Minggu, 25 November 2012

Bila Tuhan Tidak Mengaruniai Anak

Tidak dapat dimungkiri bahwa kehadiran seorang anak sangat dinanti oleh semua pasangan. Bagi kebanyakan orang, rumah tangga seolah belum lengkap tanpa kehadiran seorang anak. Bukan perkara mudah bagi pasangan tanpa anak untuk hidup dalam anggapan-anggapan tersebut. Lalu, apakah yang harus dilakukan oleh pasangan yang tidak dikaruniai anak? Mungkinkah mereka bisa menjalani kehidupan pernikahan dengan bahagia? Belajar dari beberapa tokoh Alkitab akan sangat membantu untuk menghadapi situasi ini. Meski tanpa kehadiran seorang anak, percayalah bahwa Allah tetap memberikan sukacita dalam kehidupan pernikahan Anda. Semoga artikel dan tip yang kami sajikan dalam edisi ini, bermanfaat bagi Anda atau konseli yang Anda layani.

SUAMI ISTRI YANG TIDAK MEMUNYAI ANAK

Kisah Rahel dan Lea melukiskan betapa pentingnya bagi seorang wanita untuk melahirkan anak laki-laki untuk suaminya (Kejadian 30:1-24).

Banyak pasangan suami istri Israel yang tidak dapat melahirkan anak. Saat ini, kita sudah dapat mengetahui bahwa pasangan yang tidak dikaruniai anak bisa diakibatkan karena kemandulan suami atau istri. Akan tetapi, dunia pada zaman dahulu hanya menyalahkan istri berkaitan dengan masalah ini (kecuali Ulangan 7:14).

Seruan Rahel, "Berikanlah kepadaku anak; kalau tidak, aku akan mati." (Kejadian 30:1), menggambarkan perasaan setiap istri. Dan sudah pasti banyak suami yang merasa risau akan menyetujui jawaban Yakub, "Akukah pengganti Allah, yang telah menghalangi engkau mengandung?" (Kejadian 30:2)

Kemandulan bukan hanya masalah fisik atau sosial. Berbagai arti yang dalam secara rohani juga dikaitkan dengan masalah ini. Musa menjanjikan kepada umat Israel bahwa apabila mereka menaati Tuhan, berkat akan menyusul, "Engkau akan diberkati lebih daripada segala bangsa: tidak akan ada laki-laki atau perempuan yang mandul di antaramu, ataupun di antara hewanmu." (Ulangan 7:14) Oleh sebab itu, kemandulan dianggap sebagai akibat dari ketidaktaatan kepada Allah. Gagasan ini terlihat sepanjang sejarah Israel. Misalnya, Abraham secara terus terang menyatakan kepada Abimelekh bahwa Sara adalah saudara perempuannya. Akan tetapi, Allah menyatakan kepada Abimelekh dalam sebuah mimpi bahwa Sara sudah menikah. Ketika raja mengembalikan Sara kepada suaminya, Abraham memohon kepada Allah untuk mengaruniai anak-anak kepadanya sebagai ganjaran. "Sebab tadinya Tuhan telah menutup kandungan setiap perempuan di istana Abimelekh karena Sara, istri Abraham itu." (Kejadian 20:18) Bagian Alkitab ini menggambarkan kemandulan yang hanya bertahan selama waktu yang singkat. Akan tetapi, keadaan ini bisa bersifat permanen (bdg. Imamat 20:20-21). Akan tetapi, entah itu bersifat sementara atau permanen, kemandulan dianggap sebagai kutukan Allah.

Sulit bagi kita untuk membayangkan betapa menghancurkannya semua kejadian ini bagi wanita yang tidak dapat melahirkan anak. Secara rohani ia bingung, secara sosial ia malu, dan secara psikologis ia tertekan. Ia telah menikah dengan seorang pria yang ingin memunyai anak untuk menjamin kesinambungan garis keluarganya. Sang suami mungkin tetap mencintainya, tetapi si istri tetap tidak merasa terhibur olehnya (bdg. 1 Samuel 1:6-8).

Suami istri yang mandul menghabiskan banyak waktu untuk memeriksa kegagalan mereka pada masa lalu, untuk melihat apakah ada dosa yang tidak diakui. Melalui air matanya, si istri bertobat dari semua dosa yang diketahuinya dan si suami mempersembahkan korban yang patut untuk menutup dosa yang diperbuatnya "tidak dengan sengaja" (bdg. Imamat 4:2). Kemandulan menjadi pokok doa utama dari suami istri ini. Perhatikan bagaimana Ishak memohon kepada Tuhan untuk mengizinkan istrinya mengandung (Kejadian 25:21). Hana menangis tersedu-sedu di hadapan Tuhan dan berjanji jika Tuhan mengaruniai seorang anak laki-laki kepadanya, ia akan menyerahkan anak itu untuk melayani Tuhan (1 Samuel 1:11).

Ketika dosa dikesampingkan sebagai penyebab masalah itu, sang istri dengan leluasa dapat menanyakan tentang bermacam-macam obat. Para kerabat, teman, dan tetangganya mungkin menganjurkan supaya ia mencoba berbagai obat pekasih atau minuman pembangkit cinta berahi yang ternyata telah membantu mereka. Salah satu makanan semacam itu yang disebutkan dalam Alkitab adalah buah dudaim (Kejadian 30:14-16). Orang percaya bahwa tanaman dudaim dapat menghasilkan kesuburan; sering kali buahnya dipakai sebagai pemikat kasih. Rahel berharap buah itu dapat membantunya mengandung. Pada zaman para nabi, kaum wanita berusaha untuk mengatasi kemandulan dengan mencoba mengubah makanan mereka. Buah apel dan ikan dianggap dapat menjadikan orang kuat secara seksual, sehingga mendapat anak.

Berbagai penggalian di Israel belakangan ini, menemukan banyak arca kesuburan dari tanah liat. Arca-arca tersebut dipercaya membantu seorang wanita menjadi hamil oleh "daya sihir yang responsif". Tiap patung dibentuk seperti wanita hamil. Pada waktu wanita yang mandul itu memegang-megangnya dan menyimpannya di dekatnya, ia berharap bisa hamil. Wanita juga memakai jimat untuk menjamin kesuburan. Nabi Yeremia memerhatikan suatu kebiasaan kafir yang umum: Kaum wanita Yehuda meremas adonan, memberi korban curahan, dan membakar dupa kepada "ratu surga" untuk menjamin kesuburan (Yeremia 44:17-19; bdg. Yeremia 7:18). "Ratu" yang disebut dalam ayat-ayat ini mungkin Asytoret (Astarte), dewi asmara, kehamilan, dan kesuburan. Sudah tentu semua perbuatan takhayul ini adalah kekejian bagi Allah.

Bila semua pengobatan itu tidak berhasil, wanita itu dianggap mandul secara permanen. Dalam kondisi ini, sang suami mungkin akan mengambil tindakan drastis. Ia mungkin akan menikahi wanita lain atau mengambil seorang budak perempuan untuk melahirkan anak-anak dengan namanya. Itulah sebabnya, Sara memberikan hambanya, Hagar, kepada Abraham (Kejadian 16:2). Juga, Rahel meminta suaminya, Yakub, untuk mendapatkan anak dari budak perempuannya, Bilha (Kejadian 30:3).

Adopsi merupakan cara lain untuk mengatasi kemandulan seorang istri. Suami istri yang tidak memunyai anak dapat mengangkat seorang bayi/seorang dewasa sebagai anak. Eliezer dari Damsyik adalah seorang laki-laki dewasa, tetapi Abraham memberi tahu Allah bahwa ia akan menjadi ahli warisnya (Kejadian 15:2). Lempeng-lempeng tanah liat abad ke-15 sM yang ditemukan di Nuzi, menunjukkan bahwa Abraham sedang mengikuti perbuatan yang umum dalam kebudayaan Semit, meskipun hal ini sedikit sekali disebut dalam Alkitab. Adopsi menyelesaikan banyak masalah: Anak laki-laki yang diadopsi akan mengurus suami istri itu pada usia lanjut, memberikan pemakaman yang semestinya kepada mereka, dan mewarisi tanah milik keluarga itu. Akan tetapi, apabila suami istri itu mendapatkan seorang anak kandung setelah mereka mengadopsi anak, anak kandung itu akan menjadi ahli waris yang sah.

Perhatikan bahwa setelah anak Bilha dilahirkan, ia diletakkan dalam pangkuan Rahel. Perbuatan ini adalah bagian inti dari upacara adopsi. Bayi itu diadopsi oleh Rahel sebagai bayinya (bdg. Kejadian 30:3). Acuan-acuan lain tentang adopsi: putri Firaun mengadopsi Musa (Keluaran 2: 10 - Mesir) dan Mordekhai mengadopsi Ester (Ester 2:7, 15 - Persia).

Apabila seorang wanita menjadi hamil setelah menunggu selama bertahun-tahun, ia menjadi wanita yang paling bahagia di desanya. Dan, akan terjadi sukacita besar ketika bayinya lahir. Kita melihat hal ini dalam kisah Elisabet, ibu Yohanes Pembaptis. Lukas menulis, "Ketika tetangga-tetangganya serta sanak saudaranya mendengar bahwa Tuhan telah menunjukkan rahmat-Nya yang begitu besar kepadanya, bersukacitalah mereka bersama-sama dengan dia." (Lukas 1:58) Ketika akhirnya Rahel mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, ia berseru, "Allah telah menghapuskan aibku." (Kejadian 30:23) Karena berharap bahwa anak ini tidak akan menjadi anak tunggal, ia menamai dia Yusuf yang berarti "Ia menambah," sambil berkata, "Mudah-mudahan Tuhan menambah seorang anak laki-laki lagi bagiku." (Kejadian 30:24)

Sumber: Ensiklopedi Fakta Alkitab - Bible Almanac

ADOPSI ANAK DAN DAMPAKNYA

Adopsi sering kali menjadi solusi akhir bagi pasangan yang tidak dikaruniai anak. Sedikit banyak, pilihan ini dapat mengobati luka yang ditimbulkan oleh ketidakhadiran seorang anak dalam keluarga. Namun sayang, beberapa pasangan yang mengambil keputusan ini melupakan "kejutan-kejutan" yang mungkin akan ditimbulkan oleh seorang anak adopsi saat mereka beranjak remaja, yaitu ketika mereka mempertanyakan semua hal yang berkaitan dengan asal-usul dan jati diri mereka yang sebenarnya. Oleh sebab itu, orang tua perlu mempersiapkan ruang untuk menghadapi kemungkinan ini. Sajian kami kali ini menghadirkan artikel terkait dengan pilihan mengadopsi anak dan dampaknya serta masalah-masalah anak adopsi, jawaban atas pertanyaan mengenai bagaimana memperlakukan anak adopsi, dan ulasan buku karya Larry Richards. Selamat membaca, Tuhan Yesus memberkati.

Agar orang tua dan anak adopsi tetap aman dan nyaman dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan orang, beberapa ahli menyarankan orang tua untuk menjelaskan status anak adopsinya. Selain itu, memberikan penjelasan terhadap pertanyaan-pertanyaan anak tentang asal anak, kelahirannya, proses reproduksi, dan adopsinya juga dapat menjawab rasa ingin tahu anak. Cobalah untuk menggali apa yang dipikirkan anak dan apa yang ingin diketahuinya, tetapi jangan membanjiri mereka dengan informasi. Berilah jawaban secukupnya.

Berikut adalah masa perkembangan anak dan masalah yang dihadapi sesuai usianya, menurut Ronny Diamond, Direktur Spence Chapin Adoption Resource Center.

1. Kanak-Kanak (1 -- 4 tahun)

Pada masa kanak-kanak, anak-anak adalah pemikir pemula dan daya tangkapnya masih sangat harfiah. Mereka belum mampu berpikir logis dan memahami hubungan sebab akibat. Mereka masih egosentris, melihat sesuatu hanya berdasarkan sudut pandangnya sendiri. Namun, inilah saat yang tepat untuk menceritakan tentang adopsi, tentang keberadaannya sebagai pusat perhatian, dan juga menceritakan bagaimana mereka dapat masuk dalam keluarga Anda. Meskipun arti adopsi belum sungguh-sungguh tertanam dalam usia ini, tetapi menceritakan tentang kebenaran statusnya tetap menjadi pilihan yang bijak.

Ceritakanlah bahwa anak adopsi dilahirkan dengan cara yang sama seperti anak-anak yang lain. Ia tumbuh dalam kandungan wanita lain, tetapi waktu itu wanita yang mengandungnya tidak siap atau tidak mampu untuk menjadi ibu. Anda sangat ingin menjadi orang tua, maka Anda mengadopsinya dan menjadikannya anak Anda selama-lamanya. Ceritakanlah juga saat-saat kelahirannya dan saat-saat mengadopsinya karena itu merupakan kejadian yang sangat mengagumkan. Tunjukkanlah padanya bahwa Anda sangat bahagia menanti kehadirannya di dalam keluarga Anda. Lakukanlah hal itu berulang-ulang karena anak pada masa ini memerlukan pengulangan cerita, untuk memahami konsep-konsep baru dan menyeluruh.

Pada tahap ini, jangan terlalu berharap anak dapat mengerti hanya dengan satu atau dua kali diskusi. Jalanilah setiap tahap karena perbincangan tentang adopsi adalah proses yang terus-menerus. Anda mungkin perlu mencontoh Mary Chavoustie (Chicken Soup in the Soul, Daily Inspirations for Women, 2005), yang rajin mencari informasi mengenai jawaban yang tepat bagi pertanyaan anak tentang statusnya yang disesuaikan dengan tahap perkembangan anak. Suatu malam, ketika Mary menyiapkan makan malam, anak adopsinya (3 tahun) memanggilnya sambil menahan tangis, "Mama, Sarah mengatakan kalau engkau bukan mamaku yang sebenarnya. Dia pasti salah. Bukankah begitu, Ma?" Mary berkata dengan pelan, "Sentuhlah tangan Mama. Apakah Mama nyata bagi kamu?" "Ya, Mama nyata!" kata si anak sambil tersenyum gembira. "Mama adalah Mamamu yang sesungguhnya, dan cinta Mama kepada kamu adalah sungguh-sungguh," kata Mary.

2. Anak-Anak Sekolah (5 -- 11 tahun)

Sekitar usia 6 atau 7 tahun, anak adopsi mulai dapat membedakan berbagai cara untuk membentuk sebuah keluarga. Dia dapat mengerti bahwa kebanyakan anak menjadi anggota dalam suatu keluarga karena dilahirkan dalam keluarga itu, dan beberapa anak menjadi anggota keluarga setelah dimasukkan ke dalam keluarga tersebut, inilah yang disebut adopsi. Di dalam benaknya, ada dua konsep yang jelas tentang orang tua -- yang melahirkan anak dan yang membesarkan anak.

Menurut penelitian David Brodzinsky, anak-anak usia 6 -- 8 tahun entah anak adopsi atau bukan, memiliki persamaan: cerdas, bahagia, populer, dan percaya diri. Akan tetapi, setelah mencapai usia 10 -- 12 tahun, anak adopsi mulai merasa "kehilangan" dan merasa berbeda dengan yang lain. Khususnya bagi anak adopsi yang berbeda warna kulit dengan orang tua angkatnya. Bahkan, dia lebih sering merasa marah dan sedih, serta semakin melihat ketidakpastian tentang dirinya sendiri.

Pada masa ini, anak adopsi mulai memahami lingkungan tempat mereka lahir dan tidak berniat untuk menjadi anak dari ibu biologisnya. Ada begitu banyak kata "mengapa" dalam benak si anak. Jika ibu biologisnya tidak memunyai uang yang cukup, MENGAPA ia tidak mencari pekerjaan? Jika ia berpikir bahwa anak tidak dapat diasuh dengan orang tua tunggal, MENGAPA ia tidak menikah? Jika ia tidak tahu cara menjadi seorang ibu, MENGAPA ia tidak minta seseorang untuk mengajarinya? Anak adopsi akan terus mencoba untuk mencari tahu alasan mengapa ibunya menyerahkannya ke panti asuhan atau orang tua angkatnya. Pada usia ini, anak merasa sedih karena ia tidak tahu siapa orang tua dan keluarganya yang sebenarnya. Di sisi lain, orang tua angkat mungkin juga bersedih karena ia tidak kunjung mendapatkan anak biologis.

Sebagai orang tua angkat, tolonglah anak untuk memahami kesedihan dan kebahagiaan sebagai hal yang wajar dalam kisah adopsinya. Dalam menanggapi perasaan ini, anak biasanya akan terbuka dan berbicara tentang perasaannya, menutupi dan menghindarinya, marah dan mengacau, dan berpikir bahwa adopsi bukanlah masalah besar. Maka dari itu, usahakanlah untuk tetap menjalin dialog terbuka dengan anak sehingga Anda mengerti seperti apa si anak melihat proses adopsi, dan Anda dapat memberi penjelasan lain jika anak memunyai konsep yang salah. Ingatlah bahwa pembahasan tentang adopsi akan terus berubah sesuai dengan tahap perkembangan fisik, emosi, dan kematangan intelektual anak. Bersabarlah!

3. Praremaja dan Remaja (12 -- 18 tahun)

Anak-anak praremaja dan remaja pada umumnya lebih suka menjaga jarak dengan orang tua dan mencoba mencari tahu identitas mereka secara mandiri. Nah, apabila anak tidak mendapatkan informasi yang cukup, orang tua perlu membantu anak remajanya untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap dan mengizinkan anak untuk bereksplorasi. Akan tetapi, eksplorasi terkadang bisa memunculkan konflik dalam keluarga. Maka dari itu, orang tua harus mengusahakan komunikasi yang terbuka -- menjelaskan tentang adopsi kepada anak sesuai dengan perkembangan usianya.

Yang terpenting adalah mendengarkan apa yang dikatakan anak, mengikuti perasaannya, dan selalu siap menolongnya ketika ia menghadapi tantangan. Proses membina hubungan yang menyenangkan dengan anak adopsi, sebaiknya Anda lakukan sejak anak tersebut hadir dalam kehidupan keluarga Anda. Selamat menikmati kebersamaan Anda dengan anak adopsi Anda. Tuhan Yesus memberkati.

Sumber:
Judul tabloid: Keluarga, Edisi 40, Tahun II -- 2008
Penulis: Dra. Srisiuni Sugoto, M.Si
Penerbit: PT. Anugerah Panca Media, Surabaya 2008
Halaman: 24

MENGENALKAN YESUS KRISTUS KEPADA ANAK

Salah satu tanggung jawab yang paling penting bagi orang tua Kristen, termasuk para pelayan anak adalah mengajar anak-anak tentang Yesus Kristus. Namun, banyak sekali anak yang bertumbuh dalam pengenalan akan Kristus melalui sumber-sumber yang tidak alkitabiah. Gambaran samar tentang Kristus yang terekam dalam ingatan mereka adalah cerita-cerita yang dangkal. Misalnya ketika Paskah tiba, yang nampak jelas dalam pikiran mereka adalah "telur", bukan Kristus yang sudah bangkit.

Bagaimana kita memberikan gambaran yang jelas tentang Yesus Kristus kepada anak-anak?

1. Bicaralah dengan anak Anda tentang Yesus.

"... haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu." (Ulangan 6:7-9)

Anak-anak mengumpulkan sejumlah besar hikmat dari mendengarkan pembicaraan orang tua atau guru-guru mereka. Semua percakapan dan perkataan Anda sehari-hari harus mengarah kepada Tuhan. Mengucap syukur kepada Tuhan tidak hanya dilakukan pada waktu makan saja, tetapi juga ketika Tuhan menjawab doa-doa Anda. Ucapkan secara spesifik ucapan syukur Anda kepada Tuhan Yesus tentang pemeliharaan-Nya. Berikan pujian kepada Tuhan ketika semuanya berjalan baik, bahkan lebih dari yang Anda harapkan. Dan, minta Tuhan Yesus menuntun Anda ketika menghadapi keputusan yang besar.

Membaca Alkitab secara teratur adalah cara yang efektif untuk berdiskusi tentang Kristus dengan anak. Sekarang ini, sudah banyak Alkitab untuk anak-anak, bahkan untuk balita, yang dapat menolong orang tua atau pelayan anak memulai diskusi dengan anak. Dengan membaca Alkitab bersama, secara pribadi Anda dapat mengatasi setiap pertanyaan yang anak lontarkan. Anda juga dapat memantau pertumbuhan rohani mereka. Gunakan setiap kesempatan untuk mengajarkan tentang Yesus Kristus kepada anak, dengan memahami setiap kisah kehidupan-Nya dalam Alkitab.

2. Hidupi prinsip-prinsip iman Anda setiap hari.

"Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Matius 5:16)

Hal ini penting bagi orang tua Kristen untuk melakukan apa yang mereka katakan. Ketika Anda membuat pernyataan tentang kebenaran Alkitab dan kebenaran Allah, anak-anak Anda akan menonton untuk melihat bagaimana Anda melakukan pelajaran tersebut. Secara duniawi, gambaran yang paling dekat tentang Bapa di Surga adalah ayah kita di rumah. Orang tua yang serupa dengan Kristus merupakan kesaksian terbaik yang dapat anak lihat dalam hidup orang tua mereka.

Ketika Anda memperlakukan orang lain dan anak-anak seperti cara Kristus memperlakukan mereka, maka rasa cinta dan hormat kepada Yesus Kristus akan menjadi prioritas utama dalam hidup anak-anak Anda. Jika anak-anak Anda melihat kasih Kristus menjadi teladan dalam rumahnya, mereka akan memiliki perspektif yang relevan untuk melihat kasih Kristus di Kalvari.

Bagian dari pemahaman kasih Kristus bagi umat manusia adalah dengan memahami kekuasaan-Nya. Ketika Anda menjadikan Kristus sebagai penguasa rumah tangga Anda, maka Anda dapat menunjukkan kepada anak Anda bagaimana Tuhan mengasihi mereka, dan Tuhan pun menuntut hal yang sama dari mereka.

3. Berdoalah dengan anak Anda.

"Tetaplah berdoa." (1 Tesalonika 5:17) Salah satu cara terbaik untuk mengajarkan tentang Yesus Kristus kepada anak adalah dengan mengajak mereka berdoa. Banyak orang dewasa saat ini belajar berdoa dengan berlutut dan mengucapkan doa yang sudah ditulis. Meskipun itu bukan hal yang salah, namun anak akan lebih dapat mengembangkan hubungan pribadinya dengan Tuhan jika diajar untuk berdoa dari hati mereka, bukan dari doa yang sudah ditulis.

Hubungan yang dalam bisa diperoleh ketika 2 orang membuka hati mereka dan saling menceritakan rahasia terdalam mereka. Ajar anak Anda untuk mencurahkan isi hati mereka kepada Tuhan sejak usia dini. Jika anak Anda dapat berbagi segala sesuatu tentang dirinya sendiri kepada Allah tanpa malu atau takut, Anda sedang membangun tingkat yang lebih tinggi lagi, dalam hal melangkah lebih jauh dalam membangun komponen penting hubungan anak Anda dengan Tuhan.

Dengan menceritakan tentang Yesus kepada anak Anda, menghidupi prinsip-prinsip iman Kristen, dan berdoa dengan anak-anak, Anda dapat mempersiapkan mereka untuk mendengar dan memahami kebenaran yang paling mendalam dalam hidup mereka. (t/Davida)

Diterjemahkan dan diringkas dari:
Judul asli artikel: How To Teach Children About Jesus
Penulis: Charles Stanley
Tanggal akses: 26 Oktober 2012

Kamis, 15 November 2012

MASA KANAK-KANAK YESUS

Untuk Diingat: Yesus adalah seorang anak yang baik. Dia taat kepada orang tuanya dan selalu mempelajari firman Tuhan.

Pelajaran: Baca Lukas 2:41-52

Yesus lahir ke dunia sebagai seorang bayi. Dia bertumbuh menjadi seorang anak. Sama seperti kamu dan saya. Jadi, Yesus juga mengerti bagaimana rasanya menjadi anak kecil. Dan, Yesus tidak menjalani hidup dengan mudah. Keluarga-Nya harus pindah ke Mesir karena Herodes ingin membunuh-Nya. Dia tinggal di sebuah negara asing untuk sementara waktu. Dari Mesir, Dia pindah lagi ke Galilea, di sebuah kota bernama Nazaret. Kota itu bukanlah tempat favorit untuk hidup. Orang-orang Yahudi dipandang rendah orang Nazaret. Orang Nazaret dianggap sebagai orang miskin dan bukan orang Yahudi murni. Ayah Yesus adalah seorang tukang kayu. Keluarganya tidak kaya. Dia memiliki adik-adik. Sepupunya kemudian menjadi terkenal sebagai nabi yang aneh, yaitu Yohanes Pembaptis. Dan, tidak semua orang mengerti siapa Yesus itu, bahwa Dia adalah Anak Allah. Hanya beberapa orang yang mengenal-Nya.

Lukas 2:40: "Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya."

Apakah arti ayat di atas? Mental dan iman Yesus semakin bertambah kuat. Yesus juga menjadi penuh hikmat (bijaksana). Kasih karunia Allah ada pada-Nya berarti Allah senang dengan Yesus karena ketaatan-Nya.

Benar atau Salah:

1. Yesus datang ke dunia sebagai orang yang sudah dewasa.
2. Yesus tidak pernah hidup susah waktu kecil karena orang tuanya kaya.
3. Yesus adalah anak yang baik yang suka melakukan hal-hal yang benar.
4. Yesus tahu rasanya menjadi seorang anak kecil.

Lagu: Anak-Anak Kecil Tuhan Cinta

Setiap tahun, keluarga Yesus pergi ke Yerusalem untuk beribadah di Bait Allah, seperti yang diperintahkan Allah kepada semua orang Yahudi. Ketika Yesus berusia 12 tahun, keluarganya melakukan perjalanan, dan sedang dalam perjalanan kembali ke Galilea, mereka menyadari Dia tidak bersama mereka! Mereka kembali ke Yerusalem dan mencari-Nya selama 3 hari! Dapatkah kamu membayangkan betapa paniknya orang tua Yesus? Yerusalem adalah sebuah kota besar. Dapatkah kamu menebak di mana mereka akhirnya menemukan Yesus? Dalam Bait Allah. Dia belajar dengan ahli-ahli Taurat dan imam di sana. Yesus mengajukan pertanyaan, dan mendengarkan, dan menjawab pertanyaan itu sendiri.

Alkitab berkata dalam Lukas 2:46-47 bahwa Yesus sedang duduk di tengah-tengah alim ulama, sambil mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka. Semua orang yang mendengar Dia heran karena jawaban-jawaban-Nya yang cerdas.

Ketika orang tua-Nya menemukan Dia, mereka lega dan marah, "Nak, mengapa Engkau lakukan ini terhadap kami? Ayah-Mu dan aku sangat khawatir dan kami telah mencari-cari-Mu." Yesus menjawab, "Mengapa kamu harus mencari Aku? Apakah Ayah dan Ibu tidak tahu bahwa Aku harus turut melakukan pekerjaan Bapa-Ku?" Siapakah yang Yesus maksud dengan Bapa-Ku? Yusuf adalah seorang tukang kayu. Berarti, Bapa yang dimaksud Yesus adalah Tuhan. Jadi, bahkan pada usia muda, Yesus tahu bahwa mempelajari firman Allah dan melakukan apa yang benar sangat penting. Dapatkah kamu belajar dari firman Allah? Tentu saja kamu bisa!

Selanjutnya, Alkitab berkata bahwa Yesus kembali bersama orang tuanya dan menaati mereka. Dia taat kepada perintah untuk menghormati ayah dan ibunya. Bagaimana kita bisa menghormati ayah dan ibu kita saat ini? Kita bisa mematuhi mereka, memberitahukan kebenaran kepada mereka, melakukan hal-hal yang baik bagi mereka, dan tidak mengatakan apa pun yang buruk tentang mereka. Yesus melakukan hal-hal ini dan Alkitab mengatakan: "Yesus bertambah dewasa dan bijaksana. Ia juga semakin disenangi Allah dan manusia." Ketika kita melakukan apa yang benar, Allah dan manusia akan senang dengan kita.

Pertanyaan Ulangan:

Pertanyaan Linguistik

1. Apakah Bait Allah itu? Sebuah bangunan besar di mana orang-orang Yahudi menyembah Allah.
2. Isilah bagian yang kosong: "Aku harus turut melakukan _______ Bapa-Ku"
3. Susunlah huruf-huruf ini: FYUUS

Pertanyaan untuk Kegiatan

1. Temukanlah gambar kota Nazaret dalam peta Alkitab.
2. Gambarlah Bait Allah.

Pertanyaan Perasaan

1. Apakah yang Allah rasakan tentang ketaatan Yesus? (senang, dihormati).
2. Apa yang Maria rasakan ketika dia tidak bisa menemukan Yesus? (khawatir, takut).
3. Bagaimana reaksi orang Yahudi ketika Yesus menjawab setiap pertanyaan mereka? (heran).

Pertanyaan Penerapan:

  1. Apakah Yesus tahu seperti apa rasanya menjadi seorang anak? (ya, Dia pernah juga menjadi anak-anak, jadi Dia tahu masalah kita).
  2. Bagaimana kita bisa menjadi orang yang bijaksana seperti Yesus? (belajar Alkitab setiap hari dan mendengarkan nasihat orang tua kita).
  3. Apa yang Tuhan rasakan jika kita patuh? (senang, bahagia).

Pertanyaan tentang Fakta
  1. Apa saja jenis masalah anak-anak zaman sekarang ini? (keluarga yang berantakan, senang mengganggu di sekolah, sakit, dan lain-lain).
  2. Ke mana keluarga Yesus melakukan perjalanan? (Yerusalem).
  3. Mengapa mereka pergi ke Yerusalem? (untuk menyembah Tuhan).

Pertanyaan Tinjauan
  1. Apa pentingnya mengetahui hal yang benar dan hal yang salah? (karena Allah ingin kita melakukan apa yang benar dan menghindari apa yang salah).
  2. Bagaimana sikap Yesus sebagai seorang anak? (patuh kepada orang tua, belajar Alkitab setiap hari, dan mengutamakan Allah).
  3. Mengapa Yesus tetap tinggal di Yerusalem? (Untuk belajar firman Allah).

Rabu, 17 Oktober 2012

MENGEMBANGKAN TALENTA DAN KARUNIA

Sebagai orang tua atau guru, Anda tidak hanya ingin membantu anak belajar mengintegrasikan pekerjaan dalam kehidupan mereka. Anda juga ingin membantu mereka untuk mengembangkan minat, talenta, karunia, dan bakat tertentu yang Allah berikan kepada mereka. Bagaimana cara untuk membantu anak-anak mengeksplorasi dan mengembangkan kemampuan mereka?

1. Bantu Anak Menemukan Talentanya

Dalam jiwa anak, terdapat bakat tertentu yang akan muncul dan berkembang menjadi talenta dan karunia. Allah telah melakukan tugas-Nya dan tugas Anda adalah mengajak mereka untuk terlibat dalam berbagai pengalaman, sehingga Anda dan anak dapat mengetahui apa yang ia hargai, kuasai, dan suka lakukan.

Ayah saya sendiri, yang kini pensiun, sangat terampil dalam hal elektronika radio. Beliau telah menggeluti dunia radio sejak kecil. Dalam Perang Dunia II, ayah saya bertugas di bagian radio Angkatan Laut AS. Beliau membesarkan empat anak dengan keahliannya. Jika Anda berada di Utara bagian timur California dan bisnis Anda memunyai masalah radio yang tidak bisa diperbaiki siapa pun, panggil saja Jack Townsend.

Ayah mengajak saya ke tokonya, menunjukkan apa yang beliau lakukan, dan mengizinkan saya melakukan pekerjaan paruh waktu. Ayah membantu saya mencoba bidang elektronika, untuk melihat apakah saya memiliki kemampuan dalam bidang tersebut. Ternyata tidak. Dia dan saya sama-sama menemukan bahwa saya memiliki sedikit bakat atau minat dalam bidang radio maupun teknis.

Namun, waktu saya masih SMP, kami berbicara tentang pekerjaan, dan dia berkata, "Kamu dapat membangun hubungan yang baik dengan banyak orang. Bagaimana kalau kamu menjadi seorang pengacara?" Walau akhirnya saya tidak banyak melakukan hal yang berkaitan dengan menjadi pengacara (kecuali memiliki koleksi lelucon tentang pengacara), tetapi pernyataan ayah itu bergaung dalam diri saya.

Melalui sekolah perguruan tinggi, pekerjaan, dan pendidikan pascasarjana, saya mulai tertarik dengan profesi yang melayani. Saya memasuki berbagai bidang untuk sampai ke sana, melibatkan diri dalam organisasi pendamping gereja, melayani penuh waktu, melayani di ladang misi, dan mengatur kelompok rumah, sampai akhirnya saya berkecimpung di bidang konseling.

Dalam keterlibatannya yang tidak mendikte, Ayah membantu saya menemukan apa yang saya sukai. Meskipun saya bukan orang teknis, saya menyukai aspek teknis dalam profesi saya: rincian teologi dan penelitian psikologis. Tapi saya senang, dunia telah terhindar dari keterlibatan saya dalam dunia teknis Ayah.

Sejak usia dini, anak-anak akan mendapatkan keuntungan dari lingkungan yang kaya stimulus: lingkungan yang di dalamnya terdapat beragam kegiatan dan anak-anak dilibatkan sesuai dengan tingkat perkembangan mereka. Sebelum usia sekolah, milikilah mainan interaktif dan perlengkapan seni yang akan membantu anak untuk berimajinasi dan mencipta. Saat mereka bertambah besar, jangan hanya mengenalkan mereka dengan kegiatan sekolah, tetapi juga olahraga, kesenian, ilmu pengetahuan, keterlibatan di gereja, dan membantu orang lain. Tugas-tugas bermain ini adalah awal dari apa yang akhirnya akan menjadi tugas dalam suatu pekerjaan. Anak Anda bekerja dengan bermain. Buatlah struktur-struktur ekstrakurikuler yang sehat dan baru menjadi norma di dalam keluarga Anda. Ini adalah waktunya untuk mengajak dan memberi dorongan.

Saya mengenal sebuah keluarga yang memiliki tiga anak perempuan. Keluarga ini yang memiliki pola, yaitu masing-masing anak mencoba satu olahraga, aktivitas, atau kegiatan seni yang berbeda setiap tahun. Ketika mereka lebih besar, anak-anak ini telah berfokus pada hal-hal yang mereka sukai. Di saat mereka SMP, mereka sudah pernah melakukan sepak bola, basket, bisbol, renang, golf, catur, tenis, balet, piano, menyanyi, kegiatan amal, dll.. Tidaklah mengherankan bahwa ketiga anak perempuan ini dapat menjadi pengasuh anak yang bertanggung jawab, dengan kebiasaan kerja yang solid dan sangat diinginkan di lingkungan dan masyarakat mereka.

2. Tantang Anak untuk Mengembangkan Talentanya


Ajaklah anak Anda untuk menemukan minat mereka. Ketika mereka telah memusatkan diri pada suatu minat tertentu, menginvestasikan waktu dan energi mereka di dalamnya, tantanglah mereka untuk mengembangkan talenta mereka. Kemudian mereka akan terlibat dalam kegiatan yang mereka nikmati dan melakukannya dengan baik. Dengan itu, mereka dapat memiliki keterlibatan seumur hidup. Bantulah mereka untuk memperdalam keterlibatan dan penguasaan mereka.

Minat saja tidak akan menyebabkan anak Anda mengembangkan kompetensi dalam bidang yang mereka pilih. Pada umumnya, anak-anak tidak memiliki struktur internal untuk bekerja pada tugas tertentu. Mereka membutuhkan struktur orang tua untuk membantu mereka dalam menjadwal, memusatkan diri, dan semakin berkembang dalam bidang yang telah mereka pilih, sampai struktur itu menjadi bagian dari diri mereka.

Beberapa orang tua sering dituntun oleh tingkat minat anak-anak mereka. Mereka merasa jika anak bosan dengan beberapa aktivitas, itu adalah tanda bahwa dia perlu pindah ke sesuatu yang lain. Hal tersebut hanya bermanfaat pada masa-masa awal usia anak. Misalnya, anak prasekolah mungkin perlu untuk beralih dari karya seni ke menyanyi, lalu ke cerita karena ia tidak bisa konsentrasi pada apa pun untuk waktu yang lama. Namun, anak-anak juga memiliki kebutuhan untuk belajar disiplin, berkomitmen, dan menyelesaikan tugas seiring mereka beranjak dewasa. Jarang ada anak yang mengatakan, "Aku lelah beristirahat. Bolehkah aku mengerjakan latihan perkalian?"

Di sinilah, Anda perlu bertindak sebagai pelatih. Bantulah anak Anda melihat bahwa baik komitmen, investasi, latihan, maupun energi, semua itu akan diterjemahkan ke dalam suatu keahlian atau talenta. Berikan mereka pengalaman jangka panjang. Jangan biarkan mereka berhenti dari tim olahraga atau kegiatan lain dan pelajaran sebelum akhir musim, atau bahkan beberapa musim, kecuali ada masalah serius. Misalnya, seorang anak yang perilakunya sangat mengganggu hingga perilakunya merusak seluruh kerja sama tim, mungkin perlu dikeluarkan. Namun, ini tidak boleh diganti dengan menganggur di rumah dan menonton televisi. Waktu yang seharusnya dihabiskan dalam tim, seharusnya dihabiskan dengan melakukan pekerjaan rumah, membantu gereja, atau terlibat dalam olahraga tim lain yang di dalamnya perilaku anak tersebut tidak begitu negatif. Tapi, seorang anak yang hanya merengek kelelahan dari sebuah olahraga hanya harus diberi tahu, "Saya tahu, Sayang. Sulit untuk tetap berpegang pada komitmenmu. Tapi kamu mendaftar untuk olahraga ini dan kamu harus menyelesaikan olahraga ini, kamu harus menyelesaikannya untuk dirimu sendiri dan untuk tim."

3. Kembangkan Pula Kemampuan Dasar untuk Kehidupannya

Sementara Anda membimbing anak Anda dalam mempelajari penguasaan di bidang yang khusus, dia juga harus mendapatkan kompetensi dalam bidang kehidupan universal yang semua orang dewasa butuhkan, yaitu bidang-bidang seperti akademisi, pemecahan masalah, keterampilan sosial, bahasa, kebersihan dan kesehatan, serta perawatan rumah. Tetap jaga anak Anda seimbang dalam genggaman dan penguasaan di kehidupan dan pekerjaan. Jika dia berbakat di bidang tertentu, Anda memiliki kewajiban untuk memberikan tambahan dan sumber daya untuk mengembangkan bakatnya. Namun, jangan mengabaikan pertumbuhan keterampilan hidupnya. Kita semua telah mendengar cerita tentang anak ajaib yang tidak bisa mengelola, baik karier maupun kehidupan cintanya saat ia dewasa.

4. Pahami Peran Orang tua yang Berada di Belakang Layar

Pahamilah peran Anda dalam membantu anak Anda mengembangkan penguasaan dalam suatu bidang. Anda berada di belakang layar, menyediakan struktur baginya untuk mengalami pertumbuhan. Jagalah prestasi dan kompetensi Anda sendiri terpisah dari miliknya.
  • Jangan menjadi orang tua panggung, yang terlalu terlibat dalam kejayaan anak Anda karena kebutuhan Anda sendiri.
  • Jangan mengendalikan tingkat keberhasilan. Tetap mengikuti para ahli yang dapat membantu Anda untuk mengetahui cara mengantisipasi anak Anda.
  • Jangan memusatkan hidup anak Anda hanya kepada karunia-karunia yang dimilikinya. Pastikan ia memiliki banyak hal baik lainnya dan teman-teman. Jagalah kehidupan yang seimbang. Dia membutuhkan tempat untuk menjadi "anak biasa".
  • Jangan mengidealkan anak Anda. Dia masih bergelut dengan keegoisan, hak, ketidakjujuran, dan rasa tidak bertanggung jawab. Berikan kepadanya pengawasan realitas yang baik. Tetap berikan keanggunan dan kebenaran melalui hal-hal ini.
Membantu anak Anda menemukan dan bertumbuh dalam kompetensi baik di dalam kedua bidang khusus dan tugas-tugas kehidupan, merupakan sebuah panggilan yang agung. Teruslah membayangkan dia sebagai orang dewasa, di mana Anda menginvestasikan waktu untuk membantunya mempersiapkan diri memasuki dunia orang dewasa.

5. Kembangkan Talenta Sesuai Usia dan Tahapan Hidup Anak

Anak-anak selalu mengerjakan sesuatu. Mereka memiliki rencana Tuhan yang diarahkan untuk menguasai hidup. Berikut ini adalah beberapa pedoman umum untuk membantu Anda berfokus pada tugas sesuai dengan usia mereka.

Bayi: Mempelajari keterampilan dasar untuk bertahan hidup; berkembang secara fisik; merangkak; membedakan warna, wajah, dll.; belajar ritme siang hari dan malam hari; berkomunikasi dengan ibu.

Masa balita: Belajar jadwal dan aturan rumah; belajar untuk berbicara dan berinteraksi sosial; menguasai makan dengan peralatan yang tepat dan menggunakan toilet; belajar tentang hidup dengan cara bermain.

Anak sekolah: Menguasai kebiasaan sekolah seperti kemampuan verbal dan matematika, belajar, dan memerhatikan pelajaran di kelas; bermain olahraga dan terlibat dalam seni; melakukan tugas-tugas di rumah; bekerja sama dengan anggota tim dan bersaing melawan tim lain.

Masa remaja: Menguasai keahlian dan bidang minat, seperti sains, humaniora, atau studi sosial; menjajaki talenta dan karunia; bekerja di luar pekerjaan.

Perguruan tinggi: Mampu hidup sendiri; maju ke arah penguasaan berdasarkan nilai-nilai, minat, dan kemampuan.

6. Jangan Menciptakan Seorang Pecandu Kerja

Beberapa orang tua takut jika mereka memberi contoh, mengajak, dan menantang anak-anak bekerja, maka mereka akan menghasilkan seorang yang kecanduan kerja dan tidak memiliki kehidupan lain. Memang, ada pecandu kerja di luar sana. Namun, orang tua yang terlibat secara sehat tidak akan menyebabkan hal ini. Sering kali, kekurangan di bidang karakter lain akan menyebabkan anak untuk mengisi beberapa kekosongan dengan pekerjaan. Jika kasih sayang, tanggung jawab, dan realitas berada dalam perspektif yang tepat dalam pengembangan karakternya, kapasitas kerja akan menemukan tempat mereka sendiri di dalam diri seorang anak.

Pecandu kerja sering mendapat perhentian dari ketakutan mereka akan kedekatan, ketidakmampuan untuk mengasihi, masalah-masalah dalam menetapkan batas dengan orang lain, dan kecemasan tentang kegagalan. Ketika hal-hal ini terselesaikan, pekerjaan cenderung menjadi kurang penting dan lebih memuaskan bagi orang dewasa. Pekerjaan adalah hamba yang besar dan tuan yang malang.

Penguasaan pekerjaan adalah salah satu aspek yang paling berharga tentang membesarkan anak bagi orang tua karena memberikan kesempatan untuk melihat pertumbuhan yang terukur. Tapi anak yang bekerja tidak selalu berarti anak bermoral. (t/Jing Jing)

Diterjemahkan dan disunting dari:
Judul asli buku: Raising Great Kids
Judul bab: Developing gifts and Talents
Penulis: Dr. Henry Cloud & Dr. John Townsend
Penerbit: Zondervan Publishing House, Grand Rapids 1999
Halaman: 139 -- 144

Kamis, 11 Oktober 2012

Menggunakan Talenta Yang Diberikan Tuhan

Ayat Hafalan: Roma 12:6a
"Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita"

Cerita:
Suatu hari, sekitar seabad yang lalu, seorang anak bernama Jean duduk di samping ayahnya sembari mereka menikmati matahari terbenam ke dalam gelombang laut. Keagungan pemandangan itu menggugah antusiasme kekanak-kanakannya dan ia pun mencurahkan isi hatinya dalam sukacita yang amat sangat. Ayahnya, dengan penuh takjub melepas topinya dan berkata kepada anaknya itu, "Anakku, itulah Tuhan." Bocah itu tak pernah melupakan kata-kata itu, "Itulah, Tuhan".

Jean dilahirkan dalam keluarga yang miskin, jadi ia harus bekerja di ladang, bersusah payah untuk dapat makan. Pada hari Minggu, keluarga itu tidak bekerja dan pergi ke gereja di desa itu, ayahnya adalah pemimpin paduan suara di gereja itu. Setelah ibadah, teman-teman dan keluarga besar mereka kadang-kadang datang ke rumah untuk menghabiskan siang itu dengan keluarga ini.

Suatu hari Minggu, segera setelah mereka pulang dari gereja, seorang penduduk desa yang sudah tua dan bungkuk berjalan melintasi mereka. Ada sesuatu pada orang tua itu yang menarik perhatian Jean. Ia segera mengambil arang lalu dengan cepat menggambar sketsa orang tersebut di dinding. Jean dapat menangkap peristiwa dan sosok orang tua itu dalam sketsanya, sehingga membuat orang-orang tertawa -- tapi tidak ayahnya. Ayahnya dapat merasakan bakat yang dimiliki oleh anaknya itu, ia memerhatikan bakat Jean yang semakin berkembang. "Jean, anakku," katanya, "Ayah tidak akan menghentikanmu lagi untuk mempelajari apa yang sangat ingin kau pelajari."

Jean Francis Millet, nama lengkap bocah itu, menjadi seorang seniman di kalangan kaum petani. Ia tidak pernah memegahkan dirinya dalam hal lain. Karakternya lebih tinggi dari apa pun yang dimilikinya. Ia memiliki iman yang teguh kepada Allah dan ia percaya bahwa Alkitab adalah firman Allah. Ia memakai kepiawaiannya menggunakan kuas untuk mengkhotbahkan kemurnian dan kebenaran yang ia percayai.

"The Angelus" ("Sang Malaikat") adalah judul dari lukisannya yang terkenal. Dalam lukisan itu, ia menggambarkan dua orang pekerja yang sedang bekerja di ladang kentang, seorang pria dan wanita, samar-samar mendengar bunyi Lonceng Angelus yang memanggil mereka untuk berdoa. Kedua orang itu berhenti bekerja, berdiri tegak, dan menundukkan kepala mereka sambil menyembah Allah. Lukisan itu adalah gambaran yang indah mengenai ketaatan dan penyembahan kepada Allah.

Aktivitas Anak: Bermain Peran

Pelajaran ini dapat digunakan untuk mengajar tentang perumpamaan talenta yang ada di Matius 25:13-28. Anak-anak dapat diminta untuk memainkan peran yang ada dalam kisah ini. Setelah aktivitas ini, diskusikanlah dengan anak-anak bahwa Allah menginginkan kita untuk menggunakan talenta kita dan tidak menjadi orang yang malas. Tanyakanlah kepada anak-anak tentang talenta atau bakat yang mereka miliki, yang diberikan Tuhan kepada mereka. Tanyalah kepada mereka, bagaimana mereka akan menggunakan talenta itu untuk melayani Tuhan dan sesama.

Senin, 10 September 2012

Seorang Anak Yang Menerima KRISTUS


  Allah telah memanggil kita sebagai teman sekerja-Nya. Marilah kita
  berusaha sebaik-baiknya dengan mengingat:

  1) Anak-anak, yang telah dipercayakan Tuhan kepada kita -- minat,
    kemampuan dan kebutuhan mereka.
  2) Firman-Nya sebagai sarana untuk menjangkau mereka.
  3) Roh Kudus sebagai sumber kuasa dalam pelayanan bagi mereka.

  Mari kita perhatikan semua ini ketika kita menolong anak-anak
  untuk memahami Firman Allah. Karena melalui pemahaman ini mereka
  akan mengenal Kristus sebagai Juru Selamat, bertumbuh di dalam Dia
  dan melayani Dia.

  Setelah sebuah pelajaran diajarkan dan seorang anak menunjukkan
  bahwa ia hendak menjadi seorang Kristen, lalu bagaimana? Tujuh
  langkah di bawah ini akan membantu Anda mengenai apa yang harus
  dilakukan:

  1. Berbicaralah dengan anak itu sendiri.
  2. Ajukan pertanyaan-pertanyaan kepadanya.
  3. Luangkan waktu. Jangan tergesa-gesa.
  4. Gunakan Alkitab.
  5. Mintalah anak itu berdoa.
  6. Berbicara lebih lanjut dengan dia.
  7. Ingatlah anak itu.

  1. Berbicaralah dengan anak itu sendiri.

    Berbicara dengan seorang anak sendiri memberi kesempatan kepada
    guru untuk mengajukan pertanyaan, untuk membiarkan anak
    mengajukan pertanyaan, dan untuk mengetahui ide yang mungkin
    perlu dijelaskan dalam pemikiran anak itu.

  2. Ajukan pertanyaan-pertanyaan kepadanya.

    Pertanyaan-pertanyaan berikut ini boleh digunakan: Apakah dosa
    itu? Mengapa Yesus mati? Apa yang perlu engkau lakukan untuk
    menjadi seorang Kristen? Bagaimana bunyi ayat ini? Apa artinya?

    Penggunaan pertanyaan menolong kelangsungan percakapan antara
    guru dan anak. Pertanyaan membuat anak memerhatikan apa yang
    sedang dikatakan. Juga, menolong anak itu untuk memikirkan
    sungguh-sungguh apa yang sedang ia lakukan. Selain itu, menolong
    guru mengetahui apakah si anak memahami kebenaran atau tidak.

  3. Luangkan waktu. Jangan tergesa-gesa.

    Diperlukan waktu untuk berbicara dengan anak itu, mendengarkan
    apa yang hendak dikatakannya, mengajukan pertanyaan kepadanya,
    dan menjawab pertanyaannya. Seorang guru boleh saja meminta
    seorang anak untuk mengulangi doa yang diucapkannya kata demi
    kata dan kemudian memberitahu anak tersebut bahwa ia telah
    menjadi seorang Kristen, akan tetapi yang terpenting bukanlah
    supaya anak itu melakukan tindakan-tindakan tertentu, tetapi
    untuk menolong dia mengerti arti kematian Kristus baginya, dan
    untuk menolong dia benar-benar menerima Kristus sebagai
    Juru Selamat.

  4. Gunakan Alkitab.

    Jika ia dapat membaca, ia harus dibiarkan membaca ayat-ayat itu
    sendiri. Jika tidak, guru dapat membacakannya untuk dia.
    Ayat-ayat harus dibaca dan diterangkan satu demi satu. Kalau
    Alkitab yang dibawa oleh anak itu adalah miliknya sendiri, maka
    ayat-ayat dapat digarisbawahi atau dicatat di halaman depan. Hal
    ini akan menolong anak itu menemukan kembali ayat-ayat tersebut.

    Gunakan ayat secukupnya saja. Jika terlalu banyak ayat dipakai,
    anak akan bingung. Guru harus mengetahui beberapa ayat agar dapat
    memakai ayat yang paling cocok untuk setiap murid.

  5. Mintalah anak itu berdoa.

    Jangan heran jika ia berkata, "Saya tidak tahu harus berdoa apa."
    Bicarakan hal itu dengan dia, mungkin dengan menggunakan lagi
    pertanyaan-pertanyaan seperti: Apakah engkau harus memberitahu
    Yesus bahwa engkau menyesal akan dosa-dosamu? Apakah sebaiknya
    engkau memohon Dia untuk mengampunimu? Apakah engkau ingin
    mengatakan kepada-Nya bahwa engkau percaya kematian-Nya -- di
    kayu salib adalah bagimu?

    Setelah beberapa pertanyaan, anak itu mungkin siap untuk berdoa.
    Kalau tidak, ia boleh mengulangi doa guru, kata demi kata. Jika
    ia dan gurunya telah membicarakan semuanya, ia akan mengerti
    dengan lebih baik apa yang sedang diucapkannya. Banyak kali
    setelah pembicaraan pendek dengan guru, maka anak akan merasa
    lebih tenang, dan akan berdoa sendiri.

  6. Berbicara lebih lanjut dengan dia.

    Ajukan pertanyaan lain kepadanya: Apa yang baru saja engkau
    lakukan? Apakah Yesus mengampuni dosa-dosamu? Bagaimana engkau
    tahu? Jika seseorang bertanya kepadamu apakah engkau seorang
    Kristen, bagaimana jawabmu?

    Jikalau kemudian ia berkata, "Bagaimana engkau tahu?" Sarankan
    anak itu untuk menggunakan Alkitabnya ketika ia menjawab
    pertanyaan-pertanyaan ini. Ia dapat membawa Alkitabnya, yang
    merupakan sumber jawaban-jawaban ini, sedangkan gurunya tidak
    selalu mendampingi untuk membantunya.

  7. Ingatlah anak itu.

    Apabila seorang anak menerima Kristus sebagai Juru Selamatnya,
    pekerjaan guru belum selesai. Suatu pekerjaan besar baru saja
    dimulai. Anak tersebut perlu diberi pelajaran. Ia harus
    dikunjungi. Ia perlu belajar berdoa, membaca Alkitabnya, dan
    menjalani kehidupan yang berkenan pada Allah.

    Jangan menyuruh anak yang baru menerima Kristus pergi dengan
    kata-kata, "Sekarang engkau adalah seorang Kristen. Engkau harus
    berdoa dan membaca Alkitabmu setiap hari." Rasul Paulus bahkan
    tidak memperlakukan orang dewasa dengan begitu enteng. Rasul
    Paulus menulis kepada mereka; ia berdoa bagi mereka; ia mengajar
    mereka; ia mengutus orang-orang lain mengunjungi mereka; ia
    sendiri pergi mengunjungi mereka. (contoh, Filipi 1:4; 2:12-23.)

    Anak itu memerlukan seseorang untuk membantu dia dalam menghafal
    ayat Kitab Suci, untuk berdoa bersamanya, untuk kadang-kadang
    bertanya kepadanya, "Apa yang engkau baca dalam Alkitab hari
    ini?" atau "Apa yang engkau lakukan hari ini untuk menunjukkan
    bahwa engkau mengasihi Yesus?"

    Anak itu memerlukan seseorang yang menunjukkan kepadanya apa yang
    harus dibaca di dalam Alkitab. Mungkin ia akan mulai dengan
    beberapa cerita Alkitab kesayangannya. Karena sebelumnya ia telah
    mengenal cerita-cerita itu, maka lebih mudah baginya untuk
    membaca dan memahaminya.

    Ada orang yang mengatakan, "Anak itu sekarang sudah menjadi
    Kristen. Ia dapat dipercayakan kepada Allah, karena sekarang dia
    dibimbing oleh Roh Kudus." Memang, orang Kristen akan dibimbing
    oleh Roh Kudus, tetapi firman Allahlah yang dipakai oleh Roh
    Kudus untuk membimbing orang percaya. Jikalau seseorang tidak
    mengetahui apa yang dikatakan Alkitab, maka sukar baginya untuk
    hidup menurut ajaran-ajaran Alkitab itu.

    Guru juga harus berdoa bagi anak yang telah menerima Kristus.
    Anak itu memerlukan seseorang untuk berdoa tentang
    kesulitan-kesulitan yang dialaminya; mungkin orang-orang lain
    dalam keluarganya bukan Kristen; ia memerlukan seseorang untuk
    berdoa bagi mereka.

    Pelayanan tindak lanjut terhadap seorang anak tidak boleh
    dianggap enteng. Jika orang Kristen baru itu akan mengikuti
    nasihat yang tertulis dalam Kolose 2:6, yaitu "Kamu telah
    menerima Kristus Yesus, Tuhan kita, karena itu hendaklah hidupmu
    tetap di dalam Dia," maka guru yang memenangkan dia harus memikul
    tanggung jawab untuk melakukan apa yang tersirat di dalam Kolose
    2:7. Guru itu harus mengajar petobat baru itu agar ia dapat
    berakar dan teguh dalam Kristus.

    Perhatikan tanggung jawab yang disebutkan dalam ayat di atas dan
    dalam ayat berikut, "Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan
    dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman
    yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah
    dengan syukur. Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu
    dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran
    turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus"
    (Kolose 2:7-8).

    Bagaimana anak yang baru menjadi Kristen itu dapat berakar di
    dalam dan dibangun di atas Kristus jika ia tidak diajar?
    Bagaimana hatinya dapat melimpah dengan syukur jika ia tidak
    diajar? Bagaimana ia akan mengenal filsafat dan kepalsuan dunia
    ini jika ia tidak diajar? Bagaimana ia akan tahu bahwa tindakan,
    perkataan, dan pikirannya menurut Kristus jika ia tidak diajar?
    Siapa yang akan mengajar?

  Ada banyak bagian dalam Perjanjian Baru yang menunjukkan bahwa jalan
  Allah, yaitu jalan yang diikuti rasul Paulus, untuk menjangkau
  orang-orang lain bagi Kristus, bukanlah jenis penginjilan
  "memenangkan mereka dan meninggalkan mereka." (Jika filsafat semacam
  itu dipakai Paulus, maka kita tidak akan memiliki surat-surat
  kiriman Perjanjian Baru!) Beranikah kita memunyai sikap yang
  berlainan dari Paulus terhadap orang-orang yang menerima Kristus
  dalam pelayanan kita?

Bertumbuh dalam Anugerah

 "Apa yang dipelajari seorang anak tentang Alkitab selama masa sekolah menunjang adanya hubungan dengan Allah selanjutnya."

Waktu Untuk Bertumbuh
Erik H. Erikson, dalam bukunya "Childhood and Society", menyebutkan bahwa usia anak antara 6/7 sampai 12 tahun sebagai masa "kesibukan versus perasaan rendah diri". Suatu masa ketika anak-anak belajar menarik perhatian orang pada dirinya dengan menghasilkan sesuatu. Di sekolah, mereka belajar keterampilan dasar baik akademis maupun sosial supaya berhasil di dalam masyarakat. Secara rohani, mereka mulai mengenal pokok inti iman mereka. Hati nurani mulai dewasa. Pengertian akan dosa dan pengampunan bertumbuh. Peraturan-peraturan mulai menjadi penting dalam upacara-upacara ibadah dan permainan.

Sekarang, anak sudah dapat membedakan antara Allah dan orang tua (atau orang dewasa lainnya). Mereka mungkin membedakan juga antara Allah Bapa dan Tuhan Yesus. Pola berpikir anak usia sekolah masih konkret, namun mereka mulai menggunakan konsep abstrak untuk menggambarkan Allah. Dorothy Marlow, dalam bukunya "Textbook of Pediatric Nursing", mendalilkan bahwa "barangkali prestasi seorang anak yang paling tinggi dalam pemikiran secara abstrak adalah saat ia mulai menaruh minat terhadap konsep mengenai kuasa yang lebih besar daripada dirinya atau orang tuanya, yaitu kuasa Allah."

Anak pada usia ini memunyai keinginan yang besar untuk belajar tentang Allah dan surga. Mereka suka memanjatkan doa-doa yang umum pada waktu menjelang tidur dan makan. Sebagian anak mengira bahwa binatang juga dapat berdoa dan berharap agar binatang peliharaan mereka dapat "melipat tangan" bila berdoa. Mereka menikmati cerita Alkitab, meskipun kemampuan mereka untuk berpikir tentang konsep-konsep dan memahami analogi masih terbatas. Perumpamaan alkitabiah yang menuntut prinsip-prinsip penerapan dalam kehidupan sehari-hari sangat sukar.

Sebagai contoh, Tomi (7 tahun), diminta untuk menggambar cerita Alkitab kesukaannya. Ketika ia diminta untuk menerangkan gambarnya, ia berkata, "Cerita ini mengisahkan tentang tentara yang murah hati. Orang ini (menunjuk gambar orang yang berlumuran darah) baru dirampok. Orang ini (menunjuk gambar orang yang sedang berjalan ke bukit di sebelahnya) adalah seorang pendeta. Ia harus pergi ke gereja, maka ia tidak dapat berhenti untuk menolong orang yang dirampok itu. Orang yang ini (menunjuk gambar orang yang berpakaian hijau jauh di sebelah kanan) adalah anggota paduan suara di gereja.
Ia juga harus cepat-cepat ke gereja. Orang-orang ini (menunjuk gambar orang-orang yang di dalam helikopter, di dalam jet, dan di darat, dengan balon teks berbunyi "Tenang! Semua akan beres!") adalah para tentara yang baik hati. Mereka datang untuk menolong." (lihat Lukas 10:29-37). Ketika ditanya apa arti cerita dalam kitab Lukas itu, Tomi menjelaskan bahwa "Tentara selalu baik hati".
Kenyataan bahwa ayahnya adalah seorang perwira Angkatan Darat mungkin telah memengaruhi pemikirannya sehingga sudah identik bahwa semua tentara adalah baik hati.

  Anak-anak usia sekolah berpikir secara harfiah. Konsep-konsep rohani
  dinyatakan secara materialistis dan secara fisik. Anak-anak menerima
  kata-kata kiasan menurut arti harfiah kata itu sendiri. Mereka
  percaya kepada Allah, neraka, dan surga dalam arti harfiah. Surga
  dan neraka memesonakan mereka. Kombinasi hati nurani yang sedang
  berkembang dan perhatian tentang peraturan-peraturan mungkin
  menyebabkan perasaan bersalah yang terus mengganggu dan takut akan
  masuk neraka. Peter(6 tahun) mendengarkan dengan cermat sebuah
  pelajaran sekolah minggu tentang Tuhan Yesus yang sedang
  mempersiapkan sebuah tempat bagi kita di surga. Lalu ia mengangkat
  tangannya dan bertanya, "Bagaimana jika kita tidak sampai ke sana?"
  Tampaknya ia puas dengan penjelasan guru tentang jalan yang
  disediakan Allah bagi keselamatan kita, dan merasa lega atas
  keyakinan yang diterimanya.

  Usia Sekolah Dasar Bagian Pertengahan dan Akhir

  Ketika anak-anak mendekati usia sekolah dasar bagian pertengahan
  (8 -- 9 tahun), mereka memperlihatkan bukan hanya hati nurani yang
  sedang bertumbuh, melainkan juga pengertian yang bertumbuh tentang
  pengampunan atas suatu kesalahan.

  Marti (8 tahun) menggambarkan Allah sebagai "seorang yang bisa
  diajak bicara bila kita melakukan perbuatan yang salah".

  Anak-anak berusia 8 -- 9 tahun mulai berhubungan dengan Allah secara
  pribadi melalui doa yang spontan. Doa-doa mereka biasanya bersifat
  egosentrik, berupa permohonan kepada Allah untuk menolong dirinya,
  atau berterima kasih atas orang-orang dan hal-hal yang mereka sukai.
  Meskipun pengharapan yang bersifat mukjizat masih tetap ada, mereka
  mulai menyadari bahwa Allah tidak selalu melakukan apa yang mereka
  minta. Kemampuan untuk memakai pertimbangan sudah bertambah dan
  biasanya membuat mereka berpikir secara rasional bahwa tidak setiap
  orang dilayani secara lengkap dengan segera, maka mereka tidak
  terlalu cemas lagi mengenai doa-doa yang tampaknya tidak dijawab.

  Memasuki usia sekolah dasar bagian akhir (usia 10 -- 12 tahun),
  anak-anak mulai menilai tingkah laku mereka sendiri dan tingkah laku
  orang lain menurut standar tertentu. Biasanya standar-standar yang
  dipelajari di rumah menjadi dasar penilaian mereka. Mereka juga
  mulai berpikir tentang kaitan iman dengan kehidupan, dan dapat
  membahas serta menjelaskan apa yang mereka percayai. Mereka bahkan
  mulai menilai sampai di mana berlakunya apa yang telah diajarkan
  kepada mereka.

  Susana (10 tahun) ditanya bagaimana perasaannya bila seseorang
  berbicara tentang Allah. Ia menjawab, "Aneh sekali, karena saya
  memunyai seorang teman yang banyak berbicara tentang Allah, namun ia
  sangat licik." Ia mengartikan dosa, sebagai "suatu perbuatan yang
  salah dan kita tahu salah apabila kita melakukannya". Ketika ditanya
  apa yang terjadi bila seseorang mati, ia menjawab, "Jiwanya akan
  pergi ke suatu tempat -- tidak ada tempat yang disebut neraka. Jika
  kita anak-anak Allah, mana mungkin Ia akan mengirim kita ke sana?"

  Apa yang dipelajari seorang anak tentang Alkitab selama masa sekolah
  menunjang hubungannya dengan Allah selanjutnya. Sekalipun anak
  berusia delapan tahun, dan mungkin ia tidak mengerti semua implikasi
  dari apa yang dibacanya dan didengarnya, namun cerita Alkitab
  digemari dan dikenal, sebab ia mempelajarinya dalam suasana kasih
  dan perasaan diterima. Ketakutan akan timbulnya salah tafsir
  semestinya jangan mencegah kita untuk mengajarkan Alkitab kepadanya.
  Hubungannya dengan Allah harus bersifat dinamis, pribadi, dan
  bertumbuh terus. Salah tafsir akan makin berkurang sembari ia
  menjadi dewasa.

  Selanjutnya, bagian dari keindahan Kitab Suci adalah bahwa Kitab
  Suci dapat dipahami dalam berbagai tahap pengertian. Seorang anak
  yang tidak memunyai konsep tentang murka Allah terhadap kejahatan
  mungkin masih dapat mengerti bahwa Allah mengasihi binatang,
  sehingga Ia menyelamatkan mereka dari air bah. Tomi, yang
  mengisahkan tentang "Tentara yang baik hati", mungkin sebenarnya
  telah mengambil langkah pertama dalam hal menerapkan perumpamaan
  tersebut, karena ia menyadari bahwa "orang-orang yang baik hati itu
  menolong orang-orang yang membutuhkan pertolongan, sekalipun
  pendapatnya itu mungkin sedikit berlebihan dengan menyatakan bahwa
  "Tentara pasti orang-orang yang baik hati".

  Kebanyakan anak melihat Allah sebagai sang "pemberi peraturan" yang
  tinggal di surga, juga sebagai "penolong" dan "teman". Mereka juga
  melihat orang dewasa sebagai pemberi peraturan. Seorang anak usia
  sekolah menaati peraturan secara lugu, merasa dikasihi dan terjamin
  bila ia tahu batas-batas yang tegas bagi tingkah lakunya (sekalipun
  ia mungkin tidak selalu patuh). Anugerah Allah merupakan sebuah
  konsep yang sukar dan mustahil dimengerti bagi anak-anak usia
  sekolah. Meskipun mungkin mereka minta maaf dan menerima
  pengampunan, kecenderungan mereka yang wajar ialah melakukan sesuatu
  sebagai ganti rugi atas kesalahan mereka yang disadari, dengan
  tujuan memulihkan hubungan yang telah rusak. Kesalahan yang tidak
  disadari dengan jelas biasanya menyebabkan suatu perasaan bersalah
  yang mengganggu.

  Dengan bertambahnya kemampuan berpikir seseorang, bertambah pula
  usaha untuk menghilangkan rasa bersalah. Anak-anak usia sekolah
  menginginkan dan mengharapkan hukuman atas perbuatan mereka yang
  salah. Anak-anak yang lebih kecil, jika diberi kesempatan untuk
  memilih sendiri hukuman mereka, akan memilih hukuman yang paling
  menyakiti dirinya. Anak-anak yang lebih benar cenderung memilih
  hukuman yang berkaitan dengan penghinaan, misalnya mengembalikan
  barang yang dicuri dan meminta maaf. Mereka mungkin juga mulai
  memberi respons terhadap ganjaran bagi tingkah laku yang baik lebih
  daripada terhadap ancaman hukuman atas ketidaktaatan.

  Meskipun Marti (10 tahun), dapat menyatakan dengan tegas bahwa ia
  tahu Tuhan Yesus adalah sahabatnya karena Ia mati di salib untuk
  dosa-dosanya, ia mungkin tidak menyadari maksud sepenuhnya dari
  pengakuannya itu sampai tahap akhir masa remaja atau awal
  kedewasaan. Pandangannya tentang dosa masih didasarkan pada
  pelanggaran yang dilakukannya sendiri terhadap peraturan-peraturan.
  Ia tidak memunyai pengertian yang sesungguhnya akan masalah
  kejahatan di dunia dan bagaimana dosa memisahkan kita dari Allah. Ia
  dapat mengenali kenakalannya sendiri, namun ia tidak melihat
  hubungan antara kenakalannya dengan para pencuri dan dengan para
  pembunuh, yang dianggapnya "orang-orang yang benar-benar jahat."

  Diambil dan disunting dari:
  Judul artikel: Bertumbuh Dalam Anugerah: Anak Usia Sekolah
  Judul buku: Kebutuhan Rohani Anak
  Judul buku asli: The Spiritual Needs of Children
  Penulis: Judith Allen Shelly
  Penerjemah: Dra. Tan Giok Lie
  Penerbit: Yayasan Kalam Hidup, Bandung
  Halaman: 44 -- 50

Minggu, 09 September 2012

ANAK-ANAK dan YESUS KRISTUS

Konsep awal yang dimiliki oleh seorang anak tentang Yesus merupakan hal penting bagi pelayan anak, untuk memberi pengertian lebih lanjut mengenai Yesus. Kecenderungan seorang anak untuk memahami pengertian antara Yesus dan Allah, sering diartikan sebagai hal yang sama. Anak-anak sering menyebut "Allah" untuk mengacu pada Yesus. Demikian pula sebaliknya.

"Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia daripada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus" (Filipi 3:8)

PANDANGAN ANAK TENTANG YESUS
ANAK DAN YESUS
Ketika anak-anak diberi pertanyaan, "Mengapa Yesus dahulu hidup di dunia?", seorang anak laki-laki berusia 5 tahun menjawab, "Allah ingin manusia tahu bahwa Dia mengasihi mereka. Tetapi ada orang yang  tidak dapat mendengarkan bisikan-Nya di dalam hati mereka, jadi Dia mengutus Yesus untuk memberitakan hal ini kepada mereka dengan suara keras."

Jawaban anak ini amat responsif. Jawaban ini menunjukkan bahwa anak itu memahami tujuan dasar kelahiran Yesus sebagai manusia, dan hubungan yang istimewa antara Yesus dan Allah Bapa. Doktrin ini telah membingungkan para teolog selama hampir 2.000 tahun, apalagi bagi anak berusia 5 tahun.
  • Siapakah Yesus Kristus itu?
  • Bagaimana hubungan-Nya dengan Bapa-Nya?
  • Apa persamaan dan perbedaan-Nya dari manusia lainnya?
  • Di mana kini Dia berada, dan apa peranan-Nya sekarang?
Pertanyaan-pertanyaan ini merupakan intisari kekristenan yang dipelajari oleh para pakar teologi, pengkhotbah, dan orang awam sejak zaman Kristus. Pertanyaan-pertanyaan itu juga sama seperti jenis-jenis pertanyaan yang diutarakan anak kecil tentang Yesus: Apakah Allah itu Bapa Yesus? Apakah Yesus adalah bayi atau manusia dewasa? Di manakah Yesus sekarang?

Jawaban yang diberikan atas pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak selalu matang. Meskipun demikian, tanggapan anak-anak sering kali menunjukkan konsep awal tentang Yesus.

YESUS DAN ALLAH

Masalah yang paling sering dijumpai para peneliti, guru, dan orang tua mengenai pemikiran anak tentang Yesus adalah kecenderungan untuk mencampuradukkan Yesus dan Allah. Kebanyakan anak di bawah usia 6  tahun akan memakai kedua nama itu untuk pengertian yang sama dan mengacu pada Allah. Bertanyalah kepada seorang anak, "Siapa yang menciptakan dunia?" Anda cenderung mendapat jawaban bahwa Yesus adalah Pencipta, sama seperti ia berkata bahwa Allah menciptakan segala sesuatu. Tunjukkan gambar Yesus pada anak dan tanyakan siapa yang ada pada gambar itu. Jawabannya bisa Yesus, bisa Allah.

Usaha orang dewasa untuk memberi penjelasan kepada anak sering kali hanya menambah kesukaran. Usaha-usaha untuk menekankan perbedaan antara Yesus dan Allah mengandung risiko anak akan berpikir ada dua Allah. Karena tumpang tindih antara Yesus dan Allah memiliki dasar yang kuat dalam ajaran Alkitab, maka hal ini tidak dipandang sebagai kesalahan total, tetapi lebih dipandang sebagai pengertian anak yang belum lengkap.

DAYA TARIK YESUS

Aspek penting dari pemikiran anak kecil tentang Yesus adalah daya tarik-Nya yang amat kuat. Pada umumnya, anak-anak yang banyak mendengar cerita tentang Yesus percaya bahwa Dia hangat, simpatik, dan menyenangkan. Seorang anak jarang mengungkapkan perasaan memusuhi, marah, atau takut terhadap Yesus seperti terhadap Allah, guru, orang tua, atau tokoh-tokoh lainnya.

Perasaan positif yang dikemukakan oleh hampir semua anak ini tampaknya disebabkan karena kisah yang mereka dengar dan lagu yang mereka nyanyikan tentang Yesus menunjukkan bahwa Dia penuh kasih dan  suka menolong. Sebaliknya, hal-hal yang berkaitan dengan penghakiman atau penghukuman biasanya dihubungkan dengan Allah Bapa. Alasan lain adalah karena anak dapat dengan mudah mengidentifikasikan dirinya dengan Yesus sebagai bayi dan anak, dan adanya konsep bahwa Yesus itu Anak Allah. Yesus cenderung dipandang sebagai sekutu anak melawan dominasi orang-orang dewasa dan terkadang dunia yang jahat ini.

Pesan Yesus

Apa pesan Yesus untuk kita sebagai orang-orang dewasa sehubungan dengan anak-anak? Dari sepuluh pesan berikut ini, kita dapat melihat cara-cara mengenalkan Yesus kepada anak.
  1. Yesus menantang kita untuk menjadi pendukung anak-anak.
  2. Yesus memercayakan anak-anak di bawah asuhan kita, kita harus menerima mereka
  3. Yesus mengingatkan kita bahwa dia memiliki relasi spesial dengan anak-anak.
  4. Yesus mengingatkan kita supaya dalam menerima anak, kita benar-benar menerimanya.
  5. Yesus meminta kita untuk "berubah dan menjadi seperti anak-anak" supaya bisa masuk Kerajaan Surga.
  6. Yesus menyuruh kita untuk tidak meremehkan anak-anak.
  7. Yesus memberikan peringatan keras bahwa menyesatkan anak-anak itu  mengerikan, lebih baik baginya jika ia ditenggelamkan.
  8. Yesus berkata, "janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku".
  9. Yesus mengingatkan kita bahwa Kerajaan Allah dimiliki oleh orang yang seperti anak-anak itu.
  10. Yesus mengingatkan kita bahwa anak-anak dan bayi-bayi bisa  memberikan puji-pujian yang sempurna.
1. Yesus menantang kita untuk menjadi pendukung anak-anak.

Kita harus memerhatikan mereka seperti yang Ia lakukan, dan tidak menghalang-halangi mereka (Markus 10:14). Hal ini dapat berupa:
  • Anda memperjuangkan kepentingan mereka ketika tidak ada orang lain yang mendukung mereka.
  • Anda mendukung mereka ketika mereka mengalami kejadian yang menyenangkan, dengan cara merayakan atau memujinya.
  • Anda berjuang agar kepentingan dan kebutuhan anak-anak diprioritaskan dalam agenda gereja Anda.
Dalam konteks yang lebih luas, Anda dapat mendukung anak-anak di seluruh dunia yang mengalami eksploitasi dan kekerasan. Anda dapat berdoa atas nama anak-anak; doa yang terus-menerus, tekun, dan penuh kasih; doa yang dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk masing-masing anak. Apakah kita membela anak-anak dengan cara seperti ini di hadapan Allah?

2. Yesus memercayakan anak-anak di bawah asuhan kita, kita harus menerima mereka (Markus 9:37, BIS).
Menerima tanpa mengeluh, dengan tangan terbuka, dengan senyum. Hal itu menunjukkan rasa bahagia terhadap orang yang Anda sambut. Anak-anak perlu mengalami penerimaan semacam itu dari kita. Bagaimana respons kita terhadap anak-anak ketika kita bertemu mereka di jalan? Apakah kita hanya mengangguk, atau merasa canggung untuk menyapa mereka?

Lalu bagaimana respons mereka terhadap kita? Apakah mereka kegirangan dan mulai mengajak bicara? Apakah mereka membalikkan punggung serta berharap kita tidak melihat mereka? Anak-anak sering merasa tidak diterima dengan tulus di gereja, yaitu dalam hal penyambutan yang dilakukan oleh kaum dewasa. Mereka merasa bahwa orang-orang dewasa tidak tahu bagaimana memperlakukan mereka. Hal ini sangat berlawanan dengan ajaran Yesus yang menyatakan bahwa pembelaan yang tegas dan keras perlu dilakukan atas nama anak-anak kepada pemimpin gereja. Pastikan bahwa sikap mereka sudah berubah. Jika tidak, anak-anak tidak akan datang ke gereja lagi karena mereka merasa tidak diterima dan diinginkan.

3. Yesus mengingatkan kita bahwa dia memiliki relasi spesial dengan anak-anak.

"Kita harus menyambut mereka dalam nama-Nya sebagai wakil-wakil-Nya" (Markus 9:37). Relasi spesial itu berdasarkan pada karakter yang sederhana, percaya dan terbuka. Apakah kita memiliki relasi spesial dengan anak-anak kita seperti Yesus?

Relasi spesial ini bisa ditunjukkan dengan mengingat hari-hari penting (hari ulang tahun), mengirimkan kartu ucapan, dan mengingat apa yang diberitakan selama seminggu dan mengikutinya pada minggu berikutnya. Kita perlu mencari cara kreatif dalam membangun relasi kita dengan anak-anak, agar mereka bisa melihat kualitas relasi mereka dengan kita. Setelah itu, ajak mereka melihat lebih jauh kualitas relasi yang bisa mereka jalin dengan Yesus.

4. Yesus mengingatkan kita supaya dalam menerima anak, kita benar-benar menerimanya.

Jadi, dengan menerima anak-anak, kita menerima Allah, Pribadi yang mengutus Yesus. Oleh karena itu, ketika kita menanggapi seorang anak, berkat Bapa dan sang Putra pun tercurah bagi kita.
Selanjutnya, ketika Anda mendekati dan menyambut seorang anak, ingatlah dia datang dalam nama Yesus dan sambutlah Bapa dan sang Putra. Luar biasa!

5. Yesus meminta kita untuk "berubah dan menjadi seperti anak-anak" supaya bisa masuk Kerajaan Surga (Matius 18:3, BIS).

Supaya kita tahu bagaimana masuk dunia anak-anak, bagaimana menjadi seperti anak-anak, kita harus menyediakan waktu; waktu untuk bermain, mendengar, menonton, dan membaca. Kita harus tahu apa yang bisa kita pelajari dari pengalaman masa kanak-kanak kita untuk masa sekarang. Hal terpenting adalah kita memiliki sifat-sifat seperti anak-anak: mudah percaya, terbuka, suka berbagi kebahagiaan dan kasih. Hal-hal tersebut dapat sebagai modal pendekatan kita kepada Allah, supaya kita bisa masuk Kerajaan Surga.

6. Yesus menyuruh kita untuk tidak meremehkan anak-anak (Matius 18:10).

"Anak kecil" dalam perikop ini mungkin merujuk pada mereka yang "kecil" dalam iman, namun kebenaran tetap sama. Hanya karena anak-anak itu kecil, tidak berpengalaman, dan selalu diawasi tidak berarti kita bisa merendahkan mereka atau tidak menghiraukan mereka. Nilai-nilai Kerajaan Surga tidak terkait dengan ukuran atau kuasa. Di mata dunia, anak-anak hanya boleh sedikit berpendapat bahkan kadang tidak sama sekali. Oleh karena itu, orang-orang dewasa sangat mudah terjebak memperlakukan mereka sebagai orang-orang yang tidak terlalu penting.

7. Yesus memberikan peringatan keras bahwa menyesatkan anak-anak itu mengerikan, lebih baik baginya jika ia ditenggelamkan (Matius 18:6).

Sekali lagi "anak kecil" di sini mungkin tidak secara spesifik merujuk pada anak-anak, tapi pada kebenaran. Menyesatkan anak bisa dilakukan dengan sangat mudah, sangat halus. Jika orang dewasa tergelincir, anak yang melihatnya akan tergelincir juga.

Sebagai pendukung anak-anak, kita memiliki tanggung jawab yang sangat besar. Bagaimana kita memberi contoh kepada anak-anak layan kita? Kita harus meneladani Kristus. Seorang anak perlu melihat kita dan seseorang yang menjadikan hubungannya dengan Kristus sebagai hal yang terutama. Seseorang yang menjadikan firman Tuhan sebagai pusat dari doa dan pertolongannya. Mereka juga membutuhkan seseorang yang memunyai banyak waktu untuk mereka dan mengerti mereka. Mereka memerlukan seseorang yang akan membela mereka dan berjuang untuk mereka. Mereka membutuhkan seseorang yang bisa bermain dan bersenang-senang dengan mereka. Mereka membutuhkan seseorang yang nyata, yang bisa membuat kesalahan, yang bisa tergelincir dan jatuh. Sekaligus orang yang bisa menyadari dan mengakui kesalahan, minta maaf, dan mulai mencoba lagi. Mereka membutuhkan seseorang yang bisa melihat sosok Yesus dan menyadari bahwa dia dapat mengubah hidup mereka sehingga ia pantas dicontoh.

8. Yesus berkata, "janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku" (Matius 19:4).

Keduanya merupakan suatu sukacita sekaligus tanggung jawab. Sukacita karena tangan Yesus selalu terbuka untuk anak-anak. Sebanyak apa pun yang datang, tetap masih ada tempat untuk lebih banyak anak-anak lagi. Kadang-kadang, kita mungkin lebih banyak memedulikan diri sendiri, tapi kita pun harus meneladani Yesus. Kita harus bersedia mengesampingkan kepentingan diri sendiri dan menyertai anak-anak kita. Kita harus meyakinkan orang-orang tua kita bahwa aturan seperti: "Kamu harus begini",  "Di gereja tidak boleh begitu", "Kamu harus belajar begini", tidaklah menghalang-halangi anak-anak. Kita harus yakin dengan nada suara kita, ekspresi wajah kita, tingkah laku kita untuk tidak menyesatkan anak. Bagaimana kita melakukannya? "Menjadi seperti seorang anak", kata Yesus, berarti memandang diri kita seperti seorang anak dan selanjutnya Anda tidak akan menjadi penghalang.

9. Yesus mengingatkan kita bahwa Kerajaan Allah dimiliki oleh orang yang seperti anak-anak itu (Matius 19:14, VMD).

"Mereka yang seperti anak-anak" adalah mereka yang benar-benar berkarakter seperti anak-anak. Sederhana, rendah hati, percaya, dan terbuka. Dengan demikian, kita bukan hanya masuk ke dalam Kerajaan Surga, tapi juga memilikinya. Kerajaan itu menjadi milik kita. "Menjadi milik" sering dikonotasikan "ini milikku". Setelah kita berkarakter seperti anak-anak kita bisa berkata, "Ini bisa jadi milikmu, datang dan lihatlah".

Bagaimana kita bisa membagikan kasih karunia yang besar ini dengan anak-anak kita? Bagaimana kita bisa membuat Injil menjadi "menarik"? Bagi pelayan anak-anak, sumber bahan mengajar yang baik, pendekatan yang kreatif untuk menyampaikan bahan Alkitabiah, dan suasana yang kasih, hangat dan akrab tentu saja sangat penting. Mengenal anak-anak, kelebihan-kelebihan dan kebutuhan-kebutuhan mereka sangat penting. Yang terpenting, kita berbagi kasih kepada sesama. Jika kita memiliki karakter yang membuat kita bisa masuk Kerajaan Surga, anak-anak bisa melihat Yesus dalam kita. Saat Allah menunjukkan kasih-Nya yang menyelamatkan dunia, Dia tidak memberikan buku-buku atau mengadakan kegiatan-kegiatan. Dia mengutus orang yang benar-benar hidup, bisa bernapas, penuh kasih, dan penyayang.
Kegiatan-kegiatan yang kita buat bisa menjadi cara yang bagus, tapi anak-anak dapat melihat dan merasakan iman yang hidup hanya bisa melalui relasi kita dengan mereka.

10. Yesus mengingatkan kita bahwa anak-anak dan bayi-bayi bisa memberikan puji-pujian yang sempurna (Matius 21:16).

Kita tidak perlu menunggu mereka besar, untuk menjadi "dewasa". Ayat ini adalah suatu penegasan yang kuat dan positif sehubungan dengan keseluruhan persembahan anak kepada Allah. Ini tidak membutuhkan pendewasaan dan pemurnian. Ini adalah "pujian yang sempurna". Ini juga suatu peringatan keras bagi kita yang harus mengubah atau "memperbaiki" persembahan anak kepada Allah.

Setiap kali kita mengajak anak-anak datang dalam ibadah di gereja, apakah kita melihat mereka lebih "ditoleransi" daripada "disambut"? Sebagai orang dewasa kita mungkin perlu mengajarkan kebenaran ayat tersebut. Ibadah umum bukanlah pilihan, ibadah umum adalah perwujudan kesatuan kita sebagai keluarga Allah. Masing-masing kelompok usia harus diberi kesempatan untuk terlibat atau berkontribusi. Setiap orang dan persembahan harus diakui sebagai bagian yang sama-sama penting di mata Allah.

Memerhatikan kembali kesepuluh poin di atas secara rutin sangat tepat untuk membangun relasi kita dengan anak-anak dan mengasuh mereka. Dengan demikian, kita bisa mengetahui apakah kita mengikuti rekomendasi dan perintah Yesus berkaitan dengan anak-anak atau tidak

Bersahabat dengan Yesus

Ayat: Yohanes 15:14
"Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu."

Cerita :
Budi kecil pulang ke rumah sambil menangis. "Jimmy bukan temanku," ujarnya.
"Mengapa kamu katakan Jimmy bukan temanmu?" tanya ibunya.
"Karena dia tidak menuruti omonganku," ujar Budi. Budi ingin Jimmy pergi ke toko dengannya, tetapi Jimmy menolaknya.

Jimmy hampir selalu melakukan apa yang diinginkan Budi karena mereka adalah teman baik. Akan tetapi, ketika Budi tidak melakukan apa yang Budi inginkan, atau ketika Budi tidak melakukan apa yang Jimmy inginkan, mereka tidak bersahabat baik. Semakin banyak mereka melakukan sesuatu untuk sahabat mereka, semakin akrab hubungan persahabatan mereka.

Demikian juga, kita dapat menjadi sahabat-sahabat Yesus yang lebih baik dengan melakukan apa yang Dia inginkan. Dia berkata, "Kamu adalah sahabat-sahabat-Ku, jika kamu melakukan apa yang Kukatakan kepadamu."

Apa yang diinginkan Yesus untuk kita lakukan? Tentu saja semua hal yang Allah katakan dalam Alkitab: menghormati orang tua, menolong orang lain, bersikap jujur, tidak mengatakan hal-hal yang buruk tentang orang lain, dan memercayai bahwa Yesus adalah Juru Selamat kita dari dosa.

Sebenarnya, ketika Yesus mengatakan hal ini kepada sahabat-sahabat-Nya, dia sedang berbicara tentang hal saling mengasihi satu sama lain. "Kasihilah sesamamu seperti Aku telah mengasihimu," kata-Nya. Itulah maksud-Nya, terutama saat Dia berkata, "Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu."

Diskusi :

Bagaimana kamu menilai dua orang yang bersahabat itu dikatakan akrab? Bagaimana Yesus menginginkan sahabat-sahabat-Nya saling memperlakukan satu sama lain? Apa yang akan terjadi jika kita menolak apa yang Yesus katakan kepada kita? Mari kita ucapkan ayat Alkitab bersama-sama.

Ayat : Yohanes 15:4-8
15:4 Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.
15:5 Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.
15:6 Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.
15:7 Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.
15:8 Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku."
Doa :
"Yesus yang baik, kami mau menjadi teman-teman-Mu dan murid-murid-Mu. Tolong ampuni kami karena tidak melakukan dengan lebih baik apa yang Engkau katakan. Bantulah kami melakukan hal-hal yang telah Engkau perintahkan kepada kami agar setiap orang melihat bahwa kami adalah sahabat-sahabat-Mu. Amin.

Tanda Tangan Tuhan

Alat Peraga: Berbagai Tanda Tangan
Ayat Alkitab: Yohanes 1:29-34
Tema: Tuhan memberi tanda tangan-Nya dengan berbagai cara.

TAHUKAH KAMU APA ITU TANDA TANGAN?
Tanda tangan adalah tanda namamu. Sebagian besar dari kalian telah tahu cara menulis namamu sendiri. Kamu dapat menuliskannya dengan huruf cetak atau huruf sambung. Tanda tangan kita menunjukkan kepada orang lain siapa diri kita.

Setiap anak sekolah minggu menuliskan tanda tangan di atas kertas.
Apakah kamu melihat bagaimana masing-masing tanda tangan itu berbeda?

Tanda tangan mengungkapkan sedikit kepribadian kita. Ada orang-orang dengan tanda tangan acak-acakan, dan mungkin hal itu mengungkapkan bahwa mereka sedang terburu-buru. Ada orang-orang dengan tanda tangan yang kecil. Mungkin ini mengungkapkan bahwa mereka suka segala sesuatu yang rapi dan teratur. Ada orang-orang yang menuliskan nama mereka dengan tulisan yang penuh hiasan.

Tahukah kamu bahwa Tuhan juga punya tanda tangan? Bahkan sebenarnya Tuhan punya banyak tanda tangan. Kita tidak melihat tulisan tanda tangan-Nya T-U-H-A-N. Tetapi kita dapat melihat tanda tangan Tuhan di sekeliling kita. Tuhan menyatakan kebaikan-Nya melalui dunia di sekeliling kita, dan saya senang merenungkan bahwa semuanya ini adalah tanda tangan-Nya.
  • Kita melihat keindahan alam semesta: pohon-pohon, bunga-bunga, dan benda-benda lainnya. Semua tanda-tanda alam adalah tanda tangan  Tuhan.
  • Kita dapat melihat tanda tangan Tuhan di dalam orang-orang yang membutuhkan pertolongan dan perhatian kita.
  • Kita dapat melihat tanda tangan Tuhan di dalam orang-orang disekeliling kita yang memerhatikan dan mengasihi kita.
  • Kita melihat tanda tangan Tuhan dalam perasaan bahagia yang kita rasakan pada saat kita menyembah-Nya.
  • Kita dapat melihat tanda tangan Tuhan di banyak tempat. Bukalah matadan telingamu. Lihatlah dan dengarkanlah dunia kita yang indah ini.Lihatlah keluargamu dan teman-temanmu.
  • Dan ingatlah Tuhan dan berkat-berkat yang telah Tuhan berikan bagi kita melalui berbagai tanda tangan-Nya!
Mari kita berdoa.
"Ya Tuhan, tanda tangan-Mu yang indah ada di sekeliling kami. Terima kasih atas berkat-berkat-Mu, dan mengingatkan kami untuk memandang tanda tangan-Mu. Amin."

Kamis, 06 September 2012

Pendidikan Rohani Untuk Anak

Setiap guru sekolah minggu dan orang tua tentunya memiliki kerinduan untuk melihat anak layannya mengalami pertumbuhan secara sehat. Untuk itulah, pendidikan rohani perlu dilakukan kepada anak sejak usia dini, supaya nantinya mereka dapat menghadapi tantangan hidup di masa yang akan datang.

 Anak-anak Anda merupakan tanggung jawab Anda, dan Anda memunyai andil untuk memastikan mereka mengenal Tuhan. Anak-anak kita harus mengenal Tuhan untuk mengetahui kehidupan yang abadi. Apakah saya siap untuk hal ini? Apa yang telah saya kerjakan supaya anak saya mengenal Tuhan? Itu merupakan pertanyaan yang penting untuk para orang tua. Anak-anak kita memiliki jiwa yang membutuhkan keselamatan, dan kita memiliki peranan yang penting dalam memastikan mereka mengenal dan mencintai Tuhan. Banyak orang tua yang menangkap hal ini dengan jelas. Tapi banyak orang tua lain yang sepertinya tidak. Tindakan mereka pasif dan teralihkan. Mereka tidak mengerti bagaimana atau apa yang mereka lakukan, untuk memastikan anak-anak mereka mengenal Tuhan. Mereka melepaskan tanggung jawab itu kepada gereja (sepertinya mereka yakin 1 jam dalam seminggu di Sekolah Minggu akan berhasil). Singkatnya, mereka kurang memiliki visi untuk anak-anak mereka, dan gagal mempersiapkan mereka untuk meraih masa depan.

Melihat Selangkah Lebih Maju

Para orang tua harus memiliki visi untuk anak-anak mereka. Ketika anak-anak telah dewasa, mereka akan jadi apa? Apakah mereka akan melayani Tuhan? Apakah mereka akan memiliki kapasitas untuk mengasihi orang lain? Apakah mereka akan diperlengkapi untuk meneruskan warisan rohani? Ada kalanya orang tua mengerti mengenai fondasi. Mereka mengetahui mereka memberikan warisan iman yang akan hidup selama beberapa generasi, yang pada akhirnya meliputi ribuan orang di silsilah keluarga. Pada hari-hari sekarang ini, kebanyakan orang telah kehilangan perspektif akan waktu, dan cenderung memandang hidup hanya sebatas keluarga dekat kita dan ambisi pribadi. Mungkin itulah sebabnya kita mengalami "wabah" perceraian, para ayah menelantarkan keluarganya, dan orang tua lebih memprioritaskan hal-hal yang memberikan keuntungan kompetitif pada anak mereka. Tantangan untuk para orang tua: Ajari anak Anda hukum Tuhan sebagaimana yang diperintahkan dalam kitab Ulangan.

Tips Membuat Anak Mengenal Tuhan:

1. Dengan bersungguh-sungguh, Anda sendiri berkomitmen pada Tuhan.
2. Ajari anak Anda hubungan yang sehat dengan orang lain.
3. Disiplin.
4. Perkenalkan anak Anda pada Juru Selamat.
5. Persiapkan anak Anda untuk memberikan pengaruh pada dunia.

Menjadi Saksi

Mengapa perlu mengajarkan pentingnya menjadi saksi bagi anak? Untuk dapat menjadi saksi, anak-anak dituntut untuk memiliki kehidupan rohani yang terus bertumbuh dan sehat terlebih dahulu. Menjadi saksi Kristus merupakan tugas yang harus dijalankan oleh setiap orang percaya, termasuk anak-anak. Oleh karena itu, tuntunlah mereka untuk memiliki kehidupan rohani yang sehat, agar dapat menjadi saksi yang memuliakan nama Tuhan.

Ayat Hafalan

"Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." (Kisah Para Rasul 1:80)

Bacaan Alkitab

Kisah Para Rasul 1:8-14

Tujuan Pengajaran

Para murid akan merasa bahwa mereka sebagai bagian dari umat Allah, bila menjadi saksi-saksi yang berharga bagi Kristus, sesuai dengan kemampuan mereka.

Latar Belakang

Injil merupakan Kabar Baik yaitu melalui iman kepada Yesus Kristus, manusia dapat diselamatkan dari dosa. Namun, pertama-tama manusia harus mendengar Kabar Baik itu terlebih dahulu. "Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat kepada Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus?" (Roma 10:14-15) Orang-orang yang diutus oleh Yesus untuk memberitakan Kabar Baik adalah para murid-Nya.

Sebagian besar para murid Anda mungkin merupakan anggota jemaat (melalui baptisan anak). Hal ini berarti bersaksi merupakan tanggung jawab mereka. Namun, mungkin Anda ragu-ragu untuk menuntut hal ini kepada mereka. Bagaimanapun juga, rasanya kurang pantas mengharapkan orang yang masih belajar tentang jalan keselamatan, untuk memberikan suatu penjelasan yang baik dan sesuai dengan doktrin tentang iman mereka. Segala pemberitaan dari rumah ke rumah, penginjilan melalui radio, bakti sosial, atau dukungan terhadap utusan Injil yang turut dikerjakan oleh gereja Anda, dilakukan oleh semua umat Allah. Maka murid-murid Anda merupakan bagian dari para saksi tersebut, walaupun mereka tidak terlalu aktif.

Bersaksi memiliki berbagai macam bentuk. Orang-orang yang berkumpul dan berbakti setiap hari Minggu, bersaksi melalui kehadiran mereka kepada orang yang tinggal di sekitar gereja. Sikap hidup, tutur kata, sikap terhadap sesama, rasa hormat pada orang yang lebih tua, menghindari tempat dan situasi tertentu, merupakan cara bersaksi tanpa kata-kata bahwa kita adalah milik Yesus Kristus. Murid-murid Anda sesungguhnya dapat melakukan jenis bersaksi yang seperti itu. Namun, untuk waktu-waktu tertentu seorang saksi harus berbicara. Untuk saat-saat seperti itu, murid-murid Anda pertama-tama harus mengerti bahwa kita bukan bersaksi bagi doktrin atau denominasi tertentu, atau bahkan bagi iman pribadi kita sendiri. Kita bersaksi bagi Kristus Yesus.

Roh memberi kita kemampuan untuk berkata-kata pada saat yang tepat. Roh juga memberi kuasa pada kata-kata tersebut, sehingga orang mendengar dan percaya. Tugas kita hanyalah bersaksi bagi kebenaran tentang Yesus Kristus, yaitu bahwa Ia adalah Putra Allah yang diutus untuk menyelamatkan kita, dan mempersatukan kita kembali dengan Allah Bapa.

Bahan-Bahan

Guru
1. Panduan Alkitab 2, yang sudah dilengkapi
2. Alkitab
3. Cerita tentang Bersaksi (Alat Peraga)

Anak-anak
1. Panduan Alkitab 2
2. Alkitab
3. Pensil
4. Kartu catatan berukuran 7,5 x 12,5 cm

Pendahuluan

Bagaimanakah Anda menerapkan tema bersaksi pelajaran hari ini? Sebagai bagian dari persiapan Anda, tentukan bagaimana Anda akan memanfaatkan bahan dalam Panduan Alkitab. Misalnya, Anda boleh merencanakan untuk menekankan bagaimana gereja Anda bersaksi. Jika demikian, bersiaplah untuk memberikan beberapa fakta yang menarik tentang misi-misi yang didukung oleh gereja Anda, baik dalam negeri maupun luar negeri. Atau Anda ingin memakai ide "saksi hidup" yang diceritakan dalam pengembangan pelajaran. Ketika Anda berbicara soal gereja kepada anak-anak, hal yang perlu ditekankan adalah bahwa jemaat merupakan orang percaya yang biasa-biasa saja (seperti yang digambarkan atas diri saksi-saksi mula-mula dalam pelajaran kita), yang menjadi "istimewa" dan mampu bersaksi, hanya berdasarkan kuasa yang diberikan kepada mereka oleh Yesus.

Aspek-aspek pribadi dari bersaksi harus ditangani sedemikian rupa, sehingga para murid merasa bahwa Yesus sangat ingin menolong mereka menjadi para saksi-Nya. Cerita pendek dalam paket alat peraga, akan membimbing para murid hingga dapat menemukan cara-cara yang mudah dan bermanfaat untuk menyatakan bahwa mereka mengasihi Tuhan.

Kita tahu bahwa para murid Tuhan Yesus berdoa sambil menantikan janji Yesus digenapi. Sementara Anda berharap untuk mengajar, baik di SAL [Sekolah Alkitab Liburan, Red.] maupun Sekolah Minggu, mintalah kepada Allah untuk membantu Anda bersaksi kepada anak-anak yang Ia tempatkan dalam kelas Anda.

Tahap 1

Diskusi: Tentang Pekerjaan

Jelaskan kepada anak-anak bahwa pelajaran hari ini berhubungan dengan masalah pekerjaan. Bicarakan sedikit tentang orang dengan pekerjaan yang menarik dan unik, mungkin dengan menyebutkan seseorang dari gereja Anda atau persekutuan Anda sebagai sebuah contoh. Kemudian, bagikan selembar kartu catatan berukuran 7,5 x 12,5 cm kepada setiap murid. Mintalah seluruh kelas menuliskan jenis pekerjaan yang ingin mereka miliki kelak berikut alasannya.

Tahap 2
Lakon Pendek: Para Saksi yang Menanti

Mintalah para murid untuk membaca Alkitab dengan bersuara, satu ayat untuk masing-masing murid. Berikanlah pertanyaan yang memiliki garis besar sebagai berikut:
  • Ayat 13 menulis tentang para saksi "asli". Jelaskan bahwa umat yang percaya akan menerima kuasa Roh untuk menjadi saksi.
  • Menjadi saksi Yesus berarti memberitakan kepada dunia Kabar Baik keselamatan, yaitu Kabar Baik yang telah mereka alami dalam kehidupan mereka pribadi. Kembangkanlah istilah saksi bersama dengan para murid, pertama-tama sebagai sebuah kata benda, kemudian sebagai kata kerja. Para murid akan terbiasa mendengar istilah tersebut, apabila menyimak acara televisi: "laporan pandangan mata" atau kesaksian yang diberikan di pengadilan. Sebagai kata kerja, bersaksi berarti memberitakan atau memberi kesaksian pada apa yang dialami atau dilihat sebelumnya. Anda harus bisa membuat anak-anak mengerti apa artinya menjadi saksi Yesus, sekalipun mereka tak dapat menjelaskan perbedaan antara saksi sebagai kata benda dan sebagai kata kerja. Perhatikan bahwa definisi (yang diberikan awal tadi) termasuk memberitakan maupun mengalami.
  • Sampai sejauh ini, sedikit pengulangan tentang kesulitan membawakan Injil kepada dunia, cukup sampai di sini.
  • Tekankan bahwa para murid Tuhan Yesus bukanlah orang-orang yang kaya, ternama, sempurna, atau berkuasa. Mereka adalah orang awam yang dipakai oleh Allah secara luar biasa, sama seperti bagaimana Ia memakai diri kita.
  • Ayat 8 mengatakan bahwa kepada para saksi telah dijanjikan "kuasa jika Roh Kudus datang padamu." Kuasa itulah, Roh itulah, yang mereka nanti-nantikan di dalam ruangan tersebut. Tanpa kuasa itu, mereka tidak mampu memulai tugas mereka untuk bersaksi.
  • Inilah tempatnya untuk mengulangi ayat hafalan minggu lalu. Anda boleh menjelaskan bahwa kita tak perlu menunggu sampai kematian datang untuk memperoleh kehidupan kekal; sebagai pengikut-pengikut Kristus, kita sudah menikmati damai sejahtera dan sukacita hidup bersama dengan Dia.
  • Pastikan bahwa murid-murid menyadari semua umat Allah, semua orang yang percaya kepada Yesus merupakan saksi-saksi-Nya. Orang-orang ini, yang disebut dengan gereja adalah orang berdosa yang sudah diampuni dan diberi kuasa untuk memberitakan kepada dunia Kabar Baik keselamatan.

Tahap 3

Diskusi: Bersaksilah Hari Ini

Bantulah agar para murid mengerti bahwa para saksi Yesus berasal dari segala usia, segala bangsa, dan segala lapisan masyarakat. Buatlah ringkasan, dengan menuliskan sejumlah cara yang bisa digunakan oleh kaum awam dalam bersaksi bagi Yesus.

Pengembangan pelajaran 1

1. Teka-Teki Ayat Hafalan

Bahan-bahan: panduan Alkitab dan pensil.
Para murid harus mencari kata-kata dari teks hafalan di dalam teka-teki. Perhatikan bahwa kata-kata yang diulang di dalam teks, juga diulang di dalam teka-teki.

2. Seni Poster

Bahan-bahan: poster dan spidol berwarna cerah.
Beri setiap murid waktu untuk mengerjakan proyek besar ini.

3. Gelang

Bahan-bahan: alat penekan lidah (seorang satu), spidol berwarna-warni, huruf cetak setinggi lebih kurang 4,75 cm (pilihan lain), dan pensil.

Selama 1 atau 2 hari sebelum pelajaran diberikan, rendamlah alat penekan lidah selama dua belas jam. Angkatlah dan bengkokkan dengan hati-hati, lalu pasangkan dalam sebuah gelas atau kaleng minuman, dengan ukuran diameternya 5 x 6 cm. Suruhlah para murid menuliskan nama kecil mereka di bagian alas gelang, dengan menggunakan pensil yang dituliskan tipis-tipis (Bisa dipermanis dengan huruf cetak, ditulis tangan dengan cermat dan menarik). Kemudian, suruhlah para murid mengganti pensil mereka dengan spidol, dengan menambah hiasan lain agar gelang nampak lebih menarik. Di bagian dalam dari gelang tersebut, para murid boleh menuliskan salah satu dari kata-kata berikut: Yohanes 3:16; Kisah Para Rasul 1:8; atau Saksi.

4. Saksi-saksi Hidup

Pilihlah satu/dua orang dari antara jemaat (kaum awam), untuk mengunjungi kelas Anda dan menceritakan kepada para murid bagaimana mereka bersaksi bagi Kristus dalam pekerjaan, di rumah, di sekolah, atau di mana saja. Dengan mengundang orang awam, Anda memberikan anggapan yang lebih baik tentang bagaimana anggota gereja menangani tugas bersaksi ini (Para murid bisa beranggapan bahwa hanya pendeta saja yang dibebani tugas bersaksi). Doronglah para murid untuk mengajukan pertanyaan kepada pengunjung kelas tersebut. Tegaskan bahwa Allah tetap memakai orang-orang awam melakukan pekerjaan-Nya di dunia; Ia masih tetap memberikan kuasa-Nya kepada para saksi-Nya.

Diambil dan disunting dari:
Judul buku: Panduan Alkitab
Judul asli artikel: Para Saksi yang Menanti
Penulis: Sheri D. Haan
Penerbit: Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang 1994
Halaman: 20 -- 25


MUTIARA GURU


"Bila seorang anak tidak bisa belajar dari cara kita mengajarkan sesuatu kepadanya, mungkin kitalah yang harus mengubah cara mengajar kita agar sesuai dengan cara belajar mereka" -- Ralph Waldo Emerson