Harapan setiap guru dan orang tua Kristen adalah memiliki anak layan
yang sehat secara jasmani maupun rohani. Namun, semua itu tergantung
bagaimana kita mendidik anak layan, baik dalam lingkungan gereja maupun
keluarga. Bagaimana kita dapat membesarkan/mendidik anak agar mereka
menjadi anak-anak yang sehat secara jasmani maupun rohani? Simaklah tip
dalam edisi ini, yang secara khusus disajikan bagi orang tua Kristen,
namun bermanfaat pula bagi pelayan-pelayan anak. Kiranya sajian ini
menjadi berkat bagi kita semua.
Untuk membesarkan anak dengan sukses, kita memerlukan petunjuk-petunjuk
pengasuhan anak yang alkitabiah. Apakah yang Alkitab ajarkan tentang
pengasuhan anak?
Ada beberapa tanggung jawab yang lebih penting daripada sekadar membesarkan anak. Sangat penting bila orang tua Kristen bergantung pada isi Alkitab untuk mendapatkan hikmat ketika mereka memenuhi tanggung jawab tersebut. Untuk membesarkan anak dengan sukses, orang tua memerlukan kasih, kesabaran, komitmen, dan perencanaan. Berikut ini adalah kiat-kiat alkitabiah untuk menolong keluarga membesarkan anak dengan cara Allah.
Walaupun saat ini muncul kontroversi dalam mendefinisikan "pernikahan" dan "keluarga", Alkitab sangat jelas mengajarkan hal ini. Dalam kitab Kejadian, Allah membentuk pernikahan sebagai hubungan perjanjian antara satu pria dan satu wanita. Walaupun pemerintah mungkin mengakui bentuk-bentuk pernikahan yang lain (seperti bangsa Israel pada zaman dahulu yang mengakui poligami), peraturan-peraturan tersebut bukanlah bagian dari rencana Allah.
Rencana Allah bagi keluarga adalah agar laki-laki "meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging." Dalam ikatan kudus ini, pasangan suami istri melahirkan anak-anak ke dunia, membesarkan mereka, dan seterusnya, sehingga proses ini terulang. Oleh karena itu, pengasuhan Kristen yang sukses berawal dari pernikahan Kristen yang kuat.
Kasih adalah perintah paling mendasar yang diberikan oleh Yesus. Ketika Yesus ditanya tentang hukum terutama, Yesus menjawab bahwa hukum terutama adalah mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, dan akal budi kita. Hukum yang kedua adalah "mengasihi sesamamu manusia seperti dirimu sendiri". Mengasihi "sesama" mengacu pada orang-orang yang biasa berinteraksi dengan kita, bukan hanya seseorang atau tetangga-tetangga kita. Dalam arti sebenarnya, mengasihi berawal dari keluarga.
Jenis kasih yang diperintahkan kepada orang Kristen adalah kasih tanpa syarat. Orang tua seharusnya mengasihi tanpa syarat (dan mengekspresikan kasih itu) kepada anak-anak mereka.
Pujian yang jujur dan positif sangat bermanfaat bagi anak-anak. Pujian ini seharusnya diberikan dengan bebas, bahkan sebagai bagian dari mendisiplinkan. Dalam Efesus 4:29, Paulus menuliskan, "Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia."
Komunikasi seharusnya digunakan untuk membangun dan memberi semangat, bukan mematahkannya. Sayangnya, banyak orang tua justru menggunakan kata-kata mereka untuk menjatuhkan dan mematahkan semangat anak-anaknya. Ini seharusnya tidak terjadi di keluarga mana pun, terutama di dalam keluarga Kristen.
Komunikasi harus dilakukan secara terbuka, jujur, dan terus-menerus. Anak-anak jangan dibiasakan "memendam" perasaan mereka, dan merasa bahwa mereka tidak bisa memercayai orang tua mereka tentang perasaan, rahasia, dan masalah mereka. Orang tua harus berusaha keras untuk memastikan anak-anak tahu bahwa mereka dikasihi dan dihargai, serta diizinkan untuk menceritakan apa yang ada di dalam hati dan pikiran mereka.
Orang tua harus mendisiplinkan anak-anak mereka, tetapi kedisiplinan itu diterapkan untuk mengoreksi dan memperbaiki. Kedisiplinan harus dilakukan secara konsisten dan penuh kasih. Meskipun Alkitab menunjuk "rotan" sebagai simbol kekuasaan dan dorongan untuk memperbaiki, ini bukan surat izin untuk memukul anak. Anak-anak yang dibesarkan di tengah-tengah lingkungan yang penuh kekerasan, biasanya berkembang dan menjadi orang yang suka kekerasan, atau mengalami gangguan dalam perkembangan sosial, emosi, fisik, dan pengetahuannya. Ini bukanlah kehendak Allah bagi keluarga.
Dengan menerapkan prinsip-prinsip Alkitab dalam keluarga melalui pernikahan yang kukuh, penuh kasih, penguatan, komunikasi terbuka, dan disiplin yang penuh kasih dan tanggung jawab, keluarga Kristen akan meraih kesuksesan yang lebih besar dalam membesarkan anak-anak mereka.
Ada beberapa tanggung jawab yang lebih penting daripada sekadar membesarkan anak. Sangat penting bila orang tua Kristen bergantung pada isi Alkitab untuk mendapatkan hikmat ketika mereka memenuhi tanggung jawab tersebut. Untuk membesarkan anak dengan sukses, orang tua memerlukan kasih, kesabaran, komitmen, dan perencanaan. Berikut ini adalah kiat-kiat alkitabiah untuk menolong keluarga membesarkan anak dengan cara Allah.
1. Orang Tua Harus Menjalani Pernikahan yang Penuh Kasih.
Walaupun saat ini muncul kontroversi dalam mendefinisikan "pernikahan" dan "keluarga", Alkitab sangat jelas mengajarkan hal ini. Dalam kitab Kejadian, Allah membentuk pernikahan sebagai hubungan perjanjian antara satu pria dan satu wanita. Walaupun pemerintah mungkin mengakui bentuk-bentuk pernikahan yang lain (seperti bangsa Israel pada zaman dahulu yang mengakui poligami), peraturan-peraturan tersebut bukanlah bagian dari rencana Allah.
Rencana Allah bagi keluarga adalah agar laki-laki "meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging." Dalam ikatan kudus ini, pasangan suami istri melahirkan anak-anak ke dunia, membesarkan mereka, dan seterusnya, sehingga proses ini terulang. Oleh karena itu, pengasuhan Kristen yang sukses berawal dari pernikahan Kristen yang kuat.
2. Orang Tua Harus Mengasihi Anak-Anak Mereka Tanpa Syarat.
Kasih adalah perintah paling mendasar yang diberikan oleh Yesus. Ketika Yesus ditanya tentang hukum terutama, Yesus menjawab bahwa hukum terutama adalah mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, dan akal budi kita. Hukum yang kedua adalah "mengasihi sesamamu manusia seperti dirimu sendiri". Mengasihi "sesama" mengacu pada orang-orang yang biasa berinteraksi dengan kita, bukan hanya seseorang atau tetangga-tetangga kita. Dalam arti sebenarnya, mengasihi berawal dari keluarga.
Jenis kasih yang diperintahkan kepada orang Kristen adalah kasih tanpa syarat. Orang tua seharusnya mengasihi tanpa syarat (dan mengekspresikan kasih itu) kepada anak-anak mereka.
3. Orang Tua Harus Memberi Semangat dan Menguatkan Anak-Anak Mereka.
Pujian yang jujur dan positif sangat bermanfaat bagi anak-anak. Pujian ini seharusnya diberikan dengan bebas, bahkan sebagai bagian dari mendisiplinkan. Dalam Efesus 4:29, Paulus menuliskan, "Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia."
Komunikasi seharusnya digunakan untuk membangun dan memberi semangat, bukan mematahkannya. Sayangnya, banyak orang tua justru menggunakan kata-kata mereka untuk menjatuhkan dan mematahkan semangat anak-anaknya. Ini seharusnya tidak terjadi di keluarga mana pun, terutama di dalam keluarga Kristen.
4. Orang Tua Harus Membudayakan Komunikasi Terbuka.
Komunikasi harus dilakukan secara terbuka, jujur, dan terus-menerus. Anak-anak jangan dibiasakan "memendam" perasaan mereka, dan merasa bahwa mereka tidak bisa memercayai orang tua mereka tentang perasaan, rahasia, dan masalah mereka. Orang tua harus berusaha keras untuk memastikan anak-anak tahu bahwa mereka dikasihi dan dihargai, serta diizinkan untuk menceritakan apa yang ada di dalam hati dan pikiran mereka.
5. Kedisiplinan Seharusnya Memperbaiki, Bukan Menyakiti.
Orang tua harus mendisiplinkan anak-anak mereka, tetapi kedisiplinan itu diterapkan untuk mengoreksi dan memperbaiki. Kedisiplinan harus dilakukan secara konsisten dan penuh kasih. Meskipun Alkitab menunjuk "rotan" sebagai simbol kekuasaan dan dorongan untuk memperbaiki, ini bukan surat izin untuk memukul anak. Anak-anak yang dibesarkan di tengah-tengah lingkungan yang penuh kekerasan, biasanya berkembang dan menjadi orang yang suka kekerasan, atau mengalami gangguan dalam perkembangan sosial, emosi, fisik, dan pengetahuannya. Ini bukanlah kehendak Allah bagi keluarga.
Dengan menerapkan prinsip-prinsip Alkitab dalam keluarga melalui pernikahan yang kukuh, penuh kasih, penguatan, komunikasi terbuka, dan disiplin yang penuh kasih dan tanggung jawab, keluarga Kristen akan meraih kesuksesan yang lebih besar dalam membesarkan anak-anak mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar