberi gelar "Zafnat-Paaneah". Tegaskan kepada anak-anak, betapa luar biasanya peristiwa yang terjadi atas Yusuf. Ia yang semula menjadi budak karena keirihatian kakak-kakaknya, bahkan kemudian menjadi seorang tahanan atas kesalahan yang tidak pernah ia perbuat, kini menjadi seorang penguasa Mesir yang dihormati. Ini semua terjadi karena campur tangan dan kasih Tuhan.
  5. Lanjutkan pembacaan Kejadian 41:46-57. Jelaskan bahwa Yusuf tidak menyia-nyiakan kesempatan emas itu. Meskipun ia bukan orang Mesir, ia mau menggunakan kemampuan yang telah Tuhan percayakan kepadanya untuk menyelamatkan Mesir dari bahaya kelaparan, bahkan menyelamatkan banyak orang dari seluruh penjuru bumi.
  6. Beri penekanan kepada anak-anak bahwa dalam kondisi yang tidak menyenangkan, Yusuf tetap mau berkarya bagi orang lain. Ia bersedia menjadi berkat bagi banyak orang. Ajak anak-anak untuk meneladani sikap Yusuf ini.
Penerapan :
  1. Mengisi Kartu Komitmen Talenta. Guru menyiapkan sebuah kartu komitmen (guru bisa membuat dengan variasi sendiri) dan membagikan kepada setiap anak. Lalu minta anak-anak untuk mengisinya. Arahkan supaya anak-anak dapat mengisi kartu tersebut dengan baik. Bimbing mereka untuk mengenali talentanya masing-masing, lalu apa yang akan dilakukan dengan talenta tersebut, sehingga bisa berguna bagi orang lain.
  2. Beri penekanan kepada anak-anak, bahwa Tuhan memberikan talenta/kemampuan kepada setiap anak, bukan untuk disimpan atau digunakan untuk kesenangan sendiri saja, melainkan untuk menjadi berkat bagi sesama. Dorong mereka untuk bersedia melakukan apa yang telah mereka tulis dalam kartu komitmen.
  3. Akhiri pelajaran dengan berdoa, agar Tuhan memampukan anak-anak untuk dapat melakukan apa yang telah mereka tulis, sehingga sejak kecil, hidup mereka sungguh-sungguh menjadi berkat.
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku: Sahabat Anak Edisi Juli -- Desember 2010
Judul bab: Kasih
Penulis: Pdt. Rinta K. Gunawan
Penerbit: Komisi Bahan Pelajaran Sekolah Minggu (KBPSM), Magelang 2010
Halaman: 73 -- 75

Doa Membantu Membangun Kehidupan Rohani Yang Sehat

Salah satu hal yang perlu diperhatikan pelayan anak adalah kesehatan rohani anak-anak layannya. Oleh karena itu, kita harus berupaya agar pengajaran yang kita sampaikan dapat memenuhi kebutuhan rohani setiap anak. Pengajaran di sini bukan hanya berbicara tentang materi pelajaran, namun juga teladan dari setiap pelayan anak. Sebagai pelayan anak, kita juga harus memerhatikan kesehatan rohani kita, agar dapat menjadi contoh hidup bagi setiap anak yang kita layani.

Sebagai orang tua, kita melakukan segala sesuatu sebisa mungkin untuk memastikan anak-anak kita sehat. Membangun kehidupan rohani anak sama pentingnya dengan menjaga mereka, agar tetap sehat dan memastikan mereka mengerjakan pekerjaan rumah mereka. Kerohanian dapat menjadi fondasi kuat, untuk membantu anak-anak melewati tantangan kehidupan mereka. Mengajarkan anak-anak kita berdoa, dapat menolong mereka membangun kehidupan rohani yang sehat.

Mengajarkan anak-anak Anda untuk berdoa sendiri, mungkin terlihat seperti tugas yang menakutkan. Mungkin kita menganggap tugas ini lebih cocok untuk orang-orang terdisiplin, seperti para pendeta atau utusan Injil, tetapi sebenarnya kita dapat melakukannya semudah dan seproduktif mereka. Alkitab mengatakan bahwa Elia adalah manusia seperti kita semua. Hal ini menjelaskan bahwa doa-doa kita berdampak luar biasa seperti doanya, dan doanya menghentikan kekeringan yang mengerikan!

Kebanyakan kita mengingat doa-doa berirama yang kita pelajari saat jam makan ketika kita masih anak-anak. Doa-doa berirama ini bagus karena mereka menolong anak-anak membentuk kebiasaan berdoa. Saat umur anak melewati umur prasekolah, Anda bisa mulai mengajarkan mereka doa yang lebih formal saat makan. Cara terbaik memulainya adalah dengan memberikan teladan. Para orang perlu memulai dengan beberapa kata-kata, lalu membiarkan anaknya memberi andil. Tak lama lagi, anak dapat bergantian mengucapkan berkat untuk seluruh keluarga.

Cara lain untuk mengajarkan anak berdoa adalah dengan memulai renungan keluarga. Renungan keluarga adalah waktu yang disisihkan setiap hari, untuk membaca bacaan Alkitab dalam keluarga dan mempelajari cara menerapkannya secara langsung dalam hidup kita. Jika kita menutup renungan dengan doa yang mengandung pelajaran Alkitab pada hari itu, kita mengajarkan anak-anak kita untuk mendoakan Firman menjadi tindakan. Anda menggunakan waktu lain untuk menerapkan pola pelatihan tersebut. Mulailah dengan memberi teladan dan mendorong partisipasi mereka. Nantinya, anak Anda akan memimpin Anda dalam doa!

Teknik terakhir ini bagus untuk membangun hubungan anak Anda dengan Tuhan. Langkah ini menolong Anda mengetahui keseharian anak Anda, serta mengajarkan mereka cara yang tepat untuk berdoa. Mulailah dengan menanyakan anak Anda tentang apa yang dialaminya hari itu. Tanyakan apakah ada hal-hal yang baik atau tidak terlalu baik terjadi. Tawarkan kepada anak Anda untuk mendoakan keduanya. Tanyakan apabila ada teman-teman mereka yang membutuhkan doa, atau jika ada yang ingin anak Anda doakan. Anak-anak mungkin sedikit malu pada awalnya, tetapi sebentar lagi mereka akan banyak berbagi dan berdoa.

Bagian akhir yang penting untuk menanamkan doa dalam anak-anak Anda adalah dengan merayakan doa yang terjawab. Saat Anda mengambil waktu untuk berterima kasih kepada Tuhan dan mengingat jawaban doa-doa Anda, Anda membantu anak Anda untuk memercayakan segala kebutuhannya kepada Allah.

Akhirnya, jangan pernah menyerah. Jika Anda merasa canggung pada awalnya, ingatlah manfaat-manfaat doa. Ingatkan diri Anda bahwa Anda sedang menolong keluarga Anda dan anak-anak Anda untuk tetap sehat secara rohani. Anda mengizinkan Allah untuk mengarahkan keluarga Anda, yang selalu memberi arahan terbaik untuk kita.

Rabu, 05 September 2012

YUSUF TOKOH ALKITAB, PEMIMPIN BANGSA

Salah satu tokoh Alkitab, yang kisah hidupnya sangat menarik untuk digali lebih dalam adalah Yusuf. Melalui kisah hidup Yusuf, Tuhan menuntun kita untuk tetap setia menjalani setiap kehendak dan rencana-Nya dengan penuh penyerahan dan keteguhan kepada Dia. Jika Rekan-Rekan Pelayan Anak ingin menceritakan kisah hidup Yusuf kepada anak, pelajarilah pula secara mendalam tentang tokoh Yusuf ini terlebih dahulu. Tanpa pemahaman yang dalam akan kisah ini, maka kita juga tidak akan memahami dengan jelas apa yang ingin Tuhan sampaikan melalui tokoh Yusuf bagi setiap orang percaya.

a. Latar belakang.

Yusuf adalah putra ke-11 dari Yakub, anak pertama yang diperolehnya dari Rahel. Yusuf lahir di kota Haran. Nama Yusuf berarti "kiranya ditambahkan-Nya (Allah) lagi (anak lelaki)". Dia memiliki seorang saudara kandung, Benyamin, dan 12 saudara tiri (termasuk Dina). Ibunya meninggal saat dia masih muda. Dia memperistri Asnat dan memiliki anak Manasye dan Efraim.

b. Yusuf di dalam sumur mati ("pitted").

Yusuf sangat disayangi dan dikasihi Yakub. Dia mendapatkan jubah yang indah dari ayahnya. Hal ini membuat saudara-saudaranya iri dan membencinya. Mereka semakin benci dengan Yusuf karena dia menceritakan bahwa dalam mimpinya dia akan menjadi orang yang berkedudukan lebih tinggi daripada saudara-saudaranya. Karena alasan ini, saudara-saudara Yusuf berniat untuk membunuhnya. Namun, saudara-saudaranya bisa "mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar." (Kejadian 50:20) Oleh karena itu, Yusuf tetap hidup meskipun harus dimasukkan ke dalam sumur mati.

c. Yusuf dijual ke Mesir.

Saat saudara-saudara Yusuf duduk makan, datang saudagar-saudagar Midian -- pedagang Ismael dari Gilead. Saudara-saudaranya mengeluarkannya dari dalam sumur dan menjualnya kepada pedagang Ismael (Kejadian 37:28).

d. Yusuf di dalam penjara ("potted").

Di Mesir, orang Midian yang membeli Yusuf, menjual Yusuf kepada Potifar, salah seorang pegawai istana Firaun (Kejadian 37:36). Saat dia menjadi budak, Allah tetap menyertainya. Allah membuat segala yang diperbuatnya berhasil. Celakanya, Potifar memunyai istri yang dipenuhi birahi, ketika melihat ketampanan Yusuf. Berkali-kali dia mencoba merayu Yusuf untuk berzinah dengannya, namun Yusuf menolak. Yusuf memilih taat kepada Allah untuk menjaga kekudusan hidupnya. Karena jengkel keinginannya tidak terwujud, istri Potifar pun mengarang cerita bahwa Yusuf mencoba memperkosanya. Inilah yang menjebloskannya ke dalam penjara.

Yusuf di penjara selama 10 atau 12 tahun, dengan rantai pada pergelangan tangan dan kalung besi di leher. Kondisi yang demikian dapat menghancurkan hidup siapa pun. Sekalipun Yusuf tahu bahwa Allah memiliki rencana indah untuknya, namun jika ia tidak memiliki pengharapan yang pasti tentang rencana itu, maka hal ini pun bisa membuat hidupnya tidak berpengharapan. Akan tetapi, pada saat-saat yang berat ini, Allah tidak pernah meninggalkannya seorang diri. Allah senantiasa memberikan penghiburan dan penguatan kepadanya. Yusuf mengimani dan memegang janji Allah. Kesulitan dan liku-liku kehidupan yang berat tidak membuatnya putus asa. Dia bisa bebas dari kepahitan, kebencian, dan kemarahan, semuanya membuktikan bahwa ia dipelihara oleh mukjizat yang luar biasa dari anugerah Allah.

e. Yusuf dipromosikan ("putted").

Di dalam penjara, Yusuf tetap dipakai Tuhan. Karunia Allah tetap bekerja di dalam dirinya. Ketika dua rekannya sesama narapidana mendapat mimpi, Yusuf langsung bisa menafsirkan mimpi mereka. Dua tahun berikutnya, Raja Firaun mendapatkan mimpi yang menggelisahkan hatinya. Si juru minuman yang sempat lupa (atau mungkin melupakan) Yusuf, tiba-tiba ingat bahwa Yusuf sanggup menafsirkan mimpi. Maka, dipanggilnyalah Yusuf dan dibawanya menghadap Firaun. Dengan pimpinan Tuhan, Yusuf segera menafsirkan mimpi Firaun. Firaun begitu terkesan dengan Yusuf, sehingga dia menjadikannya sebagai orang kedua atas seluruh wilayah Mesir.

f. Yusuf mati.

Yusuf tidak menjadi "orang yang istimewa" karena pilihannya sendiri, tetapi karena pengaturan Ilahi. Di dalam kitab Ibrani, disebutkan bahwa Yusuf memiliki iman yang teguh di dalam Allah (Ibrani 11:22). Tembok-tembok denominasi tidak dapat menutup "pelayanan" Yusuf. Dia tidak gila harta, matanya tertuju pada upah yang lebih besar daripada kekayaan yang diperolehnya di Mesir. Dia memilih mengutamakan Allah dan hidup sesuai rencana-Nya. Karena iman, akhirnya dia bisa melihat penggenapan janji-janji Allah yang pernah diucapkan Tuhan kepada nenek moyangnya: Abraham, Ishak, dan Yakub. Yusuf meninggal pada usia 110 tahun di Mesir. Setelah diberi rempah-rempah, mayatnya ditaruh dalam peti dan dibawa ke tanah leluhurnya.