Adopsi sering kali menjadi solusi akhir bagi pasangan yang tidak
dikaruniai anak. Sedikit banyak, pilihan ini dapat mengobati luka yang
ditimbulkan oleh ketidakhadiran seorang anak dalam keluarga. Namun
sayang, beberapa pasangan yang mengambil keputusan ini melupakan
"kejutan-kejutan" yang mungkin akan ditimbulkan oleh seorang anak adopsi
saat mereka beranjak remaja, yaitu ketika mereka mempertanyakan semua
hal yang berkaitan dengan asal-usul dan jati diri mereka yang
sebenarnya. Oleh sebab itu, orang tua perlu mempersiapkan ruang untuk
menghadapi kemungkinan ini. Sajian kami kali ini menghadirkan artikel
terkait dengan pilihan mengadopsi anak dan dampaknya serta
masalah-masalah anak adopsi, jawaban atas pertanyaan mengenai bagaimana
memperlakukan anak adopsi, dan ulasan buku karya Larry Richards. Selamat
membaca, Tuhan Yesus memberkati.
Agar orang tua dan anak adopsi tetap aman dan nyaman dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan orang, beberapa ahli menyarankan orang tua untuk menjelaskan status anak adopsinya. Selain itu, memberikan penjelasan terhadap pertanyaan-pertanyaan anak tentang asal anak, kelahirannya, proses reproduksi, dan adopsinya juga dapat menjawab rasa ingin tahu anak. Cobalah untuk menggali apa yang dipikirkan anak dan apa yang ingin diketahuinya, tetapi jangan membanjiri mereka dengan informasi. Berilah jawaban secukupnya.
Berikut adalah masa perkembangan anak dan masalah yang dihadapi sesuai usianya, menurut Ronny Diamond, Direktur Spence Chapin Adoption Resource Center.
1. Kanak-Kanak (1 -- 4 tahun)
Pada masa kanak-kanak, anak-anak adalah pemikir pemula dan daya tangkapnya masih sangat harfiah. Mereka belum mampu berpikir logis dan memahami hubungan sebab akibat. Mereka masih egosentris, melihat sesuatu hanya berdasarkan sudut pandangnya sendiri. Namun, inilah saat yang tepat untuk menceritakan tentang adopsi, tentang keberadaannya sebagai pusat perhatian, dan juga menceritakan bagaimana mereka dapat masuk dalam keluarga Anda. Meskipun arti adopsi belum sungguh-sungguh tertanam dalam usia ini, tetapi menceritakan tentang kebenaran statusnya tetap menjadi pilihan yang bijak.
Ceritakanlah bahwa anak adopsi dilahirkan dengan cara yang sama seperti anak-anak yang lain. Ia tumbuh dalam kandungan wanita lain, tetapi waktu itu wanita yang mengandungnya tidak siap atau tidak mampu untuk menjadi ibu. Anda sangat ingin menjadi orang tua, maka Anda mengadopsinya dan menjadikannya anak Anda selama-lamanya. Ceritakanlah juga saat-saat kelahirannya dan saat-saat mengadopsinya karena itu merupakan kejadian yang sangat mengagumkan. Tunjukkanlah padanya bahwa Anda sangat bahagia menanti kehadirannya di dalam keluarga Anda. Lakukanlah hal itu berulang-ulang karena anak pada masa ini memerlukan pengulangan cerita, untuk memahami konsep-konsep baru dan menyeluruh.
Pada tahap ini, jangan terlalu berharap anak dapat mengerti hanya dengan satu atau dua kali diskusi. Jalanilah setiap tahap karena perbincangan tentang adopsi adalah proses yang terus-menerus. Anda mungkin perlu mencontoh Mary Chavoustie (Chicken Soup in the Soul, Daily Inspirations for Women, 2005), yang rajin mencari informasi mengenai jawaban yang tepat bagi pertanyaan anak tentang statusnya yang disesuaikan dengan tahap perkembangan anak. Suatu malam, ketika Mary menyiapkan makan malam, anak adopsinya (3 tahun) memanggilnya sambil menahan tangis, "Mama, Sarah mengatakan kalau engkau bukan mamaku yang sebenarnya. Dia pasti salah. Bukankah begitu, Ma?" Mary berkata dengan pelan, "Sentuhlah tangan Mama. Apakah Mama nyata bagi kamu?" "Ya, Mama nyata!" kata si anak sambil tersenyum gembira. "Mama adalah Mamamu yang sesungguhnya, dan cinta Mama kepada kamu adalah sungguh-sungguh," kata Mary.
2. Anak-Anak Sekolah (5 -- 11 tahun)
Sekitar usia 6 atau 7 tahun, anak adopsi mulai dapat membedakan berbagai cara untuk membentuk sebuah keluarga. Dia dapat mengerti bahwa kebanyakan anak menjadi anggota dalam suatu keluarga karena dilahirkan dalam keluarga itu, dan beberapa anak menjadi anggota keluarga setelah dimasukkan ke dalam keluarga tersebut, inilah yang disebut adopsi. Di dalam benaknya, ada dua konsep yang jelas tentang orang tua -- yang melahirkan anak dan yang membesarkan anak.
Menurut penelitian David Brodzinsky, anak-anak usia 6 -- 8 tahun entah anak adopsi atau bukan, memiliki persamaan: cerdas, bahagia, populer, dan percaya diri. Akan tetapi, setelah mencapai usia 10 -- 12 tahun, anak adopsi mulai merasa "kehilangan" dan merasa berbeda dengan yang lain. Khususnya bagi anak adopsi yang berbeda warna kulit dengan orang tua angkatnya. Bahkan, dia lebih sering merasa marah dan sedih, serta semakin melihat ketidakpastian tentang dirinya sendiri.
Pada masa ini, anak adopsi mulai memahami lingkungan tempat mereka lahir dan tidak berniat untuk menjadi anak dari ibu biologisnya. Ada begitu banyak kata "mengapa" dalam benak si anak. Jika ibu biologisnya tidak memunyai uang yang cukup, MENGAPA ia tidak mencari pekerjaan? Jika ia berpikir bahwa anak tidak dapat diasuh dengan orang tua tunggal, MENGAPA ia tidak menikah? Jika ia tidak tahu cara menjadi seorang ibu, MENGAPA ia tidak minta seseorang untuk mengajarinya? Anak adopsi akan terus mencoba untuk mencari tahu alasan mengapa ibunya menyerahkannya ke panti asuhan atau orang tua angkatnya. Pada usia ini, anak merasa sedih karena ia tidak tahu siapa orang tua dan keluarganya yang sebenarnya. Di sisi lain, orang tua angkat mungkin juga bersedih karena ia tidak kunjung mendapatkan anak biologis.
Sebagai orang tua angkat, tolonglah anak untuk memahami kesedihan dan kebahagiaan sebagai hal yang wajar dalam kisah adopsinya. Dalam menanggapi perasaan ini, anak biasanya akan terbuka dan berbicara tentang perasaannya, menutupi dan menghindarinya, marah dan mengacau, dan berpikir bahwa adopsi bukanlah masalah besar. Maka dari itu, usahakanlah untuk tetap menjalin dialog terbuka dengan anak sehingga Anda mengerti seperti apa si anak melihat proses adopsi, dan Anda dapat memberi penjelasan lain jika anak memunyai konsep yang salah. Ingatlah bahwa pembahasan tentang adopsi akan terus berubah sesuai dengan tahap perkembangan fisik, emosi, dan kematangan intelektual anak. Bersabarlah!
3. Praremaja dan Remaja (12 -- 18 tahun)
Anak-anak praremaja dan remaja pada umumnya lebih suka menjaga jarak dengan orang tua dan mencoba mencari tahu identitas mereka secara mandiri. Nah, apabila anak tidak mendapatkan informasi yang cukup, orang tua perlu membantu anak remajanya untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap dan mengizinkan anak untuk bereksplorasi. Akan tetapi, eksplorasi terkadang bisa memunculkan konflik dalam keluarga. Maka dari itu, orang tua harus mengusahakan komunikasi yang terbuka -- menjelaskan tentang adopsi kepada anak sesuai dengan perkembangan usianya.
Yang terpenting adalah mendengarkan apa yang dikatakan anak, mengikuti perasaannya, dan selalu siap menolongnya ketika ia menghadapi tantangan. Proses membina hubungan yang menyenangkan dengan anak adopsi, sebaiknya Anda lakukan sejak anak tersebut hadir dalam kehidupan keluarga Anda. Selamat menikmati kebersamaan Anda dengan anak adopsi Anda. Tuhan Yesus memberkati.
Sumber:
Judul tabloid: Keluarga, Edisi 40, Tahun II -- 2008
Penulis: Dra. Srisiuni Sugoto, M.Si
Penerbit: PT. Anugerah Panca Media, Surabaya 2008
Halaman: 24
Tidak ada komentar:
Posting Komentar