Ayat Hafalan: Roma 12:6a
"Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita"
Cerita:
Suatu
hari, sekitar seabad yang lalu, seorang anak bernama Jean duduk di
samping ayahnya sembari mereka menikmati matahari terbenam ke dalam
gelombang laut. Keagungan pemandangan itu menggugah antusiasme
kekanak-kanakannya dan ia pun mencurahkan isi hatinya dalam sukacita
yang amat sangat. Ayahnya, dengan penuh takjub melepas topinya dan
berkata kepada anaknya itu, "Anakku, itulah Tuhan." Bocah itu tak pernah
melupakan kata-kata itu, "Itulah, Tuhan".
Jean dilahirkan dalam
keluarga yang miskin, jadi ia harus bekerja di ladang, bersusah payah
untuk dapat makan. Pada hari Minggu, keluarga itu tidak bekerja dan
pergi ke gereja di desa itu, ayahnya adalah pemimpin paduan suara di
gereja itu. Setelah ibadah, teman-teman dan keluarga besar mereka
kadang-kadang datang ke rumah untuk menghabiskan siang itu dengan
keluarga ini.
Suatu hari Minggu, segera setelah mereka pulang
dari gereja, seorang penduduk desa yang sudah tua dan bungkuk berjalan
melintasi mereka. Ada sesuatu pada orang tua itu yang menarik perhatian
Jean. Ia segera mengambil arang lalu dengan cepat menggambar sketsa
orang tersebut di dinding. Jean dapat menangkap peristiwa dan sosok
orang tua itu dalam sketsanya, sehingga membuat orang-orang tertawa --
tapi tidak ayahnya. Ayahnya dapat merasakan bakat yang dimiliki oleh
anaknya itu, ia memerhatikan bakat Jean yang semakin berkembang. "Jean,
anakku," katanya, "Ayah tidak akan menghentikanmu lagi untuk mempelajari
apa yang sangat ingin kau pelajari."
Jean Francis Millet, nama
lengkap bocah itu, menjadi seorang seniman di kalangan kaum petani. Ia
tidak pernah memegahkan dirinya dalam hal lain. Karakternya lebih tinggi
dari apa pun yang dimilikinya. Ia memiliki iman yang teguh kepada Allah
dan ia percaya bahwa Alkitab adalah firman Allah. Ia memakai
kepiawaiannya menggunakan kuas untuk mengkhotbahkan kemurnian dan
kebenaran yang ia percayai.
"The Angelus" ("Sang Malaikat")
adalah judul dari lukisannya yang terkenal. Dalam lukisan itu, ia
menggambarkan dua orang pekerja yang sedang bekerja di ladang kentang,
seorang pria dan wanita, samar-samar mendengar bunyi Lonceng Angelus
yang memanggil mereka untuk berdoa. Kedua orang itu berhenti bekerja,
berdiri tegak, dan menundukkan kepala mereka sambil menyembah Allah.
Lukisan itu adalah gambaran yang indah mengenai ketaatan dan penyembahan
kepada Allah.
Aktivitas Anak: Bermain Peran
Pelajaran ini
dapat digunakan untuk mengajar tentang perumpamaan talenta yang ada di
Matius 25:13-28. Anak-anak dapat diminta untuk memainkan peran yang ada
dalam kisah ini. Setelah aktivitas ini, diskusikanlah dengan anak-anak
bahwa Allah menginginkan kita untuk menggunakan talenta kita dan tidak
menjadi orang yang malas. Tanyakanlah kepada anak-anak tentang talenta
atau bakat yang mereka miliki, yang diberikan Tuhan kepada mereka.
Tanyalah kepada mereka, bagaimana mereka akan menggunakan talenta itu
untuk melayani Tuhan dan sesama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar