Salah satu tokoh Alkitab, yang kisah hidupnya sangat menarik untuk
digali lebih dalam adalah Yusuf. Melalui kisah hidup Yusuf, Tuhan
menuntun kita untuk tetap setia menjalani setiap kehendak dan
rencana-Nya dengan penuh penyerahan dan keteguhan kepada Dia. Jika
Rekan-Rekan Pelayan Anak ingin menceritakan kisah hidup Yusuf kepada
anak, pelajarilah pula secara mendalam tentang tokoh Yusuf ini terlebih
dahulu. Tanpa pemahaman yang dalam akan kisah ini, maka kita juga tidak
akan memahami dengan jelas apa yang ingin Tuhan sampaikan melalui tokoh
Yusuf bagi setiap orang percaya.
a. Latar belakang.
Yusuf
adalah putra ke-11 dari Yakub, anak pertama yang diperolehnya dari
Rahel. Yusuf lahir di kota Haran. Nama Yusuf berarti "kiranya
ditambahkan-Nya (Allah) lagi (anak lelaki)". Dia memiliki seorang
saudara kandung, Benyamin, dan 12 saudara tiri (termasuk Dina). Ibunya
meninggal saat dia masih muda. Dia memperistri Asnat dan memiliki anak
Manasye dan Efraim.
b. Yusuf di dalam sumur mati ("pitted").
Yusuf
sangat disayangi dan dikasihi Yakub. Dia mendapatkan jubah yang indah
dari ayahnya. Hal ini membuat saudara-saudaranya iri dan membencinya.
Mereka semakin benci dengan Yusuf karena dia menceritakan bahwa dalam
mimpinya dia akan menjadi orang yang berkedudukan lebih tinggi daripada
saudara-saudaranya. Karena alasan ini, saudara-saudara Yusuf berniat
untuk membunuhnya. Namun, saudara-saudaranya bisa "mereka-rekakan yang
jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan,
dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni
memelihara hidup suatu bangsa yang besar." (Kejadian 50:20) Oleh karena
itu, Yusuf tetap hidup meskipun harus dimasukkan ke dalam sumur mati.
c. Yusuf dijual ke Mesir.
Saat
saudara-saudara Yusuf duduk makan, datang saudagar-saudagar Midian --
pedagang Ismael dari Gilead. Saudara-saudaranya mengeluarkannya dari
dalam sumur dan menjualnya kepada pedagang Ismael (Kejadian 37:28).
d. Yusuf di dalam penjara ("potted").
Di
Mesir, orang Midian yang membeli Yusuf, menjual Yusuf kepada Potifar,
salah seorang pegawai istana Firaun (Kejadian 37:36). Saat dia menjadi
budak, Allah tetap menyertainya. Allah membuat segala yang diperbuatnya
berhasil. Celakanya, Potifar memunyai istri yang dipenuhi birahi, ketika
melihat ketampanan Yusuf. Berkali-kali dia mencoba merayu Yusuf untuk
berzinah dengannya, namun Yusuf menolak. Yusuf memilih taat kepada Allah
untuk menjaga kekudusan hidupnya. Karena jengkel keinginannya tidak
terwujud, istri Potifar pun mengarang cerita bahwa Yusuf mencoba
memperkosanya. Inilah yang menjebloskannya ke dalam penjara.
Yusuf
di penjara selama 10 atau 12 tahun, dengan rantai pada pergelangan
tangan dan kalung besi di leher. Kondisi yang demikian dapat
menghancurkan hidup siapa pun. Sekalipun Yusuf tahu bahwa Allah memiliki
rencana indah untuknya, namun jika ia tidak memiliki pengharapan yang
pasti tentang rencana itu, maka hal ini pun bisa membuat hidupnya tidak
berpengharapan. Akan tetapi, pada saat-saat yang berat ini, Allah tidak
pernah meninggalkannya seorang diri. Allah senantiasa memberikan
penghiburan dan penguatan kepadanya. Yusuf mengimani dan memegang janji
Allah. Kesulitan dan liku-liku kehidupan yang berat tidak membuatnya
putus asa. Dia bisa bebas dari kepahitan, kebencian, dan kemarahan,
semuanya membuktikan bahwa ia dipelihara oleh mukjizat yang luar biasa
dari anugerah Allah.
e. Yusuf dipromosikan ("putted").
Di
dalam penjara, Yusuf tetap dipakai Tuhan. Karunia Allah tetap bekerja di
dalam dirinya. Ketika dua rekannya sesama narapidana mendapat mimpi,
Yusuf langsung bisa menafsirkan mimpi mereka. Dua tahun berikutnya, Raja
Firaun mendapatkan mimpi yang menggelisahkan hatinya. Si juru minuman
yang sempat lupa (atau mungkin melupakan) Yusuf, tiba-tiba ingat bahwa
Yusuf sanggup menafsirkan mimpi. Maka, dipanggilnyalah Yusuf dan
dibawanya menghadap Firaun. Dengan pimpinan Tuhan, Yusuf segera
menafsirkan mimpi Firaun. Firaun begitu terkesan dengan Yusuf, sehingga
dia menjadikannya sebagai orang kedua atas seluruh wilayah Mesir.
f. Yusuf mati.
Yusuf
tidak menjadi "orang yang istimewa" karena pilihannya sendiri, tetapi
karena pengaturan Ilahi. Di dalam kitab Ibrani, disebutkan bahwa Yusuf
memiliki iman yang teguh di dalam Allah (Ibrani 11:22). Tembok-tembok
denominasi tidak dapat menutup "pelayanan" Yusuf. Dia tidak gila harta,
matanya tertuju pada upah yang lebih besar daripada kekayaan yang
diperolehnya di Mesir. Dia memilih mengutamakan Allah dan hidup sesuai
rencana-Nya. Karena iman, akhirnya dia bisa melihat penggenapan
janji-janji Allah yang pernah diucapkan Tuhan kepada nenek moyangnya:
Abraham, Ishak, dan Yakub. Yusuf meninggal pada usia 110 tahun di Mesir.
Setelah diberi rempah-rempah, mayatnya ditaruh dalam peti dan dibawa ke
tanah leluhurnya.
BERITANYA BAGUS
BalasHapus