Visi terus terbakar, saya (JW)
mengucap syukur untuk segala kekecewaan, pergumulan yang Tuhan izinkan
terjadi, karena setiap kali saya kecewa, saya dihibur; setiap kali saya
terguncang, saya dikuatkan; dan sebuah ayat muncul sebagai rhema, yang
tertanam dalam hati saya dan menguatkan komitmen saya untuk terus dan
terus melayani anak.
Awal tahun 1992, saya menghadiri reuni
alumni Institut Pertanian Bogor (IPB), yang dulu aktif melayani di
kampus. Kami saling bercerita tentang pelayanan masing-masing; ada yang
menjadi gembala gereja, pengajar, konsultan, dan melayani khotbah di
gereja. Semua serba hebat dan saya cuma guru sekolah minggu. Telinga ini
terasa "gatal", ketika ada yang menyeletuk, "Wah, JW kok tidak
maju-maju ya. Dulu dia menjadi ketua persekutuan, ketua 'Praise Centre'.
Sekarang cuma guru sekolah minggu." Yang lain menimpali, "Yang awal
bisa menjadi yang akhir, yang akhir bisa menjadi yang awal." "Ya,
mungkin lagi dididik Tuhan!"
Apa yang saya dengar itu mengusik
hati saya, dan ada sebuah hasrat yang berkobar untuk melamar ke
Departemen Musik sebagai "Worship Leader" (Pemimpin Pujian), atau
menghadap Pak Niko minta dimasukkan sebagai pengkhotbah. Dalam hati saya
berkata, tahun 1986-1990, sebelum saya bergabung dengan gereja lokal
saya saat ini, saya sudah sering berkhotbah di kampus, di ibadah pemuda,
bahkan di gereja. Saya juga telah ditahbiskan menjadi Pendeta Pembantu
(Pdp), dan sudah tiga tahun berada di gereja ini.
Keinginan untuk
tampil di mimbar begitu kuat saya rasakan. Tetapi Roh Kudus berbicara
dalam hati nurani saya, "Apa yang kamu cari dalam pelayanan!" Secara
sadar saya putuskan untuk berkata tidak!
1. Melayani Bahkan Hidup untuk Berbuah
"Karena
bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku
harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi
mana yang harus kupilih, aku tidak tahu. Aku didesak dari dua pihak:
aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus -- itu memang jauh
lebih baik; tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia ini karena kamu.
Dan dalam keyakinan ini tahulah aku: aku akan tinggal dan akan
bersama-sama lagi dengan kamu sekalian supaya kamu makin maju dan
bersukacita dalam iman, sehingga kemegahanmu dalam Kristus Yesus makin
bertambah karena aku, apabila aku kembali kepada kamu." (Filipi
1:21-26).
Paulus, salah satu rasul yang dipakai Tuhan secara luar
biasa, memiliki konsep hidup yang sangat jelas dalam pelayanannya,
yaitu bekerja menghasilkan buah! Menghasilkan buah seharusnya juga
merupakan alasan kita hidup -- mengapa kita hidup, untuk apa kita hidup,
untuk apa kita melayani. Hal ini serupa juga dikatakan Tuhan Yesus
dalam Yohanes 15:16, "Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang
memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan
menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta
kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu."
Buah apa saja
yang harus kita hasilkan itu? "Buah kerajaan" atau jiwa-jiwa yang
bertobat karena pelayanan kita, "buah pertobatan", dan "buah roh" yang
sebenarnya sama dengan "buah pertobatan". Perubahan karakter kita
merupakan buah pribadi kita. Perubahan karakter orang lain karena
pelayanan kita merupakan buah pelayanan kita. Segala pelayanan kita pada
akhirnya diuji dan diukur, seberapa banyak buah yang kita hasilkan,
baik buah jiwa-jiwa, buah roh, maupun buah pertobatan.
Kegiatan
pelayanan -- Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR), kebaktian, "mission
trip", dll., digelar untuk menghasilkan buah. Jabatan pelayanan adalah
sarana untuk berbuah. Hasil akhir pelayanan targetnya buah. Ketetapan
Tuhan bagi kita adalah untuk berbuah. Kita disebut murid kalau kita
berbuah (Yohanes 15:8), bukan kalau kita ke menara doa, berkhotbah, atau
menyanyi. Semua kegiatan tersebut harus ada hasilnya, yaitu berbuah.
Untuk berbuah maka kita harus melakukan disiplin rohani -- berdoa,
membaca Alkitab, dll.. Cita-cita, obsesi, dan tujuan hidup saya adalah
menghasilkan buah.
2. Anak, Ladang Pelayanan Paling Produktif
Roh
Kudus terus membawa saya dalam pergumulan selanjutnya, kalau memang
tujuan hidup dan pelayananmu untuk berbuah, kemuliaan yang engkau terima
nanti dalam kekekalan, tergantung seberapa banyak engkau berbuah. Oleh
sebab itu, saya mau melayani di tempat yang paling efektif dan paling
produktif menghasilkan buah.
Pertama, pelayanan anak adalah
ladang paling produktif untuk menghasilkan "buah kerajaan". Mengapa?
Jelas siapa pun engkau, apa pun bakatmu, seberapa engkau pandai
berbicara atau tidak, suka anak atau tidak, saya percaya bahwa jauh
lebih mudah mengajak anak menerima Yesus dari pada mengajak pemuda,
mahasiswa, apalagi orang tua yang sudah punya konsep sendiri.
Berapa
banyak waktu yang harus engkau habiskan untuk menjelaskan, menerangkan,
pendekatan untuk memenangkan satu jiwa orang dewasa? Berapa uang yang
harus engkau keluarkan untuk menyelenggarakan ibadah bagi kelompok usia
dewasa? Bandingkan betapa cepat engkau bisa mendekati anak-anak dengan
sedikit permen, gambar-gambar, permainan, cerita Alkitab, dan betapa
mudahnya mereka mengerti dan menerima Yesus. Dengan waktu, tenaga, dan
biaya yang jauh lebih kecil, engkau menghasilkan jauh lebih banyak
jiwa-jiwa. Oleh karena itu, jangan tinggalkan pelayanan anak karena
engkau sudah ada di ladang terbaik, ladang paling produktif.
Paulus
pernah berkata kepada Timotius, bahwa ia akan punya banyak pengajar,
tetapi akulah bapamu. Jika kita melayani pribadi seorang anak, lalu ia
menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadinya, maka dalam
kitab kehidupannya, kitalah bapa rohaninya. Jelas sekali sebagai guru
sekolah minggu, kita mendapat kesempatan pertama untuk melayani seorang
pribadi pada usia yang paling dini untuk menerima Yesus. Lahir baru
hanya dialami sekali seumur hidup. Jika seorang percaya berdosa, dia
perlu minta ampun. Jika kelak dia tersesat, dia perlu kembali. Namun,
itu bukan berarti ia lahir baru berkali-kali. Seorang anak yang berusia
1,5 sampai 2 tahun, bisa dilayani secara pribadi untuk menerima Yesus.
Kita dapat mengundang Yesus masuk dalam hatinya sebagai Tuhannya.
Kedua,
pelayanan anak adalah ladang paling produktif untuk menghasilkan
"buah-buah roh". Jika tujuan pelayanan dan hidup Anda untuk mengumpulkan
buah-buah roh, maka sebagai guru sekolah minggu Anda sudah berada di
ladang yang paling produktif. Namun, jika nama, pujian, jabatan, ingin
tampil di mimbar, persembahan kasih yang besar, dan hal-hal sejenis ini
yang Anda cari, maka Anda tidak cocok untuk pelayanan ini, karena
hal-hal semacam ini tidak ada atau sedikit saja ada di area pelayanan
anak.
Anak seperti kertas baru yang "relatif bersih", dan mudah
dipengaruhi dan diwarnai. Lihatlah kenyataan, betapa anak-anak kecil,
anak-anak "Play Group" dan TK, sangat menghargai dan menurut dengan
gurunya. Baginya, gurunya adalah "super star", gurunya adalah hukum.
Betapa banyak anak sekolah minggu mengidolakan dan menurut apa yang
dikatakan gurunya. Beberapa anak tidak terlalu menurut dengan orang
tuanya, tetapi sangat patuh dengan gurunya.
Dengan pola semacam
itu sangat jelas bahwa posisi sebagai guru (Play Group, TK, SD) dan juga
sebagai guru sekolah minggu, merupakan pelayanan yang sangat strategis
dan produktif, untuk mengubah karakter seseorang, sehingga memengaruhi
dan mewarnai, serta menghasilkan buah-buah roh dalam hidupnya.
Seberapa
banyak perubahan orang lain yang dihasilkan seorang pelayan yang
melayani pemuda dan orang tua dalam setahun? Seberapa banyak yang
dihasilkan seorang guru sekolah minggu? Seberapa banyak karakter yang
diubah oleh seorang "Worship Leader"? Saya sedih jika ada orang yang
pindah dari pelayanan "jiwa" ke pelayanan "acara", dan merasa rohaninya
naik. Seharusnya, setiap orang tetap terlibat dalam jenis "pelayanan
jiwa", sekalipun dia juga melayani jenis "pelayanan acara". Anak ladang
paling produktif untuk berbuah.
Sejak awal tahun 1992, dengan
semangat yang diperbarui, saya mulai merekrut, melatih, menanam,
menajamkan visi, mengadakan retret guru-guru sekolah minggu, dan
menggarap ladang paling produktif di dunia pelayanan, ladang
terproduktif untuk berbuah. Saya melayani sungguh-sungguh dengan
kesadaran penuh, saya melayani di ladang paling produktif!
Diringkas dari:
Judul buku: Visi Pelayanan Anak (Membangun Generasi Baru)
Judul artikel: Ladang paling Produktif
Penulis: Pdt. Jarot Wijanarko
Penerbit: Yayasan Pulihkan Indonesia, Jakarta 2001
Halaman: 19 -- 25
Tidak ada komentar:
Posting Komentar