Rabu, 22 Februari 2012

KESAKSIAN: LADANG PALING PRODUKTIF

Visi terus terbakar, saya (JW) mengucap syukur untuk segala kekecewaan, pergumulan yang Tuhan izinkan terjadi, karena setiap kali saya kecewa, saya dihibur; setiap kali saya terguncang, saya dikuatkan; dan sebuah ayat muncul sebagai rhema, yang tertanam dalam hati saya dan menguatkan komitmen saya untuk terus dan terus melayani anak.

Awal tahun 1992, saya menghadiri reuni alumni Institut Pertanian Bogor (IPB), yang dulu aktif melayani di kampus. Kami saling bercerita tentang pelayanan masing-masing; ada yang menjadi gembala gereja, pengajar, konsultan, dan melayani khotbah di gereja. Semua serba hebat dan saya cuma guru sekolah minggu. Telinga ini terasa "gatal", ketika ada yang menyeletuk, "Wah, JW kok tidak maju-maju ya. Dulu dia menjadi ketua persekutuan, ketua 'Praise Centre'. Sekarang cuma guru sekolah minggu." Yang lain menimpali, "Yang awal bisa menjadi yang akhir, yang akhir bisa menjadi yang awal." "Ya, mungkin lagi dididik Tuhan!"

Apa yang saya dengar itu mengusik hati saya, dan ada sebuah hasrat yang berkobar untuk melamar ke Departemen Musik sebagai "Worship Leader" (Pemimpin Pujian), atau menghadap Pak Niko minta dimasukkan sebagai pengkhotbah. Dalam hati saya berkata, tahun 1986-1990, sebelum saya bergabung dengan gereja lokal saya saat ini, saya sudah sering berkhotbah di kampus, di ibadah pemuda, bahkan di gereja. Saya juga telah ditahbiskan menjadi Pendeta Pembantu (Pdp), dan sudah tiga tahun berada di gereja ini.

Keinginan untuk tampil di mimbar begitu kuat saya rasakan. Tetapi Roh Kudus berbicara dalam hati nurani saya, "Apa yang kamu cari dalam pelayanan!" Secara sadar saya putuskan untuk berkata tidak!

1. Melayani Bahkan Hidup untuk Berbuah

"Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu. Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus -- itu memang jauh lebih baik; tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia ini karena kamu. Dan dalam keyakinan ini tahulah aku: aku akan tinggal dan akan bersama-sama lagi dengan kamu sekalian supaya kamu makin maju dan bersukacita dalam iman, sehingga kemegahanmu dalam Kristus Yesus makin bertambah karena aku, apabila aku kembali kepada kamu." (Filipi 1:21-26).

Paulus, salah satu rasul yang dipakai Tuhan secara luar biasa, memiliki konsep hidup yang sangat jelas dalam pelayanannya, yaitu bekerja menghasilkan buah! Menghasilkan buah seharusnya juga merupakan alasan kita hidup -- mengapa kita hidup, untuk apa kita hidup, untuk apa kita melayani. Hal ini serupa juga dikatakan Tuhan Yesus dalam Yohanes 15:16, "Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu."

Buah apa saja yang harus kita hasilkan itu? "Buah kerajaan" atau jiwa-jiwa yang bertobat karena pelayanan kita, "buah pertobatan", dan "buah roh" yang sebenarnya sama dengan "buah pertobatan". Perubahan karakter kita merupakan buah pribadi kita. Perubahan karakter orang lain karena pelayanan kita merupakan buah pelayanan kita. Segala pelayanan kita pada akhirnya diuji dan diukur, seberapa banyak buah yang kita hasilkan, baik buah jiwa-jiwa, buah roh, maupun buah pertobatan.

Kegiatan pelayanan -- Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR), kebaktian, "mission trip", dll., digelar untuk menghasilkan buah. Jabatan pelayanan adalah sarana untuk berbuah. Hasil akhir pelayanan targetnya buah. Ketetapan Tuhan bagi kita adalah untuk berbuah. Kita disebut murid kalau kita berbuah (Yohanes 15:8), bukan kalau kita ke menara doa, berkhotbah, atau menyanyi. Semua kegiatan tersebut harus ada hasilnya, yaitu berbuah. Untuk berbuah maka kita harus melakukan disiplin rohani -- berdoa, membaca Alkitab, dll.. Cita-cita, obsesi, dan tujuan hidup saya adalah menghasilkan buah.

2. Anak, Ladang Pelayanan Paling Produktif

Roh Kudus terus membawa saya dalam pergumulan selanjutnya, kalau memang tujuan hidup dan pelayananmu untuk berbuah, kemuliaan yang engkau terima nanti dalam kekekalan, tergantung seberapa banyak engkau berbuah. Oleh sebab itu, saya mau melayani di tempat yang paling efektif dan paling produktif menghasilkan buah.

Pertama, pelayanan anak adalah ladang paling produktif untuk menghasilkan "buah kerajaan". Mengapa? Jelas siapa pun engkau, apa pun bakatmu, seberapa engkau pandai berbicara atau tidak, suka anak atau tidak, saya percaya bahwa jauh lebih mudah mengajak anak menerima Yesus dari pada mengajak pemuda, mahasiswa, apalagi orang tua yang sudah punya konsep sendiri.

Berapa banyak waktu yang harus engkau habiskan untuk menjelaskan, menerangkan, pendekatan untuk memenangkan satu jiwa orang dewasa? Berapa uang yang harus engkau keluarkan untuk menyelenggarakan ibadah bagi kelompok usia dewasa? Bandingkan betapa cepat engkau bisa mendekati anak-anak dengan sedikit permen, gambar-gambar, permainan, cerita Alkitab, dan betapa mudahnya mereka mengerti dan menerima Yesus. Dengan waktu, tenaga, dan biaya yang jauh lebih kecil, engkau menghasilkan jauh lebih banyak jiwa-jiwa. Oleh karena itu, jangan tinggalkan pelayanan anak karena engkau sudah ada di ladang terbaik, ladang paling produktif.

Paulus pernah berkata kepada Timotius, bahwa ia akan punya banyak pengajar, tetapi akulah bapamu. Jika kita melayani pribadi seorang anak, lalu ia menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadinya, maka dalam kitab kehidupannya, kitalah bapa rohaninya. Jelas sekali sebagai guru sekolah minggu, kita mendapat kesempatan pertama untuk melayani seorang pribadi pada usia yang paling dini untuk menerima Yesus. Lahir baru hanya dialami sekali seumur hidup. Jika seorang percaya berdosa, dia perlu minta ampun. Jika kelak dia tersesat, dia perlu kembali. Namun, itu bukan berarti ia lahir baru berkali-kali. Seorang anak yang berusia 1,5 sampai 2 tahun, bisa dilayani secara pribadi untuk menerima Yesus. Kita dapat mengundang Yesus masuk dalam hatinya sebagai Tuhannya.

Kedua, pelayanan anak adalah ladang paling produktif untuk menghasilkan "buah-buah roh". Jika tujuan pelayanan dan hidup Anda untuk mengumpulkan buah-buah roh, maka sebagai guru sekolah minggu Anda sudah berada di ladang yang paling produktif. Namun, jika nama, pujian, jabatan, ingin tampil di mimbar, persembahan kasih yang besar, dan hal-hal sejenis ini yang Anda cari, maka Anda tidak cocok untuk pelayanan ini, karena hal-hal semacam ini tidak ada atau sedikit saja ada di area pelayanan anak.

Anak seperti kertas baru yang "relatif bersih", dan mudah dipengaruhi dan diwarnai. Lihatlah kenyataan, betapa anak-anak kecil, anak-anak "Play Group" dan TK, sangat menghargai dan menurut dengan gurunya. Baginya, gurunya adalah "super star", gurunya adalah hukum. Betapa banyak anak sekolah minggu mengidolakan dan menurut apa yang dikatakan gurunya. Beberapa anak tidak terlalu menurut dengan orang tuanya, tetapi sangat patuh dengan gurunya.

Dengan pola semacam itu sangat jelas bahwa posisi sebagai guru (Play Group, TK, SD) dan juga sebagai guru sekolah minggu, merupakan pelayanan yang sangat strategis dan produktif, untuk mengubah karakter seseorang, sehingga memengaruhi dan mewarnai, serta menghasilkan buah-buah roh dalam hidupnya.

Seberapa banyak perubahan orang lain yang dihasilkan seorang pelayan yang melayani pemuda dan orang tua dalam setahun? Seberapa banyak yang dihasilkan seorang guru sekolah minggu? Seberapa banyak karakter yang diubah oleh seorang "Worship Leader"? Saya sedih jika ada orang yang pindah dari pelayanan "jiwa" ke pelayanan "acara", dan merasa rohaninya naik. Seharusnya, setiap orang tetap terlibat dalam jenis "pelayanan jiwa", sekalipun dia juga melayani jenis "pelayanan acara". Anak ladang paling produktif untuk berbuah.

Sejak awal tahun 1992, dengan semangat yang diperbarui, saya mulai merekrut, melatih, menanam, menajamkan visi, mengadakan retret guru-guru sekolah minggu, dan menggarap ladang paling produktif di dunia pelayanan, ladang terproduktif untuk berbuah. Saya melayani sungguh-sungguh dengan kesadaran penuh, saya melayani di ladang paling produktif!

Diringkas dari:
Judul buku: Visi Pelayanan Anak (Membangun Generasi Baru)
Judul artikel: Ladang paling Produktif
Penulis: Pdt. Jarot Wijanarko
Penerbit: Yayasan Pulihkan Indonesia, Jakarta 2001
Halaman: 19 -- 25

Tidak ada komentar:

Posting Komentar