Kamis, 23 Februari 2012

ANAK DAN KETAKUTAN


Adakalanya orang tua bingung melihat perubahan sikap anak yang tiba-tiba menjadi sangat ketakutan. Apa yang terjadi dan apa yang dapat dilakukan orang tua?

Penyebab Ketakutan dan Penanganannya

1. Anak melihat dunia sekitarnya dengan mata yang berbeda dari orang dewasa. Acap kali, apa yang menjadi ketakutan orang tua bukanlah apa yang menjadi ketakutan anak. Kadang anak mengalami teguran dari orang asing dan ini cukup untuk membuatnya ketakutan. Atau, anak melihat orang tua sakit dan ia mengembangkan ketakutan kalau-kalau orang tua akan meninggal. Itu sebabnya, orang tua perlu memberi penjelasan terhadap peristiwa yang tidak dimengerti oleh anak, agar ia tidak menarik kesimpulan yang keliru atau irasional.

2. Anak memiliki fantasi yang aktif dan rentan terhadap ketakutan, sebab bukankah ketakutan sering kali muncul dari sesuatu yang dibayangkan? Anak dapat membayangkan sesuatu yang mengerikan dari film yang ditontonnya atau buku yang dibacanya. Itu sebabnya, anak harus dilindungi dari kisah-kisah yang menyeramkan, sebab apa yang telah terekam akan sukar dihapus dari memorinya.

3. Relasi orang tua yang tidak stabil dan rawan konflik juga berpotensi menciptakan ketakutan pada anak. Ia takut kehilangan orang tuanya dan ia takut menyaksikan pertengkaran mereka. Itu sebabnya, orang tua perlu membereskan pernikahannya dan berupaya keras melindungi anak dari konflik antara mereka.

4. Penolakan teman di sekolah atau lingkungan juga dapat membuat anak ketakutan. Teman menolak melalui pelbagai cara misalnya, ejekan, ancaman, atau pengucilan. Penolakan dari teman-temannya atas berbagai alasan, misalnya perbedaan fisik dan kelemahan tertentu. Alhasil, anak hidup penuh dengan ketakutan karena membayangkan perjumpaan dengan teman-teman. Itu sebabnya, orang tua perlu menjalin komunikasi yang baik dengan anak tanpa menyalahkannya, agar ia berani bercerita tentang lingkungannya.

5. Tekanan akademik yang membuat anak malu atau gagal juga bisa menciptakan ketakutan. Ketidakmampuan dan ketidakberdayaan merupakan perasaan yang menakutkan. Itu sebabnya, orang tua harus peka dengan kondisi anak, agar tidak memaksakan anak masuk ke sekolah yang memiliki tuntutan di atas kemampuan anak.

Firman Tuhan: "Takut akan Tuhan adalah didikan yang mendatangkan hikmat." (Amsal 15:33)

Anak perlu dididik untuk takut akan Tuhan dan berani menghadapi apa pun. Ketakutan dihilangkan melalui pendampingan atau penyertaan. Jadi, didik anak untuk selalu ingat bahwa Tuhan menyertainya.

Rabu, 22 Februari 2012

PENTINGNYA PELAYANAN ANAK

Melayani Tuhan dan sesama merupakan kesempatan istimewa bagi orang percaya. Melayani adalah ungkapan rasa syukur kita kepada Tuhan yang telah terlebih dahulu melayani kita. Selain itu, orang yang melayani akan mendapatkan kepuasan tersendiri karena dia bisa berdampak baik bagi sesamanya. Demikian juga melayani anak-anak. Anak-anak yang dibina dengan tekun akan menjadi generasi penerus yang membangun bangsa dan melanjutkan Kerajaan Allah.

Melayani anak-anak berdampak bagi Kerajaan Allah. Gereja kiranya menggarapnya dengan serius. Bagaimana dengan gereja Anda?

Bagi sebagian orang, melayani anak-anak dianggap kurang terlalu penting. Bahkan, ada sebagian gereja yang tidak memberi tempat dan fasilitas bagi pelayanan anak. Namun, bila kita mempelajari Alkitab, ternyata pelayanan anak diberi tempat istimewa. Injil Matius 18:1-11, mencatat betapa pentingnya melayani anak-anak. Berdasarkan ayat-ayat tersebut, setidaknya ada empat hal yang perlu kita renungkan bersama. Keempat hal dimaksud adalah sebagai berikut.

1. Anak-anak adalah ladang pelayanan (ayat 1-4).
2. Berkat Tuhan atas anak-anak (ayat 5).
3. Penyesatan di ladang Tuhan (ayat 6-9).
4. Misi penyelamatan untuk anak-anak (ayat 10-11).

Anak-anak Adalah Ladang Pelayanan

Siapa yang terbesar dalam Kerajaan Surga? Pertanyaan ini diajukan oleh para murid. Hal ini terjadi setelah mereka memberi (uang) ke Bait Allah (Matius 17:27). Jawaban Tuhan Yesus sungguh di luar prediksi. "Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka" (ayat 2). Mengapa Yesus mengambil anak kecil? Karena anak kecil itu tidak menghiraukan posisi. Anak-anak itu begitu gampang percaya. Begitu mudah dipengaruhi. Maka, Yesus mengatakan kalau engkau tidak bertobat seperti anak kecil ini, engkau tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga (ayat 3).

Berkat Tuhan Atas Anak


"Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku." (ayat 5). Rupanya, ada berkat khusus yang Tuhan sediakan bagi mereka yang melayani anak-anak. Dapatlah dikatakan, pelayanan anak adalah pelayanan yang mulia. Mengapa disebut mulia? Firman Tuhan sendiri menjelaskan bahwa menyambut anak-anak sama dengan menyambut Kristus.

Penyesatan di Ladang Tuhan

Menurut penelitian, anak-anak dapat menguasai lima bahasa sekaligus. Bagi orang dewasa ini sulit terjadi. Bukankah ini menunjukkan bahwa daya ingat anak-anak sangatlah besar? Apa saja yang mereka dengar akan diingat-ingat. Bila orang tua mengucapkan kata-kata yang tidak beriman, anak-anak mudah mengingatnya.

Di sekeliling kita, banyak anak yang disesatkan karena perkataan orang dewasa. Secara tegas Tuhan Yesus menyatakan sikap terhadap mereka yang menyesatkan anak-anak. Alkitab katakan demikian, "Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut." (ayat 6). Pernyataan Tuhan Yesus ini sangat tegas! Tuhan Yesus tidak tanggung-tanggung mengungkapkan kenyataan ini. Hal ini membuktikan bahwa Tuhan Yesus sangat mencintai pelayanan anak.

Misi Penyelamatan Anak-anak

"Awas! Jangan menghina salah satu dari orang-orang yang kecil ini. Sebab ingatlah, malaikat-malaikat mereka selalu ada di hadapan Bapa-Ku di surga. "Sebab Anak Manusia datang untuk menyelamatkan orang yang sesat!" (BIS -- ayat 10-11).

Kiranya kita menyadari bahwa anak-anak itu bisa hilang. Artinya, mereka kehilangan kepercayaan kepada Kristus. Bila hal itu terjadi, maka keselamatan tidak terjadi dalam kehidupan mereka. Padahal, anak-anak adalah objek kasih Bapa. Lalu, bagaimana anak-anak dapat diselamatkan? Praktis bila rumah tangga kita dijadikan sebagai ladang misi. Anak-anak yang Tuhan percayakan dalam rumah tangga kita kiranya dijadikan ladang misi. Orang tua, orang-orang dewasa dalam keluarga kiranya mengambil bagian dalam pelayanan ini.

TELADAN SEORANG PENDIDIK

Jikalau Tuhan memberi kita hak untuk menjadi orang tua atau guru dari seseorang, kita harus sadar bahwa kita sedang dijadikan seorang arsitek jiwa bagi orang lain. Kita harus merencanakan bagaimana menjadikan mereka menjadi orang-orang yang akan dibentuk.

Ketika seseorang masih kanak-kanak, ia memiliki kemungkinan yang sangat besar untuk dibentuk. Mereka cepat meniru orang lain, khususnya orang-orang yang mereka kagumi. Jikalau seorang anak menemukan orang yang ia kagumi, tidak lama kemudian semua gerak-geriknya akan sama seperti orang yang dikagumi itu.

Pada usia 8 tahun, saya memunyai seorang guru sekolah minggu yang sangat baik, begitu mencintai Tuhan, dan begitu mengenal anak-anak didiknya. Saya sangat mengagumi dia. Ia seorang guru perempuan, padahal saya laki-laki. Tanpa sadar, saya mulai mengikuti gerak-geriknya. Bahkan, ketika guru itu bibirnya sedikit miring, maka bibir saya ikut-ikut miring. Kekaguman akan membuat kita ingin meniru atau menjadi imitasinya, dan mau meneladani dia. Itu sebabnya, Anda harus memerhatikan kalimat ini: "Pendidik harus memunyai satu pribadi yang boleh menjadi seorang pendidik". Ini kriteria yang sangat penting. Sebagai seorang pendidik, kita sedang membangun pribadi seseorang menurut pribadinya sendiri. Kalau seorang pendidik memiliki kepribadian yang belum beres, atau tidak sesuai dengan kedudukan dan kewajiban sebagai pendidik, maka pribadinya yang tidak baik akan merusak orang lain, sekalipun ia memiliki teori pendidikan yang sangat baik, yang terus-menerus keluar dari mulutnya.

Jika kita menjadi pendidik, biarlah kita mengingat suatu konsep dasar bahwa pendidikan harus dimulai dengan mendidik pribadi. Pendidikan bukan penyalur pengetahuan. Pendidikan juga bukan merupakan salah satu di antara sekian banyak profesi, untuk kita menyelesaikan problema nafkah hidup kita sendiri. Pendidikan adalah pembentukan karakter, maka pendidik sendiri harus memunyai karakter yang bertanggung jawab. Dasar ini merupakan dasar yang sangat penting. Sejarah sebenarnya merupakan ekstensi dari bayang-bayang karakter-karakter yang agung, yang muncul di dalam sejarah manusia. Sejarah suatu suku, suatu bangsa, atau suatu bidang akademik, sebenarnya merupakan ekstensi gerak-gerik dari bayang-bayang beberapa karakter yang agung. Jika di dalam sejarah tidak ada pribadi-pribadi yang begitu agung dan bersifat memengaruhi, maka tidak ada sejarah yang bisa dicatat bagi kita. Tidak ada seseorang yang sekarang mempergunjingkan berapa gaji yang diterima oleh Socrates ketika hidup, atau kemungkinan banyaknya dan harganya pertambangan yang bisa dijual secara internasional. Orang tidak terlalu menghiraukan hal itu, tetapi orang akan memikirkan siapa orang yang berpribadi agung, yang memberikan kontribusi agung bagi zamannya dan bagi zaman yang akan datang.

Sejarah memunyai bayang-bayang yang berkesinambungan, dari gerak-gerik yang dipengaruhi oleh karakter-karakter yang agung. Pada waktu kita menelusuri sejarah kembali, maka karakter-karakter agung yang pernah muncul dalam sejarah, segera masuk ke dalam bayang-bayang kita. Ketika kita memikirkan Socrates, Beethoven, Abraham Lincoln, atau yang lain, kita akan langsung melihat sumbangsih mereka. Semua ini menunjukkan bahwa sejarah dibentuk oleh pribadi-pribadi yang berpengaruh, yaitu pribadi-pribadi yang memiliki potensi dan sekaligus kebahayaan, yang bersama-sama bertumbuh dan berada di dalam hidup seseorang. Ketika kita memikirkan tentang Jerman, kita langsung memikirkan orang-orang yang penting, seperti Beethoven, Hegel, Goethe, Schiller, termasuk Hitler. Karakter-karakter tertentu akan menjadi simbol dari suatu bangsa, budaya, atau suatu sistem akademis tertentu. Maka semua yang kita pikirkan akan dipengaruhi oleh beberapa karakter itu. Demikian juga ketika kita membicarakan sejarah kekristenan, selain kita memikirkan Kristus, kita juga memikirkan Paulus, Timotius, Agustinus, Polycarpus, Luther, Calvin, B.B. Warfield, Billy Graham, dan lain-lain. Karakter-karakter Kristen yang telah memberikan sumbangsih bernilai di dalam sejarah, kita ingat dan kita pelajari, sehingga menjadi teladan bagi kita. Itu sebab pembentukan karakter sangat penting dalam pendidikan. Setiap orang tua, guru Kristen di sekolah, guru sekolah minggu, atau guru pribadi, adalah orang-orang yang diberi hak yang sangat besar oleh Tuhan, untuk mendidik karakter-karakter yang diberikan kepadanya. Inilah suatu hak istimewa yang sangat besar. Mewakili Tuhan yang mengutus saya, dengan sungguh-sungguh saya berkata: "Hormatilah diri Anda sebagai guru."

Jikalau Anda secara sembarangan menjadi guru, tanpa pengabdian, tanpa komitmen, dan tidak mengetahui berapa besar kemungkinan sumbangsih Anda kepada masyarakat, bangsa, sejarah, kebudayaan, dan gereja, atau sebaliknya Anda tidak menyadari berapa besar pengrusakan yang akan Anda akibatkan melalui pendidikan yang salah, maka sekali lagi dengan amat sangat saya meminta kepada Anda untuk menghormati hak yang ada pada Anda, kedudukan Anda sebagai guru anak-anak. Allah telah memberikan yang paling berharga kepada Anda. Bukan emas atau perak atau hal-hal yang lain, tetapi menyerahkan anak-anak manusia, yang dicipta menurut peta dan teladan-Nya sendiri, yang memunyai pribadi-pribadi yang tidak pernah terulang dan tidak mungkin diganti. Bagaimanakah Saudara mendidik mereka?

Ketika seorang ayah sedang berjalan menuju ke tempat seorang pelacur di malam hari, ia beranggapan tidak ada yang mengetahui kepergiannya. Ketika hampir tiba di rumah pelacur itu, pada saat ia melihat ke belakang, ia melihat anak laki-lakinya mengikutinya dari belakangnya. Ia memarahi anaknya dan mengusir anaknya pulang. Ia masih ingin memakai wibawanya sebagai ayah. Tetapi anaknya hanya tertawa dan mengatakan bahwa ia sudah mengikuti ayahnya selama dua bulan. Ia berkata: "Saya baru tahu bahwa ayah yang begitu galak ternyata tidak beres." Mulai hari itu, dengan kuasa apakah ayah seperti itu bisa mengatakan apa yang boleh atau apa yang tidak boleh dilakukan anaknya?

Orang tidak mungkin tidak menghormati Anda, kecuali Anda sendiri tidak menghormati diri Anda sendiri terlebih dahulu. Kalau boleh saya meminta dengan sangat kepada para orang tua, para guru, hiduplah secara beres, demi hidup anak-anak Anda dan anak-anak didik Anda. Hargailah diri Anda yang menjadi guru orang lain. Hargailah hak Anda untuk menjadi ayah dan ibu orang lain. Masih ingatkah, ketika kecil kita menyebut "ayah" atau "ibu" dengan begitu hormat? Jika ada anjing mau menggigit kita, kita tidak lari mencari polisi, kita mencari ibu, meskipun anjing itu lebih besar dari ibu, kita tetap yakin ibu bisa memberikan pengharapan bagi kita, ibu pasti akan menyelesaikan problema kita. Hargailah diri Anda, karena Anda sedang menggarap diri orang lain.

Salah satu hal yang paling besar di dalam diri dan hidup kita adalah: pengaruh pribadi kepada pribadi. Pengaruh pribadi kepada pribadi ini kurang dibahas di dalam bidang-bidang ilmu yang sedang berkembang pesat saat ini. Di situlah Tuhan memberikan sesuatu kemungkinan melalui apa yang Anda lihat dan ketahui, Anda dapat dididik dengan apa yang tidak kelihatan. Hal seperti ini sangat tegas di dalam Alkitab. Paulus menegaskan bahwa setiap orang yang bisa dipelajari dan menjadi teladan bagi hidup kita, harus diperhatikan sampai ke titik akhir hidup mereka. Paulus menuntut untuk jemaat saling melihat, apakah yang mereka lakukan seumur hidup mereka cukup konsisten. Jikalau seseorang mengajar sesuatu sedemikian muluk, tetapi kemudian apa yang ia lakukan sama sekali berlawanan dengan apa yang ia ajarkan, itu hanya ucapan kosong belaka. Tetapi, jika seseorang melayani Tuhan selama berpuluh-puluh tahun dengan semangat yang sama, sungguh-sungguh berkorban, sungguh-sungguh berjerih lelah untuk orang lain, dan sungguh-sungguh mengabdi kepada Tuhan, maka ia adalah orang yang patut dihormati. Ia sungguh-sungguh seorang hamba Tuhan, dan ia sungguh-sungguh boleh menjadi guru. Saya berharap, agar ketika anak-anak saya bertumbuh menjadi dewasa, mereka tetap dapat menganggap saya sebagai ayah yang dapat mendidik mereka dengan baik. Demikian juga, saya berharap agar murid-murid saya, ketika mereka telah menjadi pendidik-pendidik, mereka tetap bisa mengaku bahwa saya bisa mendidik mereka. Saya berharap setiap Anda juga memunyai tekad yang sama seperti saya, tetap konsisten dan berkesinambungan semangatnya dari awal sampai akhir, seperti Paulus berkata: "Lihatlah titik akhir orang-orang itu."

Dalam peribahasa Tionghoa dikatakan: "Setelah peti mati itu ditutup, barulah terjadi kritik atau pujian yang betul-betul adil." Sebelum seseorang meninggal, jangan terus-menerus dipuji, karena mungkin ia akan jatuh di titik akhirnya. Sebelum ia meninggal, juga jangan terus-menerus dikritik, karena mungkin sebelum meninggal ia bisa bertobat dan menjadi lebih baik dari pengkritiknya. Itu berarti masalah kesinambungan waktu menjadi suatu saksi yang setia. "Time ia the most faithful witness to your personality." Itu sebabnya, satu peribahasa kuno mengatakan, bahwa untuk mengerti kuda yang baik, bukan dengan melihat tubuhnya saja, tetapi dengan melihat kuda itu berlari jauh. Jalan yang panjang akan menguji kekuatan kuda. Hari dan tahun-tahun yang lama akan menguji kesetiaan kawan.

Kita harus menghormati diri kita, menghormati pekerjaan yang diberikan oleh Tuhan, menghormati profesi sebagai pendidik yang begitu berharga yang dimandatkan oleh Tuhan kepada kita.

BAHAN MENGAJAR: TANGGUNG JAWAB -- APAKAH ARTINYA?

"Saya belajar nilai kerja keras dan keuletan dari keluarga saya". -- Michael Jordan

Ketika saya masih kecil, saya memunyai seekor kucing hitam yang besar, yang kami namakan Sir Blackie Tomcat. Kebanyakan Anda menganggap, bahwa anjinglah yang bisa diandalkan, bukan kucing. Tetapi Sir Blackie itu benar-benar dapat diandalkan, seperti anjing yang paling baik. Setiap hari -- setelah saya pulang sekolah, Sir Blackie selalu menantikan saya dengan sabar di anak tangga beranda belakang. Setiap pagi dan sore hari, ia muncul pada waktu yang sama untuk makan. Blackie pasti tahu bahwa saya pun dapat diandalkan. Ia tahu ia bisa mengandalkan saya untuk memberinya makan pada waktu yang sama setiap harinya.

Suatu hari, ketika kami berdua sedang di beranda, seekor anjing -- besar dan galak, tiba-tiba masuk ke rumah kami, menggonggong Sir Blackie. Orang bilang bahwa anjing itu memakan kucing. Saya pun melompat, membentak, dan mengusir anjing tersebut. Sir Blackie tidak bergerak dari tempatnya. Ia hanya mengeong. Pasti ia tahu bahwa ia lagi-lagi bisa mengandalkan saya. Dan ia benar. Saya mengusir anjing galak tersebut.

Saya bertanggung jawab terhadap Blackie, dan ia tahu bahwa ia bisa mengandalkan saya untuk merawat dan menjaganya.

Kamu pun perlu bertanggung jawab. Seseorang yang bertanggung jawab melaksanakan apa yang dijanjikannya. Dengan demikian, ia dapat dipercaya. Ibumu perlu mengetahui bahwa kalau kamu mengatakan akan pulang jam berapa, kamu pasti memenuhi janjimu. Kalau kamu menemui masalah, kamu akan meneleponnya. Kalau orang tahu bahwa kamu bertanggung jawab, mereka tidak perlu terlalu mengkhawatirkan kamu. Orang tua biasanya akan memberimu kebebasan lebih besar, dan para guru biasanya akan memberimu keistimewaan. Tanggung jawab membantumu belajar menjadi pemimpin -- seseorang yang berinisiatif dan melancarkan segalanya. Itu juga berarti bertanggung jawab terhadap diri sendiri -- belajar memikirkan pilihan-pilihan dan mengambil keputusan-keputusan yang baik, tentang cara-cara bersikap, dan hal-hal yang harus diperbuat. Bertanggung jawab itu membantu dunia menjadi lebih baik.

Bagaimanakah Caranya agar Kamu Bertanggung Jawab?

Kita masing-masing bertanggung jawab atas perbuatan, perkataan, pemikiran, dan pilihan kita sendiri. Apakah artinya bagimu?

Perbuatanmu

Kamu bertanggung jawab atas hal-hal baik yang kamu pilih untuk kamu perbuat. Apakah kamu serahkan PR-mu tepat pada waktunya? Apakah kamu selesaikan tugasmu di rumah pada waktunya? Apakah kamu menjaga pakaian dan mainanmu sendiri? Apakah kamu menjaga kesehatanmu dengan makan makanan bergizi? Apakah kamu menjaga dirimu? Apakah kamu mematuhi aturan di rumah dan di sekolah? Apakah kamu mematuhi hukum di komunitasmu? Kalau ya, kamu bertanggung jawab.

Kamu juga memilih cara untuk memperlakukan lingkungan di sekelilingmu. Apakah kamu membuang sampah sembarangan? Apakah kamu mencegah sesamamu membuang sampah sembarangan? Apakah kamu mendaur ulang kertas, kaleng, atau kaos kaki bekas? Apakah kamu perlakukan hewan dengan baik? Kalau kamu memunyai hewan peliharaan, apakah kamu memberinya makan dan merawatnya?

Apakah kamu bertanggung jawab soal harta benda? Apakah kamu bersikap hati-hati, ketika membersihkan rumah dengan menggunakan mesin penyedot atau sapu, sehingga tidak menghantam tembok serta perabotan? Apakah kamu menangani piring dengan hati-hati ketika mencucinya? Apakah kamu menyimpan buku-buku dan kertas-kertasmu, agar dapat menemukannya lagi dengan mudah?

Perkataanmu

Bertanggung jawab atas perkataanmu, artinya bahwa ketika kamu mengatakan akan melakukan sesuatu, kamu menindaklanjutinya dan melaksanakannya. Kamu tidak membuat janji-janji yang tidak bisa kamu penuhi. Itu juga berarti kamu berpikir sebelum berbicara. Kamu kendalikan perkataan yang keluar dari mulutmu, dan kamu bisa memutuskan untuk mengucapkan sesuatu atau tutup mulut. Kamu bisa memilih menggunakan kata-kata yang baik atau tidak baik. Kamu tidak bisa mengendalikan hal-hal yang dikatakan orang kepadamu, tetapi kamu bisa mengendalikan hal-hal yang kamu ucapkan sebagai balasannya.

Pemikiranmu

Kamu juga bertanggung jawab atas hal-hal yang kamu pikirkan. "Tunggu dulu!" Kamu mungkin mengatakan, "Ide-ide selalu bermunculan di kepala saya. Terkadang ide-ide yang muncul memang buruk. Saya tidak mungkin mengendalikannya." Mungkin benar. Tetapi kamu bisa memutuskan, apakah kamu akan membiarkan ide buruk tersebut menetap di benakmu? Apakah yang bisa kamu perbuat untuk menyingkirkannya? Cobalah mengabaikannya. Pikirkanlah sesuatu yang baik sebagai gantinya. Atau gantilah kegiatanmu. Kamu bisa mengganti saluran televisi atau membaca buku yang baik. Kamu bisa mengobrol dengan teman atau bermain dengan adik atau kakakmu. Hal-hal yang baik akan menyingkirkan hal-hal yang buruk.

Penting!

Terkadang orang memunyai demikian banyak pemikiran buruk, sehingga mereka tidak tahu apa yang harus mereka perbuat. Kalau ini terjadi kepadamu, bicaralah kepada orang dewasa yang kamu percayai. Ceritakanlah pemikiran-pemikiran buruk yang tidak mau hilang. Kalau kamu tidak sanggup mengubah sesuatu sendiri, sikap bertanggung jawab artinya mencari pertolongan.

25 CARA MENJADI GURU SEKOLAH MINGGU TELADAN

Mungkin Anda pernah bertanya dalam hati, "Bagaimana caranya agar anak–anak didik senang dengan saya?" Bukan dalam arti senang secara penampilan fisik saja, tetapi juga mereka senang jika Anda yang membimbing, membina, mendidik, dan yang paling penting bagaimana anak tersebut senang dan betah, serta mengerti firman Tuhan yang Anda sampaikan kepada mereka. Sadar atau tidak, Anda dapat melihat dari roman wajah dan tingkah laku anak, saat Anda menyampaikan firman Tuhan. Mungkin ada yang mengganggu temannya, berbicara dengan teman sebangkunya, ada yang diam tapi pikirannya melayang entah ke mana, atau mungkin juga dia tertidur saat Anda menyampaikan firman Tuhan.

Jadi, bagaimana sikap Anda? Apakah Anda akan membiarkannya begitu saja? Tentunya tidak! Hal itu sama saja dengan Anda menjerumuskan anak didik yang dititipkan Tuhan kepada Anda selaku guru sekolah minggu, ke jurang kematian. Lalu, bagaimana? Berikut 25 tip, agar Anda bisa menjadi teladan di tengah–tengah anak didik Anda.

1. Awali setiap kegiatan pelayanan Anda dengan doa.

Berikut ini butir-butir yang dapat menjadi pokok doa.
a. Setiap guru melayani dengan pertolongan Roh Kudus.
b. Guru dapat menjadi teladan melalui perkataan, sikap, dan perbuatan.
c. Acara yang telah dirancang untuk hari itu, dapat berjalan sesuai dengan harapan.
d. Tuhan menggerakkan hati anak–anak untuk datang beribadah.
e. Setiap anak menikmati berkat Allah seutuhnya.
f. Allah hadir dan bekerja di sepanjang kebaktian.
g. Kebaktian sekolah minggu hari itu tidak berlalu dengan percuma.

2. Akhiri kegiatan pelayanan Anda dengan doa.

Berikut ini butir-butir yang dapat menjadi pokok doa.
a. Setiap pelayanan yang telah kita lakukan, dapat dipakai Allah untuk menyentuh kehidupan anak sekolah minggu.
b. Setiap anak pulang membawa sukacita dari Allah.
c. Setiap anak menyimpan firman Allah di dalam hatinya.
d. Sepanjang minggu yang akan datang, perlindungan Allah selalu beserta Anda dan anak sekolah minggu.
e. Anak sekolah minggu menjadi saluran berkat Allah bagi keluarga dan lingkungannya.
f. Guru–guru sekolah minggu ditambahkan hikmat, kebijaksanaan, kesabaran, dan kesetiaan dalam melayani.

3. Ingatlah untuk saling mendoakan sesama rekan guru.

Di dalam kehidupan keseharian seorang guru, tentu ada banyak pergumulan yang dialami, sementara tuntutan untuk terus mengajar dan mendidik terus berjalan. Karena itu, sebagai rekan sesama guru, ingatlah untuk saling mendoakan, agar setiap guru selalu diberi kekuatan, hikmat dan kebijaksanaan dari Allah; kesehatan dan kecukupan dalam hidup sehari–hari; sukacita dan damai sejahtera agar rekan–rekan kita dapat terus setia melayani.

4. Evaluasi diperlukan demi perkembangan.

Fungsi diadakannya evaluasi adalah sebagai berikut.
a. Sarana menyampaikan teguran, masukan, dan dorongan bagi pelayanan Anda.
b. Sarana mengutarakan kesan–kesan baik maupun buruk yang didapat, dari kebaktian yang telah dijalankan.
c. Sarana mengungkapkan semua perasaan yang mengganjal di dalam hati. Guru sekolah minggu, tidak boleh memiliki perasaan sakit hati di dalam pelayanannya kepada Tuhan.

5. Berikan materi dengan jelas dan menarik.

Penyampaian materi yang bagus adalah mudah diterima, tidak berbelit–belit, menggunakan bahasa yang mudah dipahami, menarik, dan dimengerti anak. Dengan suara yang jelas dan terdengar satu ruangan (bukan artinya harus berteriak–teriak), cara mengajar tidak monoton tapi menarik. Penggunaan gaya bicara, intonasi, dan penekanan yang tepat, juga mempermudah anak dalam memahami isi firman Tuhan yang disampaikan. Kalau bisa bumbui dengan lelucon, tapi tidak berbau SARA.

6. Hargai anak didik.

Guru harus menghargai anak didik sebagai seorang individu yang memiliki harga diri, hak–hak pribadi, dan kehormatan. Kesalahan dalam menjawab, perilaku yang jelek, ketidakmampuan memahami materi, hendaknya tidak mendorong kita untuk memberikan predikat tertentu pada anak, yang dapat mengecilkan arti dari keberadaan mereka. Sebaliknya, prestasi yang bagus hendaknya tidak luput dari perhatian Anda dan Anda biasakan menyampaikan penghargaan pada anak. Penghargaan Anda akan membuat anak merasa dihargai, diperhatikan, menambah rasa percaya diri mereka, dan menambah semangat belajar mereka.

7. Penguasaan materi yang bagus dan mengembangkan ilmu.

Anggapan bahwa "teacher knows everyting" masih sangat dipegang oleh anak didik sampai saat ini. Guru sekolah minggu masih dianggap sebagai sumber utama bidang kerohanian, di samping sumber tertulis yang ada. Jadi, Anda haruslah memegang teguh prinsip "life long learning" -- belajar sepanjang hidup, karena ilmu kerohanian tidak pernah berhenti pada satu titik, dan tidak pernah cukup dipelajari hingga batas tertentu. Ilmu kerohanian berkembang sepanjang zaman dan guru harus senantiasa mengembangkan ilmu yang dimilikinya.

8. Adakan studi banding ke sekolah minggu yang lain.

Mengadakan studi banding bukanlah dalam arti harus pergi bersama–sama dengan rekan yang lain ke tempat sekolah minggu yang ingin kita tinjau. Melainkan, Anda dapat pergi dan melihat sendiri secara langsung. Dengan demikian, Anda dapat lebih mudah untuk mengamati dan mengambil langkah, serta solusi baru di dalam kelas sekolah minggu Anda.

9. Disiplin tapi tidak mudah marah.

Dari hasil penelitian yang saya lakukan, guru yang disukai anak didik bukan hanya guru yang santai, jarang memberi pertanyaan, jarang memberikan tugas, tidak pernah menegur bila anak melakukan kesalahan. Tapi secara umum, anak juga menghendaki penegakan aturan–aturan moral. Anak didik tetap menghendaki "hukuman" dari guru, terhadap anak yang tidak tertib, ribut, terlambat, tidak mengumpulkan tugas, dan yang melakukan pelanggaran–pelanggaran lain. Tapi, anak juga tidak menyukai guru yang marah melulu, mudah marah, dan marahnya sampai ke mana–mana. Sebenarnya marah itu gampang. Semua orang bisa marah. Tapi marah yang tepat, dengan kadar yang tepat, pada waktu yang tepat, dan kepada orang yang tepat, tidaklah mudah.

10. Berikan perhatian yang sama kepada seluruh anak sekolah minggu.

Memberikan perhatian haruslah sama rata kepada seluruh anak sekolah minggu.

11. Mengajar tidak ubahnya seperti bernyanyi.

Jika kita melihat seorang penyanyi membawakan lagu yang didendangkan itu menarik dan enak didengar, pasti diminati oleh masyarakat, serta kasetnya pun laris terjual. Begitu pula mengajar dan mendidik, jika pelajaran yang Anda ajarkan menarik, tentu anak akan senang menerimanya dan mudah memahaminya.

12. Perkaya persiapan Anda untuk bercerita.

Persiapan bercerita memerlukan waktu paling tidak satu minggu. Berikut ini jadwalnya.

Senin: Menemukan dan membuat kerangka serta garis besar cerita.
Selasa: Mencari dan menemukan sudut cerita yang sekiranya lebih baik dan menarik untuk dibawakan.
Rabu: Memikirkan dan membuat alat peraga.
Kamis: Memikirkan contoh aplikasi firman Tuhan yang dapat diterapkan secara konkret oleh anak–anak.
Jumat: Coba mempraktikkan bercerita di depan cermin.
Sabtu: Menutup persiapan kita dengan mempersiapkan mental dan hati, serta menyerahkan pelayanan kita kepada Tuhan.

13. Miliki inovasi untuk membuat alat peraga.

Jika sekolah minggu Anda memunyai alat peraga yang terbatas, jangan langsung putus asa atau kecil hati. Tapi, pikirkanlah bagaimana dulu Tuhan Yesus mencari dan membuat alat peraga. Dengan adanya alat peraga, anak akan semakin konsentrasi dan suka mendengar isi dari firman Tuhan yang akan disampaikan.

14. Siap sedia untuk menggantikan rekan yang berhalangan.

Jika teman tidak datang atau sakit, Anda harus siap untuk menggantikan posisinya sebagai pemimpin kebaktian, pembawa lagu, ataupun mengajar di kelasnya.

15. Jalin kedekatan dengan orang tua murid.

Orang tua murid adalah rekan kita yang memiliki lebih banyak kesempatan untuk memberi pendidikan rohani bagi anak–anak. Sayang banyak orang tua memasrahkan tanggung jawab ini kepada guru–guru sekolah minggu. Karena itu, usahakan untuk:

a. Sebanyak mungkin membagikan kepada orang tua beban, untuk membimbing anak–anak mereka lebih mengenal dan mencintai Tuhan Yesus Kristus.
b. Meminta bantuan agar mereka membantu anak untuk menanyai, mengulang ayat emas, dan cerita firman Allah yang telah disampaikan.
c. Meminta agar mereka lebih banyak membantu mengajarkan cara berdoa yang baik.

16. Menerima saran dan kritik dari orang lain.

Ingat! Setiap saran dan kritik dari siapa pun terhadap cara pelayanan Anda, merupakan wujud jika mereka memerhatikan dan menyayangi Anda selama ini.

17. Usahakan hadir sebelum anak–anak hadir.

Dengan hadir lebih awal, ada lebih banyak kesempatan bagi Anda untuk melakukan persiapan, memeriksa alat–alat perlengkapan yang akan Anda gunakan, dan Anda dapat menyambut ramah anak–anak yang datang satu per satu.

18. Tampillah secara sederhana, tetapi menarik.

Perhatikan busana yang Anda kenakan saat mengajar akan mendukung pelayanan. Busana yang sederhana, sopan, dan rapi -- tidak banyak corak atau perhiasan berlebihan atau kekurangan bahan pakaian (banyak bagian yang terbuka daripada tertutup). Menggunakan busana yang rapi dan sopan, akan membantu anak–anak dan orang tua menaruh respek dan kepercayaan kepada Anda, dan memberi contoh pada anak–anak tentang menghargai ibadah di rumah Tuhan.

19. Sambutlah anak baru dengan kasih persaudaraan.

Menyambut anak baru dengan kasih, hangat, serta ramah, menunjukkan bahwa dia diterima dengan baik di sekolah minggu, dan menunjukkan kepada anak–anak bahwa Tuhan Yesus mau menerima siapa saja yang mau bertobat dan datang kepada–Nya.

20. Hafalkan nama–nama anak sekolah minggu.

Ini merupakan peringatan bagi Anda, untuk dapat bisa menghafalkan nama–nama anak yang Anda bina. Karena bagaimana Anda bisa mendidik dan membina lebih fokus, jika Anda sendiri tidak mengenal mereka.

21. Adakan acara–acara istimewa.

Sekali dalam beberapa bulan, adakan selingan acara yang merupakan "Gebrakan Rohani" di tengah berjalannya rutinitas mingguan. Adakan kebaktian padang sambil berwisata, pemutaran film, kunjungan ke panti asuhan, panti wreda, panti grahita, dsb.. Bila memungkinkan, adakan retret sekali dalam setahun atau adakan KKR anak–anak. Setiap terobosan baru akan menjadi penyegar rohani, baik bagi anak–anak maupun guru–guru yang melayani.

22. Beri perhatian khusus pada anak yang sakit atau tertimpa kemalangan.

Jangan lupa jika kita mengetahui ada anak sekolah minggu yang sakit atau tertimpa kemalangan, Anda harus datang untuk menghiburnya. Karena dengan perhatian yang Anda beri, dia mengetahui jika gurunya memerhatikan, menyayangi, dan merindukan kehadirannya untuk bisa datang lagi ke sekolah minggu.

23. Anak yang sangat aktif membutuhkan perhatian Anda.

Anak yang sangat aktif dapat menjadi anggota kelas yang istimewa. Bukan sebagai sumber kekacauan, tetapi sebaliknya, dapat menjadi bantuan yang berarti di kelas. Namun, ia jelas membutuhkan perhatian khusus dari guru sekolah minggu. Dampingi dan bina si anak aktif, serta libatkan dia dalam pelayanan dengan memberikan tugas–tugas sebagai salah satu cara positif untuk menyalurkan energinya. Tugas tersebut dapat berupa mengedarkan kantong persembahan, mengumpulkan tugas teman–temannya, dan membereskan sarana pelayanan yang telah dipakai.

24. Ajarkan selalu lagu–lagu baru dengan gaya baru.

Dengan mengajarkan lagu–lagu dan gaya bernyanyi baru kepada anak, dapat meningkatkan wawasan mereka terhadap dunia seni dan budaya.

25. Jagalah kebersihan di dalam ruangan.

Ruangan yang tidak berkesan jorok atau tidak kotor, pasti akan nyaman dipakai dan kondusif untuk beribadah. Untuk itu, ajaklah mereka untuk ikut menjaga kebersihan. Dengan cara memberi anjuran untuk tidak makan di dalam kelas selama kebaktian. Sediakan sebuah tempat sampah di kelas, dan sosialisasikan kepada mereka untuk membuang sampah pada tempatnya yaitu tempat sampah yang telah disediakan. Pastikan juga Anda meninggalkan ruangan dalam keadaan bersih.

BAHAN MENGAJAR: HATI YANG MENCINTAI PERKARA SURGA

Persiapan: Bawalah beberapa mainan yang sudah rusak. Buatlah 2 buah hati dari kertas dengan ukuran yang sama. Tempelkan gambar mainan-mainan, pakaian, uang, dll., pada hati yang satu. Pada hati yang lain, tempelkan gambar surga, Alkitab, anak yang sedang berdoa, Kristus, dll..

Penyampaian: Inilah mainan-mainan yang sudah rusak, yang tidak bisa dipakai lagi. Dahulu ketika mainan ini masih baru, semua anak pasti senang sekali menerimanya. Tetapi, coba lihatlah bentuk mainan ini sekarang. Sudah jelek, rusak, dan akan dibuang. Seorang anak yang memunyai mainan seperti ini, pasti akan minta dibelikan mainan lain yang baru. Pernahkah kalian mengatakan kepada ibumu, bahwa kalau kalian dibelikan sesuatu mainan yang sangat kalian inginkan, maka kalian akan senang dan puas? Kemudian, ibumu membelikan mainan itu untukmu. Tetapi tidak lama setelah kalian menerima mainan itu, kalian melihat sesuatu mainan lain yang juga kalian inginkan. Padahal sebelumnya, kalian telah berjanji bahwa andaikata kalian dibelikan sepeda yang baru atau bedil-bedilan yang baru, kalian tidak akan minta apa-apa lagi. Tetapi, entah mengapa, rupanya kalian belum puas. Hal semacam itu tidak hanya terdapat pada kalian; orang-orang dewasa seperti itu juga. Seorang wanita berpikir bahwa apabila dia bisa membeli sebuah rumah yang baru, maka ia akan bahagia; tetapi setelah ia memperoleh rumah, ia menginginkan barang-barang lain. Seorang laki-laki berpikir bahwa, andaikata ia dapat membeli motor/mobil, ia akan senang dan ia tidak akan menginginkan barang-barang lain lagi, tetapi segera pikirannya berubah.

Dalam firman-Nya, Allah memberitahukan apa sebabnya kita tidak pernah puas (Yeremia 17:9). Hati kita adalah penipu. Hati kita selalu membodohi kita dengan perasaan bahwa kita akan sangat puas, apabila kita mendapatkan barang-barang yang kita inginkan, sehingga kita tidak akan menginginkan barang-barang lain. Tetapi barang-barang tidak dapat memberikan kepuasan yang sempurna.

Di sini ada sebuah hati yang penuh dengan barang-barang. Lihat, ada mainan, pakaian, uang, sepeda, dll., sehingga tidak ada tempat lagi untuk Allah dan untuk hal-hal yang dapat menyenangkan Dia. Hati ini hanya menginginkan barang-barang untuk menyenangkan dirinya sendiri. Yang dipentingkan hanyalah memberikan kepuasan pada dirinya sendiri. Tetapi ia tidak pernah akan puas.

Lain halnya dengan hati ini. Allah ingin kita memiliki hati seperti ini; hati yang memiliki kepuasan yang sempurna. Kita diajarkan untuk mengasihi dan mencintai perkara-perkara yang ada dalam Surga (Kolose 3:2,3). Di hati ini, kita tempelkan sebuah gambar Surga untuk memperlihatkan bahwa hati ini lebih mementingkan perkara-perkara surga yang disenangi Allah. Ia tidak mementingkan perkara-perkara duniawi. Kristus berkata bahwa di mana ada harta kita, di situ juga hati kita (Matius 6:21). Kita tidak dapat mengasihi Allah dan firman-Nya, kalau hati kita lebih mengasihi perkara-perkara duniawi yang hanya memuaskan diri kita. Allah menghendaki kita mengasihi perkara-perkara yang dikasihi oleh Allah.

Hati ini mengasihi doa, Alkitab, sekolah minggu, gereja, dan mengabarkan kepada orang-orang lain tentang Yesus Kristus. Lebih daripada itu, ia mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, dan pikirannya. Inilah satu-satunya cara untuk dapat memiliki hati yang bahagia dan puas. Kristus adalah satu-satunya yang dapat memberi kesukaan serta damai yang kita perlukan. Benda-benda seperti pakaian yang bagus, mainan, uang, dan lain-lainnya, tidak akan memberikan kepuasan yang sempurna kepada kita, meskipun kita telah memperoleh semua yang kita ingini. Cintailah Kristus dan segala perkara yang berkenan kepada-Nya, maka hati kalian akan merasa berbahagia dan puas.

RUANG UNTUK BERTUMBUH

Salah satu hobi saya adalah berkebun. Saya menyukainya karena saya memiliki kesempatan untuk merenungkan firman Tuhan dalam kesendirian saya. Berkebun banyak memberikan pengajaran yang sangat baik. Salah satunya adalah bahwa tumbuhan memerlukan ruang untuk bertumbuh. Sebagai orang tua, saya merasa hal ini merupakan pelajaran yang penting untuk diingat, bahwa anak-anak membutuhkan ruang untuk bertumbuh di dalam Tuhan, sehingga mereka dapat bertambah kuat dalam iman dan berbuah bagi-Nya.

Haruskah Orang Tua Memberikan Ruang untuk Bertumbuh Kepada Anak-Anaknya?

Dalam Matius 19:14, Yesus berkata: "Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab, orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga." Bagaimana para orang tua menghalang-halangi anak-anaknya? Paulus memberitahukan, "Janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu," dan ia juga menambahkan, "Tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan." (Efesus 6:4)

Bagaimana Orang Tua Memberikan Ruang untuk Bertumbuh Kepada Anak-Anaknya?

Dengan kata lain, bagaimana kita mengajarkan sikap disiplin dan taat pada perintah Tuhan kepada mereka? Salah satu perintah itu ditulis dalam kitab Amsal 22:6 yang berbunyi: "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu."

Ketika kita mengajarkan suatu keterampilan baru kepada seorang anak, kita harus membiarkan mereka berlatih sampai ia dapat melakukannya sendiri. Tetapi, kadang-kadang mereka tidak berlatih dengan cara seperti yang kita harapkan. Sebagai contoh, saya melatih anak-anak saya, Felicia (13 tahun) dan Sarah (10 tahun), untuk melakukan doa pribadi minimal sekali dalam sehari. Saya ingin agar mereka berlutut, bersyukur atas pimpinan Tuhan selama tidur malam, segera setelah bangun di pagi hari. Doa ini juga termasuk memohon pimpinan-Nya untuk melalui hari ini sesuai dengan kehendak-Nya. Sayangnya, Felicia dan Sarah merasa sulit untuk berlutut berdoa dan menutup mata tanpa tertidur kembali. Sebagai gantinya, mereka merasa lebih mudah untuk berdoa setelah makan pagi dan berpakaian, sebelum berangkat ke sekolah. Karena mereka tidak selalu berangkat bersamaan, mereka dapat memutuskan sendiri saat-saat untuk berkomunikasi dengan Tuhan.

Bagaimana Para Orang Tua Dapat Fleksibel dalam Memberi Ruang Tumbuh pada Anak-Anak Mereka?

Patut diingat bahwa anak-anak Tuhan memunyai kepribadian yang berbeda-beda. Beberapa di antara mereka tumbuh lebih baik ketika diberikan ruang yang lebih besar, yang lainnya mungkin hanya membutuhkan ruang yang lebih kecil. Felicia, anak perempuan saya yang pertama, membutuhkan ruang yang lebih besar. Sebagai contoh, saat pertama kali Felicia diundang ke suatu persekutuan pemuda oleh teman sekolahnya, saya memintanya untuk tidak menerimanya. Tahun lalu, teman Felicia, Kathy, mengundangnya lagi. Namun, kali ini saya mengizinkannya pergi.

Sebelum pergi ke persekutuan itu, ia bertanya kepada saya, "Mama, apakah mereka juga memunyai pengajaran yang sama?" Saya tidak tahu dan saya mengatakan bahwa kita perlu mengetahuinya. Kemudian, sebelum saya melepas kepergiannya, ia berbalik dan bertanya, "Apakah saya dapat berdoa bersama mereka?" Ini merupakan pertanyaan yang bagus, tapi saya tidak punya jawabannya. Maka saya berkata, "Berdoalah dalam hati, Tuhan akan memberitahukan kepadamu apa yang harus dilakukan."

Ketika Felicia kembali ke rumah, ia berkata, "Saya rasa cara mereka berdoa baik-baik saja. Tapi saya sudah meminta pada Kathy, agar tidak lagi mengundang saya." Ia menjelaskan bahwa ia merasa tidak tepat kalau pemuda/i bermain di dalam gereja. Ia juga melihat pasangan muda bercumbu di dalam gereja, dan ia berpikir bahwa hal itu dilakukan bukan pada tempat dan waktu yang tepat.

Kejadian ini mengajarkan bahwa jika kita percaya anak-anak diberikan pada kita oleh Tuhan, maka kita juga harus memercayai keyakinan anak-anak kita pada Penciptanya. Kita harus tetap tenang ketika anak-anak menentang kita. Mereka selalu aktif berpikir. Bila kita mengajarkan jalan Tuhan kepada mereka sebagaimana kita mengajarkan cara membaca dan menulis, Yesus akan berada di dalam pikirannya, sama seperti mereka mengingat abjad A, B, C, .... Ketika para orang tua memberikan ruang bagi anak-anak mereka untuk bertumbuh dalam pikiran dan perbuatan, mereka akan dapat mengerti firman Tuhan dengan lebih baik. Mereka dapat menambah pengetahuannya mengenai Tuhan dan menghubungkannya dengan apa yang mereka ucapkan, lihat, dengar, dan lakukan.

Sarah, anak perempuan saya yang kedua, memunyai tantangan yang berbeda. Contohnya, ketika Sarah melihat kakaknya pergi menerima undangan Kathy, ia mengajukan protes kepada saya.

"Mengapa saya tidak boleh pergi, Ma? Saya juga mau pergi!"

"Tentu kamu boleh pergi, tapi tunggu sampai ada teman yang mengundangmu. Sekarang mari kita isi teka-teki silang Alkitab."

"Saya tidak mau mengisi teka-teki silang. Susah!"

"Itu baik untukmu."

"Saya tidak mau, Ma."

"Lalu apa yang ingin kau lakukan? Maukah kita mencari sesuatu di majalah ini, dan melihat apa yang bisa kita temukan?"

"Baiklah...."

Saya membolak-balik halaman dan mencoba memperlihatkan sesuatu yang menarik kepadanya. Tiba-tiba, ada satu halaman yang menarik perhatian Sarah.

"Saya dapat mengutip suatu ayat dan memberi gambar untuk menjelaskan hal tersebut," katanya.

"Wah, ide yang sangat bagus, Sarah."

Bagaimana Para Orang Tua Mengetahui Bahwa Memberikan Ruang Tumbuh Pada Anak adalah Ide yang Baik?

Ketika saya tidak mengetahui jawaban atas pertanyaan anak saya, atau tidak yakin akan tanggapan saya, atau ketika saya kehilangan kesabaran, saya tergoda untuk menutup mulut mereka dengan mengatakan, "Tidak usah banyak tanya. Lakukan saja kata-kata Mama!" Biasanya hal itu dapat menjadi batu sandungan bagi iman anak-anak. Ketika anak-anak didorong untuk mencari jawaban atas pertanyaan mereka, mereka diberi kesempatan untuk berlatih berpikir mana yang benar dan mana yang salah. Latihan ini juga memberikan mereka kesempatan untuk berbicara kepada Tuhan. Contohnya, ada sebuah peraturan di Amerika yang membantu suku atau jenis kelamin tertentu, untuk mendapatkan pendidikan atau pekerjaan yang lebih baik. Suatu hari, ketika sedang mendengarkan perbincangan di radio tentang pengalaman seorang wanita, yang mengatakan bahwa ia mendapatkan pekerjaan yang lebih baik karena menyertakan nama suaminya di belakang namanya (hal itu membantunya untuk lolos seleksi), saya lalu mengutarakan pikiran saya tentang hal itu dengan suara keras, "Saya mungkin akan melakukannya juga!" Anak-anak saya dengan cepat membuat koor, "Itu salah, Ma!"

Bagaimana Kita Tahu Bahwa Semua Hal Ini Cukup Berharga?

Anak-anak penuh dengan hal yang mengejutkan. Biasanya mereka melakukan sesuatu lebih baik dari yang kita harapkan. Felicia selalu bersikap terbuka mengenai kepercayaannya. Sejak masuk Taman Kanak-Kanak (TK), ia sudah mengatakan kepada gurunya bahwa ia tidak akan berpartisipasi dalam pesta Haloween (pesta topeng) dan kegiatan Natal. Sejalan dengan semakin dewasa dan semakin banyaknya kesempatan untuk berkembang, ia juga membagikan lebih banyak lagi pengalaman imannya. Ketika masuk SMP, ia menulis tentang nilai-nilai Kristiani dalam salah satu tugas sekolahnya, membicarakan, dan mendiskusikannya. Beberapa bulan yang lain, Felicia dan teman sekelasnya diminta untuk menulis, apakah mereka merasa bahwa mereka seharusnya tumbuh dewasa dalam dunia yang lebih damai.

Beberapa temannya berharap bahwa dunia akan menjadi lebih damai. Felicia tidak berpikir demikian, dan ia menulis bahwa semua masalah yang kita lihat dan dengar, hanya merupakan tanda-tanda akhir zaman. Ia mendukung tulisannya dengan kutipan sebuah ayat dari kitab Matius 24:5-6,8,14 dan Lukas 21:10-11. Felicia menyimpulkan bahwa "Optimisme kadang-kadang memberikan suatu harapan yang salah .... Tidaklah adil membuat orang yakin tentang sesuatu, tanpa melihat kenyataan."

Sebelum Yesus terangkat ke surga, Ia meninggalkan beberapa perintah kepada para pengikut-Nya, "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk." (Markus 16:15) Ini merupakan misi kita pada hari ini. Kita juga harus ingat bahwa semasa Yesus mengajar di dunia, Ia juga mengatakan, "Tuaian memang banyak, tapi pekerja sedikit." (Matius 9:37) Setiap orang tua Kristen harus bereaksi terhadap kebutuhan yang mendesak ini, yaitu bekerja untuk Tuhan. Salah satu caranya adalah dengan melatih anak-anak kita untuk menjadi bagian dari pekerjaan ini. Kita dapat memulainya dengan memberi mereka ruang untuk pertumbuhan imannya. Iman mereka, seperti juga iman kita, akan di uji lagi dan lagi. Tapi di dalam Tuhan, iman kita akan semakin bertumbuh dan berakar dalam, sebagaimana yang telah Tuhan rancangkan, dan kita akan melihat mereka menghasilkan buah demi Yesus dan kemuliaan gereja-Nya.

KUNCI UNTUK MENDORONG PERTUMBUHAN

1. Mengembangkan Lingkungan yang Mendukung.

Hal terbaik yang perlu dikembangkan dalam mendisiplin anak ialah menjaga agar anak-anak kita tetap berkembang secara sehat. Selain itu, kita mesti memanfaatkan setiap kesempatan untuk bisa mendorong mereka. Yang dimaksud lingkungan yang mendukung ialah lingkungan di mana anak-anak kita tahu mereka berharga di hadapan Allah dan di hadapan kita sebagai orang tua; lingkungan di mana kita dapat memberi lebih banyak waktu untuk membangun dan mendorong mereka, bukannya memarahi dan menyalahkan mereka; lingkungan di mana kita menghargai mereka melalui cara kita berbicara; lingkungan di mana kita mendorong mereka untuk melakukan hal yang baik, dan bukannya membiarkan mereka tetap berperilaku buruk. Kita harus lebih banyak memuji mereka atas tanggung jawab yang dilakukan, daripada mengkritik dan mencela mereka karena gagal memenuhi harapan kita; lingkungan di mana kita menanggapi kegembiraan sekaligus kesedihan anak-anak kita.

2. Bersikaplah Terbuka Mengenai Kesalahan dan Kelemahan Anda.

Lingkungan yang mendukung ialah lingkungan di mana ada pengertian saat kita melakukan kesalahan. Sebenarnya, dalam lingkungan seperti itu anak bukan hanya mengerti, tetapi mereka juga dapat belajar bahwa Allah dapat memakai kegagalan mereka untuk menolong mereka bertumbuh. Mereka belajar bahwa yang tertulis dalam Roma 8:28 memang benar. Mereka belajar bahwa pertanyaan terbaik yang patut diucapkan setelah melakukan kesalahan ialah, "Hikmah apa yang dapat saya petik dari hal ini?" Salah satu cara terbaik untuk melakukan hal ini ialah dengan memperagakannya.

3. Siap Sedia.

Kunci ini merupakan kunci paling sederhana di antara ketujuh kunci lainnya, tetapi sekaligus yang tersulit. Kunci ini yang terpenting karena enam langkah lainnya tergantung pada kunci ini. Lalu mengapa kunci ini sederhana? Karena kunci ini tidak memerlukan bacaan atau pelatihan tertentu. Yang perlu dilakukan hanyalah selalu siap sedia bagi anak-anak. Siapa saja dapat melakukan.

Apa yang membuat hal ini begitu sulit? Karena kita semua sibuk. Kita banyak membebani diri dengan tuntutan dan tekanan dari diri sendiri maupun orang lain. Kita selalu merasa bahwa masih ada yang harus dan ingin kita lakukan. Hanya sedikit dari kita yang duduk tenang di penghujung hari dan berkata kita telah menyelesaikan semua yang kita inginkan.

Di tengah berbagai kesibukan, anak-anak dengan mudah dapat menjadi gangguan. Tentunya tidak realistis bagi kita untuk selalu membatalkan semua kegiatan dan memenuhi tuntutan anak-anak kita saja. Pada saat yang sama, kita perlu memahami bahwa mereka tidak memiliki persepsi tentang waktu seperti kita. Anak-anak hanya memiliki keterampilan abstraksi yang rendah dan bagi sebagian besar mereka, masa sekarang ialah segalanya.

Kita dapat selalu siap sedia bagi anak-anak melalui dua cara. Pertama, kita dapat meluangkan waktu khusus bagi mereka, contohnya menyapa pada waktu bangun pagi atau di kesempatan lain dan ada waktu untuk mengobrol. Mungkin Anda juga dapat menemukan waktu-waktu tertentu di sepanjang hari, di mana mereka bersikap lebih terbuka untuk mengobrol. Pada saat-saat seperti ini, akan sangat bijaksana jika Anda "mengesampingkan" jadwal Anda dan "secara kebetulan" siap untuk berbicara dan mendengarkan pengalaman mereka di hari itu, membaca, bermain bersama-sama mereka, atau berbagi pengalaman dengan mereka.

Kedua, kita dapat mempelajari kiat-kiat "menciptakan" waktu pada saat diperlukan. Kita dapat mengembangkan kemampuan untuk mencari "waktu untuk dapat mengajar". Dalam Lukas 5:17-20, Kristus mengajar kelompok orang Farisi dan ahli Taurat yang terkenal. Mereka datang dari jauh untuk mendengar ajaran-Nya. Ketika Yesus sedang mengajar, ada orang-orang yang membongkar atap rumah di atas kepala-Nya. Mereka tidak hanya membongkar atap, tetapi juga menurunkan seorang lumpuh dalam usungan dan meletakkannya di hadapan Yesus.

Meski kebanyakan di antara kita melihatnya sebagai gangguan, tetapi Kristus melihatnya sebagai kesempatan yang unik. Dia melihat adanya suatu kebutuhan. Dia melihat iman mereka dan sudah pasti Dia menganggap hal itu lebih penting daripada pembicaraan-Nya. Dengan segera Dia melihat peristiwa ini sebagai momen yang dapat dipakai-Nya untuk mengajar. Dia betul-betul memanfaatkannya.

Kita dapat meluangkan waktu untuk menolong anak-anak menangani masalah. Kadang-kadang mereka ingin segera mengatasinya. Kadang-kadang mereka perlu memikirkan dan membicarakannya sebelum tidur. Anak-anak tidak selalu dapat melupakan pengalaman emosional yang menyakitkan. Mereka perlu menyelesaikannya. Meskipun demikian, mereka juga perlu belajar menyelesaikannya bersama seseorang yang dapat menolong mereka "keluar dari permasalahan", sekalipun tidak "menyelesaikan" masalah itu bagi mereka. Meskipun mencoba-coba, kita sebagai orangtua dapat meluangkan waktu dan menyediakan tempat yang aman bagi mereka untuk menyelesaikan masalah. Hanya dengan meluangkan waktu bersama, kita akan dapat berkomunikasi, menyelesaikan konflik, membangun, merawat, menyayangi, mengasihi, dan saling menguatkan.

4. Lihat, Dengar, Baru Berbicara.

Ketika berbicara tentang komunikasi yang baik, kebanyakan dari kita telah mengalami kemunduran. Kita cenderung terus berbicara, baru kemudian melihat dan mendengar. Ketika kebanyakan orang berpikir mengenai komunikasi, mereka cenderung menekankan aspek verbal. Bagi mereka, komunikasi ialah kata-kata yang disampaikan seseorang kepada orang lain. Banyak orang terkejut saat mempelajari bahwa untuk menyampaikan pesan sebenarnya hanya diperlukan 7 persen kata-kata. Nada suara menyumbangkan 38 persen, dan faktor-faktor nonverbal lainnya 55 persen.

Saat anak Anda berbicara, kita perlu mengembangkan kebiasaan mendengarkan dengan penuh perhatian. Menjadi pendengar yang baik tidaklah mudah dan tidak terbentuk dengan sendirinya. Alkitab berbicara banyak tentang pentingnya mendengar. Amsal 18:13 mengatakan, "Jikalau seseorang memberi jawab sebelum mendengar, itulah kebodohan dan kecelaannya." Kemudian Yakobus 1:19, "Setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah."

Salah satu keunikan Tuhan Yesus ialah bahwa Ia sungguh-sungguh memerhatikan setiap pribadi. Bagi-Nya tidak ada orang yang dianggap terlalu rendah, terlalu tua, terlalu muda, terlalu lambat, atau apa pun. Dia selalu meluangkan waktu bersama mereka semua. Orang-orang biasa sudah cukup menjadi alasan bagi-Nya untuk datang, mati, dan bangkit kembali. Jika orang biasa saja penting bagi Yesus, tidakkah anak-anak kita semestinya lebih penting bagi kita?

Anda dapat membuat anak-anak Anda tahu bahwa Anda mengasihi mereka melalui sesuatu yang sederhana. Misalnya lewat kontak mata, senyuman, anggukan kepala, atau kesediaan untuk membiarkan mereka bebas berbicara. Kadang-kadang saat anak Anda ingin mengungkapkan sesuatu, Anda sedang tidak punya waktu untuk mendengarkan. Dengan jujur, katakan bahwa Anda bersedia mendengarkan, tetapi tidak saat itu. Lalu berjanjilah untuk mendengarkannya lain waktu. Yang penting, pastikan untuk memenuhi janji Anda.

Saat mendengarkan anak Anda, jangan hanya mendengar kata-katanya. Belajarlah untuk membaca bahasa nonverbal mereka. Perhatikan ekspresi wajah, postur, dan gerak-gerik tubuh mereka. Selain itu, belajarlah menangkap makna di balik nada suara anak. Adakah perubahan nada, kecepatan, susunan kata-kata, dan volume suara? Ungkapkan interpretasi Anda kepadanya. Hal ini akan membuatnya merasa dipahami dan menolong Anda menguji ketepatan interpretasi Anda.

Jika Anda sudah terampil dalam melihat perubahan raut wajah anak Anda dan mendengarkannya, Anda akan memahaminya dengan lebih baik. Anda akan lebih dapat menyadari adanya sesuatu yang tidak beres. Jika kita bersedia mendengarkan anak-anak dan membiarkan mereka menumpahkan emosi-emosi yang negatif, menyakitkan, dan membingungkan, mereka akan lebih mudah menemukan perasaan-perasaan positif dan menjadi lebih terbuka untuk mendengar beberapa alternatif pemecahan masalahnya.

5. Saat Anda Berbicara, Ajukan Pertanyaan.

Kunci kelima untuk mengusahakan lingkungan yang sehat ialah mempelajari seni mengajukan pertanyaan yang baik. "Ada dua macam pertanyaan: pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka. Pertanyaan tertutup ialah pertanyaan yang dapat dijawab dengan satu kata seperti, "Apakah semuanya berjalan baik hari ini?" Pertanyaan terbuka ialah pertanyaan yang membutuhkan jawaban lebih dari satu kata, misalnya, "Apa yang paling membuatmu senang hari ini?" Akan lebih baik bila kita mengajukan beberapa pertanyaan terbuka daripada pertanyaan tertutup.

Selain itu, penggunaan waktu yang tepat juga penting. Jika memungkinkan, pilihlah waktu ketika Anda dan anak-anak tidak dalam kondisi tergesa-gesa. Jika Anda selalu menyelesaikan ucapan-ucapan anak Anda, atau hanya menjawab, "ya, aku mengerti" atau "cukup", tampaknya Anda telah salah memilih waktu.

Saat mengajukan pertanyaan, pastikan untuk memberi cukup waktu kepada anak Anda untuk menjawabnya. Jika Anda mengajukan pertanyaan dan menuntut jawaban secepatnya, hal itu dapat menekan anak Anda dan memberi kesan keliru. Meskipun Anda bermaksud mengatakan, "Engkau penting bagiku," kesan yang mereka terima dapat menjadi, "Apa yang kau katakan penting jika kau katakan dengan cepat. Ada hal-hal penting lain yang harus saya lakukan."

Ketika anak Anda menjawab pertanyaan, dengarkan apa yang dikatakannya dan bagaimana ia mengatakannya dengan penuh perhatian, karena isi maupun nada suara dalam jawabannya sama pentingnya. Jika ia menjawab dengan bersemangat atau jika ia menambahkan keterangan-keterangan lain, berarti Anda sudah menemukan kuncinya. Daripada mengajukan pertanyaan yang hebat, ajukan pertanyaan seputar topik yang penting baginya, atau temukan waktu saat ia bersedia mengobrol.

6. Izinkan Anak Anda Mengekspresikan Emosinya.

Tedd Tripp menulis bahwa komunikasi bukan sekadar mendisiplin, tetapi juga memuridkan. Komunikasi yang baik dapat menggembalakan anak-anak dalam jalan Allah. Acap kali orang tua terlalu sibuk, sehingga tidak ada waktu untuk berbicara, kecuali jika ada masalah. Kebiasaan berdiskusi bersama akan membantu kita saat perlu berbicara dalam situasi tegang. Anda tidak akan dapat meraih hati anak-anak Anda, jika Anda hanya berbicara dengan mereka ketika ada masalah.

Karena kurangnya pendidikan atau masuknya informasi yang keliru, kebanyakan di antara kita, khususnya pria, diajar untuk tidak mengacuhkan saat merasakan sesuatu. Ketika mengalami depresi, kita diajar bahwa itu hanyalah keputusan biasa. Ketika merasa sedih, kita diajar untuk bergembira. Ketika marah, kita diajar untuk bersikap tenang. Ketika merasa sakit hati, kita diajari untuk menghadapinya dengan berani dan tersenyum.

Dr. Haim G. Ginot mengatakan, "emosi adalah bagian dari sifat genetis yang menurun". Pengajaran tentang emosi dapat menolong anak-anak untuk menyadari apa yang mereka rasakan dan kapan mereka merasakannya. Menurut Dr.Ginot, "Lebih penting bagi seorang anak untuk mengenal apa yang dirasakannya daripada menyadari alasan ia merasakannya. Ketika ia mengenal apa yang dirasakan dengan jelas, besar kemungkinan ia tidak akan merasakan 'kekacauan' dalam batinnya". Agar anak dapat memiliki dasar yang kuat bagi kehidupan emosi mereka di kemudian hari, mereka perlu dikuatkan untuk mengalami dan mengekspresikan berbagai emosi. Pengalaman emosi mereka seharusnya tidak dibatasi pada emosi yang menyenangkan saja. Jika mereka hanya diizinkan untuk mengalami satu sisi emosinya, mereka akan memiliki kesadaran yang terbatas tentang Allah yang menciptakan mereka dan perspektif yang keliru tentang orang lain. Kemampuan mereka untuk menarik hikmah dari emosi sangat terbatas, dan mereka akan lebih menjadi lebih mudah dikuasai oleh emosi mereka sendiri.

Anak-anak juga perlu didorong untuk mengalami kegembiraan dan kesedihan, harapan dan ketakutan, sukacita dan depresi, kecemburuan dan belas kasihan. Proses belajar yang sejati tidak terjadi dalam lingkup emosi yang terbatas, tetapi dalam emosi yang menyenangkan dan juga menyakitkan. Pernyataan yang menyebutkan bahwa kita diciptakan segambar dengan Allah juga mengandung arti bahwa kita memiliki emosi. Orang tua yang baik akan mengizinkan anak-anaknya mengekspresikan berbagai emosi dengan cara yang tepat. Hal yang perlu diperhatikan orang tua dalam hal emosi adalah gambaran wajahnya. Perhatikanlah stres emosional yang memengaruhi mereka. Jika memungkinkan doronglah anak Anda untuk menceritakan semua kekhawatiran dan perasaan mereka. Doronglah mereka untuk menceritakan apa pun yang mereka rasakan -- positif atau negatif, menyenangkan atau menyakitkan. Jika mereka sulit untuk terbuka, Anda dapat memulainya dengan menceritakan perasaan Anda sendiri.

7. Memahami Bahwa Hal-hal yang Diperlukan untuk Sukses Dalam Berbisnis dan Mengasuh Anak Tidaklah Sama.

Kunci keberhasilan di kantor mestinya juga dapat dipakai di rumah. Bagaimanapun juga, sudah semestinya orang tua mempersiapkan anak untuk menghadapi dunia "nyata".

KESAKSIAN: LADANG PALING PRODUKTIF

Visi terus terbakar, saya (JW) mengucap syukur untuk segala kekecewaan, pergumulan yang Tuhan izinkan terjadi, karena setiap kali saya kecewa, saya dihibur; setiap kali saya terguncang, saya dikuatkan; dan sebuah ayat muncul sebagai rhema, yang tertanam dalam hati saya dan menguatkan komitmen saya untuk terus dan terus melayani anak.

Awal tahun 1992, saya menghadiri reuni alumni Institut Pertanian Bogor (IPB), yang dulu aktif melayani di kampus. Kami saling bercerita tentang pelayanan masing-masing; ada yang menjadi gembala gereja, pengajar, konsultan, dan melayani khotbah di gereja. Semua serba hebat dan saya cuma guru sekolah minggu. Telinga ini terasa "gatal", ketika ada yang menyeletuk, "Wah, JW kok tidak maju-maju ya. Dulu dia menjadi ketua persekutuan, ketua 'Praise Centre'. Sekarang cuma guru sekolah minggu." Yang lain menimpali, "Yang awal bisa menjadi yang akhir, yang akhir bisa menjadi yang awal." "Ya, mungkin lagi dididik Tuhan!"

Apa yang saya dengar itu mengusik hati saya, dan ada sebuah hasrat yang berkobar untuk melamar ke Departemen Musik sebagai "Worship Leader" (Pemimpin Pujian), atau menghadap Pak Niko minta dimasukkan sebagai pengkhotbah. Dalam hati saya berkata, tahun 1986-1990, sebelum saya bergabung dengan gereja lokal saya saat ini, saya sudah sering berkhotbah di kampus, di ibadah pemuda, bahkan di gereja. Saya juga telah ditahbiskan menjadi Pendeta Pembantu (Pdp), dan sudah tiga tahun berada di gereja ini.

Keinginan untuk tampil di mimbar begitu kuat saya rasakan. Tetapi Roh Kudus berbicara dalam hati nurani saya, "Apa yang kamu cari dalam pelayanan!" Secara sadar saya putuskan untuk berkata tidak!

1. Melayani Bahkan Hidup untuk Berbuah

"Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu. Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus -- itu memang jauh lebih baik; tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia ini karena kamu. Dan dalam keyakinan ini tahulah aku: aku akan tinggal dan akan bersama-sama lagi dengan kamu sekalian supaya kamu makin maju dan bersukacita dalam iman, sehingga kemegahanmu dalam Kristus Yesus makin bertambah karena aku, apabila aku kembali kepada kamu." (Filipi 1:21-26).

Paulus, salah satu rasul yang dipakai Tuhan secara luar biasa, memiliki konsep hidup yang sangat jelas dalam pelayanannya, yaitu bekerja menghasilkan buah! Menghasilkan buah seharusnya juga merupakan alasan kita hidup -- mengapa kita hidup, untuk apa kita hidup, untuk apa kita melayani. Hal ini serupa juga dikatakan Tuhan Yesus dalam Yohanes 15:16, "Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu."

Buah apa saja yang harus kita hasilkan itu? "Buah kerajaan" atau jiwa-jiwa yang bertobat karena pelayanan kita, "buah pertobatan", dan "buah roh" yang sebenarnya sama dengan "buah pertobatan". Perubahan karakter kita merupakan buah pribadi kita. Perubahan karakter orang lain karena pelayanan kita merupakan buah pelayanan kita. Segala pelayanan kita pada akhirnya diuji dan diukur, seberapa banyak buah yang kita hasilkan, baik buah jiwa-jiwa, buah roh, maupun buah pertobatan.

Kegiatan pelayanan -- Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR), kebaktian, "mission trip", dll., digelar untuk menghasilkan buah. Jabatan pelayanan adalah sarana untuk berbuah. Hasil akhir pelayanan targetnya buah. Ketetapan Tuhan bagi kita adalah untuk berbuah. Kita disebut murid kalau kita berbuah (Yohanes 15:8), bukan kalau kita ke menara doa, berkhotbah, atau menyanyi. Semua kegiatan tersebut harus ada hasilnya, yaitu berbuah. Untuk berbuah maka kita harus melakukan disiplin rohani -- berdoa, membaca Alkitab, dll.. Cita-cita, obsesi, dan tujuan hidup saya adalah menghasilkan buah.

2. Anak, Ladang Pelayanan Paling Produktif

Roh Kudus terus membawa saya dalam pergumulan selanjutnya, kalau memang tujuan hidup dan pelayananmu untuk berbuah, kemuliaan yang engkau terima nanti dalam kekekalan, tergantung seberapa banyak engkau berbuah. Oleh sebab itu, saya mau melayani di tempat yang paling efektif dan paling produktif menghasilkan buah.

Pertama, pelayanan anak adalah ladang paling produktif untuk menghasilkan "buah kerajaan". Mengapa? Jelas siapa pun engkau, apa pun bakatmu, seberapa engkau pandai berbicara atau tidak, suka anak atau tidak, saya percaya bahwa jauh lebih mudah mengajak anak menerima Yesus dari pada mengajak pemuda, mahasiswa, apalagi orang tua yang sudah punya konsep sendiri.

Berapa banyak waktu yang harus engkau habiskan untuk menjelaskan, menerangkan, pendekatan untuk memenangkan satu jiwa orang dewasa? Berapa uang yang harus engkau keluarkan untuk menyelenggarakan ibadah bagi kelompok usia dewasa? Bandingkan betapa cepat engkau bisa mendekati anak-anak dengan sedikit permen, gambar-gambar, permainan, cerita Alkitab, dan betapa mudahnya mereka mengerti dan menerima Yesus. Dengan waktu, tenaga, dan biaya yang jauh lebih kecil, engkau menghasilkan jauh lebih banyak jiwa-jiwa. Oleh karena itu, jangan tinggalkan pelayanan anak karena engkau sudah ada di ladang terbaik, ladang paling produktif.

Paulus pernah berkata kepada Timotius, bahwa ia akan punya banyak pengajar, tetapi akulah bapamu. Jika kita melayani pribadi seorang anak, lalu ia menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadinya, maka dalam kitab kehidupannya, kitalah bapa rohaninya. Jelas sekali sebagai guru sekolah minggu, kita mendapat kesempatan pertama untuk melayani seorang pribadi pada usia yang paling dini untuk menerima Yesus. Lahir baru hanya dialami sekali seumur hidup. Jika seorang percaya berdosa, dia perlu minta ampun. Jika kelak dia tersesat, dia perlu kembali. Namun, itu bukan berarti ia lahir baru berkali-kali. Seorang anak yang berusia 1,5 sampai 2 tahun, bisa dilayani secara pribadi untuk menerima Yesus. Kita dapat mengundang Yesus masuk dalam hatinya sebagai Tuhannya.

Kedua, pelayanan anak adalah ladang paling produktif untuk menghasilkan "buah-buah roh". Jika tujuan pelayanan dan hidup Anda untuk mengumpulkan buah-buah roh, maka sebagai guru sekolah minggu Anda sudah berada di ladang yang paling produktif. Namun, jika nama, pujian, jabatan, ingin tampil di mimbar, persembahan kasih yang besar, dan hal-hal sejenis ini yang Anda cari, maka Anda tidak cocok untuk pelayanan ini, karena hal-hal semacam ini tidak ada atau sedikit saja ada di area pelayanan anak.

Anak seperti kertas baru yang "relatif bersih", dan mudah dipengaruhi dan diwarnai. Lihatlah kenyataan, betapa anak-anak kecil, anak-anak "Play Group" dan TK, sangat menghargai dan menurut dengan gurunya. Baginya, gurunya adalah "super star", gurunya adalah hukum. Betapa banyak anak sekolah minggu mengidolakan dan menurut apa yang dikatakan gurunya. Beberapa anak tidak terlalu menurut dengan orang tuanya, tetapi sangat patuh dengan gurunya.

Dengan pola semacam itu sangat jelas bahwa posisi sebagai guru (Play Group, TK, SD) dan juga sebagai guru sekolah minggu, merupakan pelayanan yang sangat strategis dan produktif, untuk mengubah karakter seseorang, sehingga memengaruhi dan mewarnai, serta menghasilkan buah-buah roh dalam hidupnya.

Seberapa banyak perubahan orang lain yang dihasilkan seorang pelayan yang melayani pemuda dan orang tua dalam setahun? Seberapa banyak yang dihasilkan seorang guru sekolah minggu? Seberapa banyak karakter yang diubah oleh seorang "Worship Leader"? Saya sedih jika ada orang yang pindah dari pelayanan "jiwa" ke pelayanan "acara", dan merasa rohaninya naik. Seharusnya, setiap orang tetap terlibat dalam jenis "pelayanan jiwa", sekalipun dia juga melayani jenis "pelayanan acara". Anak ladang paling produktif untuk berbuah.

Sejak awal tahun 1992, dengan semangat yang diperbarui, saya mulai merekrut, melatih, menanam, menajamkan visi, mengadakan retret guru-guru sekolah minggu, dan menggarap ladang paling produktif di dunia pelayanan, ladang terproduktif untuk berbuah. Saya melayani sungguh-sungguh dengan kesadaran penuh, saya melayani di ladang paling produktif!

Diringkas dari:
Judul buku: Visi Pelayanan Anak (Membangun Generasi Baru)
Judul artikel: Ladang paling Produktif
Penulis: Pdt. Jarot Wijanarko
Penerbit: Yayasan Pulihkan Indonesia, Jakarta 2001
Halaman: 19 -- 25

BAHAN MENGAJAR: IMAN: AYAM ATAU TELUR

Refleksi untuk Orang Tua/Guru

Apakah kita percaya karena kita beriman? Ataukah kita beriman sebab kita percaya? Kita dapat mempertanyakan dan bergumul dengan pertanyaan tentang ayam-telur, bahkan sampai ayam-ayam itu pulang ke kandangnya. Mungkin lebih baik kita tidak mempersoalkan hal itu, namun merasakan arti iman itu sendiri, dan memandang Dia yang dalam tindakan-tindakan-Nya mendefinisikan hakikat iman dengan begitu indah dan utuh.

Karakter Allah yang paling menonjol dalam Alkitab adalah kesetiaan Allah: kesetiaan yang tetap, teguh, tak tergoyahkan, diwujudkan dalam tindakan yang nyata. Semata-mata melalui tindakan iman, Allah yang menciptakan kita dari debu, telah mengangkat kita menjadi penguasa atas segala yang diciptakan. Kita diberi kehormatan untuk menciptakan kehidupan dan juga tanggung jawab untuk mempertahankannya. Dalam peristiwa demi peristiwa di Alkitab, tampak bahwa Allah tetap memercayai umat manusia. Allah mendisiplin Adam dan Hawa, namun tetap menjalin hubungan dengan mereka. Nabi Nuh dan keluarganya diselamatkan untuk memulai ciptaan baru. Allah mengirim Yesus sebab Allah merasa kita berharga dan patut diselamatkan.

Jadi, kita sama dengan orang yang berseru, "Tuhan, saya percaya, tolonglah saya dalam ketidakpercayaan saya!" Bagaimana mungkin Allah dapat berpaling dan tidak bersukacita mendengar seruan yang jujur dan patut dihargai ini. Dan seandainya kita hidup dengan iman yang sangat sederhana sekalipun, mungkin kita dapat lebih bermurah hati kepada Allah dan kepada sesama. Mungkin kita dapat memandang potensi dan nilai yang ada, tanpa harus melihat bukti atau hasilnya lebih dulu. Dengan Allah sebagai teladan, kita dapat belajar untuk mengasihi lebih dalam tanpa banyak pertimbangan. Oleh karena kesetiaan Allah, kita dapat memiliki iman yang teguh dan tak tergoyahkan.

Refleksi untuk Seluruh Anggota Keluarga

Saat kamu pergi tidur, apakah kamu merasa perlu berdoa dengan sungguh-sungguh untuk memastikan bahwa matahari akan terbit esok hari? Apakah kamu khawatir matahari tidak mau bersinar lagi? Mungkin tidak, karena matahari selalu terbit. Memang kadang-kadang ia tertutup awan atau terjadi gerhana matahari, tetapi kita tahu bahwa matahari tetap ada! Ini berarti kita memiliki iman terhadap matahari, sebab matahari itu setia. Ini hal pertama yang perlu dilakukan untuk memiliki iman kepada Allah.

Hal kedua adalah mengetahui lebih dalam. Misalnya, kamu tak akan pernah dapat menyelami otak seseorang dan mengetahui apa yang dipikirkannya. Karena itu, kamu tidak pernah dapat 100 persen yakin mengapa seseorang menjadi sahabatmu. Tetapi apa yang kamu rasakan ketika berada bersama dengannya, akan membuatmu mengerti, tanpa ragu-ragu, bahwa ia adalah sahabatmu, karena kalian saling menyukai dan memerhatikan. Jadi, kita memiliki iman terhadap teman baik kita, karena kita tahu bahwa kita dapat memilihnya.

Iman berkaitan erat dengan apa dan siapa yang menjadi objek imanmu, tetapi iman juga berkaitan dengan dirimu sendiri. Allah itu seperti matahari: selalu ada, sesuatu yang dapat kamu andalkan dan kamu percayai. Bedanya; Allah adalah Sang Pencipta dari matahari, sehingga kamu jauh lebih dapat mengandalkan Allah. Selanjutnya, kita hanya mengetahui tanpa perlu penjelasan, atau alasan bahwa Allah mengasihi dan memedulikan kamu. Allah memercayai kamu. Pikirkanlah itu!

Hari 1. Tembok Yerikho (Yosua 6:1-20).

Yerikho adalah kota tua yang terletak di dataran yang amat luas, di mana Lembah Yordan terbentang di antara dua pegunungan. Bangsa Israel harus melalui kota Yerikho untuk sampai ke Kanaan, dan mereka harus mengalahkan kota itu untuk dapat menyeberang menuju ke Tanah Perjanjian.

1. Bangsa Israel mengelilingi tembok Yerikho selama enam hari, dengan aturan yang sama. Apa yang mereka lakukan pada hari ketujuh?
2. Bangsa Israel menyatakan iman mereka di Yerikho dengan ketaatan mereka. Dalam hal apa Allah menghendaki ketaatanmu?

Hari 2. Bangsa Yehuda Diserang oleh Musuh yang Kejam (2 Tawarikh 20:1-23).

Yosafat adalah seorang raja Yehuda yang melakukan apa yang benar, menurut pandangan penulis kitab Tawarikh. Ia menetapkan sistem peradilan dalam mengatasi pertikaian antar suku yang terjadi ketika musuh mereka menyerang.

1. Apa peran bangsa Yahudi dalam memenangkan pertempuran?
2. Ceritakanlah bagaimana kamu meminta Allah untuk membantumu menyelesaikan masalah?

Hari 3. Kesetiaan Allah (Mazmur 89:1-18).

1. Menurut sang pemazmur, dua hal apakah yang menjadi tumpuan takhta Allah?
2. Menurutmu, apakah yang paling mengagumkan dari ciptaan Allah?

Hari 4. Iman Seorang Perwira (Matius 8:5-13).

1. Apa yang luar biasa dari iman perwira ini?
2. Adakah saat-saat dalam hidupmu, di mana kamu merasa tidak layak menerima kepercayaan dari Allah?

Hari 5. Pengakuan Petrus (Matius 16:13-20).

1. Apa bedanya jawaban Petrus dengan jawaban murid-murid yang lain?
2. Bagaimana kamu dapat menggambarkan tentang Yesus kepada seseorang yang belum pernah mendengar tentang Dia?

Hari 6. Kemenangan Iman (Ibrani 11:1-12:2).

1. Dengan begitu banyak teladan iman, siapakah Dia yang disebut memiliki iman yang sempurna?
2. Jika masing-masing namamu dicantumkan pada daftar tersebut, apakah yang dapat dikatakan mengenai imanmu?

BERTUMBUH SECARA SPIRITUAL DAN KARAKTER

"Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya." (Roma 8:28-30)

Kalau kacamata kita sudah berpusat pada diri kita sendiri, maka kebaikannya selalu baik menurut kita. Kadang-kadang kalau ada kesulitan, orang mengatakan: Tuhan pasti punya maksud yang baik di balik itu semua. Tetapi kalau maksud baiknya tidak sesuai dengan maunya kita, maka kita akan protes lagi pada Tuhan.

Apa maksud "baik" di sini? Di dalam NIV Study Bible, kata "goodness for good" untuk orang-orang pilihan itu adalah semakin menyerupai Kristus. Ternyata di dalam kesulitan, Tuhan terus memoles kita dan membentuk kita, sehingga kita semakin menyerupai Kristus. Bukan baik-baik seperti menurut kita. Kadang-kadang kalau sudah benar-benar susah, kita akan mengatakan bahwa ada maksud yang indah. Tetapi indah menurut maksud siapa?

Seorang utusan Injil meninggalkan anak dan istrinya dan bersama seorang teman pergi ke pedalaman. Belum ada jiwa yang ia injili atau yang menerima keselamatan dari Tuhan, tetapi mereka berdua sudah dibunuh. Rencana indah apa kalau sudah seperti itu? Kalau membawa Kabar Baik ke pedalaman Afrika, lantas orang sekampung diselamatkan, kemudian kita mati, tidak apa-apa. Kalau belum mulai sudah mati, itu namanya mati konyol. Apa yang baik kalau seperti itu!

Banyak kali yang terjadi dalam hidup, kita mengatakan bahwa Tuhan memunyai rencana yang baik. Sekali lagi: kita tidak berpusat pada diri sendiri -- apa yang enak, apa yang senang dan nyaman menurut saya; tetapi apa yang Allah mau. Dalam hal ini "for good" itu, "good"-nya adalah "To the Lighness of His Son". Bukan kalau kita menyerupai Kristus, maka kita kita bisa langsung membuat mukjizat. Tetapi dalam hal moral dan karakter. Semakin hari kita semakin dipoles menyerupai Kristus.

Dalam Roma 8:30, ada kata dipilih, dipanggil, dibenarkan, dan dimuliakan. Kalau hari ini di dalam ruangan ini kita bisa berkumpul sebagai orang percaya, saya pikir tidak ada harta yang lebih berharga di dunia ini selain keselamatan kita. Bahwa kita boleh hidup di dalam Kristus. Ini adalah mukjizat yang paling ajaib, bahwa orang berdosa seperti kita, sampah di mata Tuhan boleh menjadi mutiara berharga di mata-Nya. Ini luar biasa.

Semakin tahun saya melihat pengajaran kepada anak-anak semakin sulit. Untuk metode, kita memang bisa menyampaikan dengan gaya mereka. Tetapi kita harus berani memberikan kepada mereka sesuatu (content) yang keras, dalam arti jangan selalu memberikan yang lembut-lembut, yang menghibur, itu tidak akan menghasilkan apa pun, kecuali mental yang melempem, yang tidak berkembang sebagaimana harusnya. Misalnya, waktu kita mengajar, memotivasi, apalagi ketika kita mengajar "Character Building", itu tidak bisa banyak teori. Misalnya tentang bagaimana memerhatikan orang. Tidak cukup anak hanya mendengar suara orang, mereka juga harus tahu perasaan orang. Caranya bagaimana? Kalau ada orang sedang berbicara kamu harus lihat matanya, mukanya, supaya kalau dia senang atau tidak senang, kamu bisa tahu.

Pada waktu mengajar tidak bisa terlalu banyak teori, tetapi harus banyak motivasi. Mengapa setelah kita mengajar, kita merasa begitu lelah? Karena pada waktu kita mengajar, hati kita harus ada di sana, sehingga pada waktu mengajar mereka, pastikan bahwa mereka tahu bahwa kita tidak ada motivasi lain, tidak mencari pujian karena kita mengajarnya enak atau apa pun, tetapi satu hal bahwa kalau kamu keluar dari kelas ini dan kamu tidak berubah, maka kamu langsung berurusan dengan Tuhan, karena gurumu sudah omong. Hal-hal seperti itu menantang mereka.

Kitab Yesaya mengatakan, "Allah akan memberi kita hati yang taat". Kita diubahkan. Itu masuk ke masa pengudusan atau penyucian (Sanctivication). Hidup dalam pengudusan ini berarti pikiran kita harus diubah. Kita menjadi milik Allah, akal budi kita diubah (ini proses) dan kita belajar menyenangkan Tuhan dengan hidup sesuai firman-Nya. Untuk apakah semua itu? Kadang sebagai orang tua, kita malu kalau anak kita urakan. Kita maunya anak itu rapi, duduknya sopan dan tenang, yang tahu aturan, bilang terima kasih kalau menerima sesuatu, dll..

Oleh sebab itu, sebagai orang tua kita tidak terlepas dari jebakan keinginan agar anak-anak kita memunyai penampilan yang sempurna. Ke mana pun mereka pergi, paling tidak orang-orang bisa bilang, "Anaknya baik-baik ya?" Ada rasa bangga untuk hal ini. Tetapi di dalam penyucian/pengudusan tidak sedangkal itu yang ingin kita capai. Bukan hanya agar anakku punya moral yang baik, anakku bisa bertegur sapa, anakku bisa memunyai mulut yang manis dan menyenangkan orang lain. Pengudusan lebih dari pada itu, karena menyangkut tujuan kekal (eternal goal). Tujuan untuk masa kita dimuliakan. Pengudusan memiliki pengertian semakin menyerupai Kristus dalam moral dan karakter. Dalam ayat 29 dikatakan bahwa supaya Kristus menjadi yang sulung dari banyak saudara. Jadi, tidak hanya dari segi moral dan etika anak-anak kita dikatakan baik.

Saya jadi teringat pada murid-murid saya: mereka sering bingung ketika saya bertanya, "Kamu yakin kalau kamu sudah diselamatkan? Kalau tiba-tiba nanti sore kita dipanggil Tuhan, apakah kamu siap?" Mereka tidak berani menjawab. Ini menakutkan bagi saya yang sudah mengajar berulang-ulang pada mereka. Muncul pertanyaan dalam hati, "Mengapa?" "Apa yang membuat mereka seperti ini?" Akhirnya, saya ubah pertanyaan dengan, "Siapa yang pernah menerima Kristus dalam hati dan siapa yang tahu bahwa sekarang Tuhan Yesus ada di dalam hati?" Banyak yang angkat tangan. Ketika saya menanyakan mengapa tadi kalian tidak angkat tangan? Mereka menjawab, "Kan kami masih suka bohong, masih suka bicara jorok." Akhirnya saya mengerti mengapa tadi mereka tidak berani menjawab. Ternyata mereka pikir bahwa kalau mereka sudah menerima Kristus, mereka sudah tidak bisa bohong.

Saya jelaskan pada mereka bahwa di masa pengudusan ini, ketika sudah menerima Kristus, bukan berarti kita langsung masuk surga. Tetapi kamu harus mengadakan perlawanan terhadap dirimu, terhadap dosa. Kamu tidak berdiam diri saja. Setiap hari perang, bukan melawan orang, tetapi memerangi segala sesuatu yang muncul di dalam diri kita untuk tidak taat kepada Tuhan. Roh itu yang harus terus dilawan. Kamu tidak boleh menyerah. Kalau kamu jatuh, kamu boleh mengaku di hadapan Tuhan, tetapi jangan biarkan dirimu jatuh dengan sengaja. Akhirnya, anak-anak mulai mengerti bahwa masa-masa pengudusan itu adalah masa-masa kita terus berperang. Sampai kapan? Sampai nanti Tuhan bilang "STOP".

Sebagai orang tua, kita juga harus cukup mengerti bahwa ini adalah masa-masa yang sulit. Kita yang sudah dewasa saja, yang "self control"-nya sudah lebih besar daripada anak-anak, kita masih juga mengalami jatuh-bangun, dsb.. Apalagi bagi anak-anak yang masih sangat muda dan masih kecil. Di sinilah masa-masa kita belajar dan bertumbuh. Di sini juga kita harus mengajarkan kepada anak-anak untuk bertobat setiap saat. Begitu salah, langsung minta ampun pada Tuhan. Itu akan cukup menjaga langkah mereka. Suatu kali mereka bersalah atau berdosa, Roh Kudus pasti mengingatkan, dan pada saatnya mereka akan berkata Tuhan ampunilah saya.

Bagaimanapun masa-masa ini adalah masa-masa pembentukan atau "pemolesan". Banyak hal yang negatif di dalam hidup kita harus dilepas. Kita adalah manusia yang lebih senang berada di dalam "comfort zone" (zona aman/zona nyaman kita). Merasa nyaman dengan keadaan kita yang sekarang, dengan alasan: kalau sudah enak dengan keadaan sekarang, mengapa kita harus berubah? Untuk berubah itu bukan hal yang mudah. Ini harus cukup kita pahami.

Kemudian kata "pertumbuhan". Kalau kita katakan kita bertumbuh, anak kita bertumbuh, apa artinya itu? Bertumbuh di sini berbeda dengan pertumbuhan fisik. Kalau anak semakin besar ,mereka akan semakin mandiri dan bisa mengerjakan segala sesuatunya sendiri, makin independen. Tetapi bertumbuh secara rohani bagi seorang Kristen berbeda. Semakin dewasa maka dependensinya kepada Tuhan, itu semakin jadi. Semakin mengutamakan Tuhan, apa-apa Tuhan.

Pada waktu baru bertobat saya punya masalah dan datang pada pembimbing saya. Beliau hanya mengatakan "berdoa saja". Pada waktu itu saya sangat jengkel. Sepertinya, dia tidak punya jalan lain selain berdoa. Apa tidak ada jalan atau cara lain? Tetapi itu merupakan ciri-ciri dari orang yang dewasa rohani. Semakin dewasa, semakin dia "dependent" (bergantung) kepada Allah.

Satu hal yang sangat melegakan adalah bukan soal seberapa besarnya aku bertumbuh, tetapi apakah aku bertumbuh. Mengapa? Karena dalam kehidupan Kristen, kalau tidak maju, kita mundur. Tidak ada diam di tempat. Pada saat kita merasa tidak bertumbuh, kita "stag". Itu bukan berhenti tetapi kita sedang mundur teratur. Jadi, pastikan kita selalu maju. Anak-anak juga begitu. Kita tidak bisa menuntut mereka atau membandingkan mereka. Setiap anak unik, setiap anak memunyai masa pertumbuhannya sendiri dan Tuhan tahu itu. Apa yang harus kita lakukan sebagai orang tua? Doakan dan minta Tuhan untuk memberikan pertumbuhan.

Apakah salah kalau kita memunyai mimpi/cita-cita/harapan untuk anak-anak kita? Tidak, tidak salah. Itu wajar dan positif. Tuhan bisa pakai cara itu. Tetapi cara kita untuk melihat anak kita sudah dewasa secara rohani atau belum, adalah dengan memberikan dia masalah. Melalui penyelesaian masalah yang ia lakukan, apakah firman Tuhan, dll. yang sudah kita sampaikan atau ajarkan kepadanya, dia terapkan dalam penyelesaian masalah tersebut. Maka kita akan tahu "warna" anak itu (apakah sudah matang atau belum). Untuk anak-anak yang terbuka kita akan lebih gampang mendeteksinya.

"Familly devotion". Kita sering menjadikan "family devotion" itu sebagai sesuatu yang kaku, semua harus duduk diam dan tegak, tidak boleh tidur-tiduran, membuka Alkitab, dan tidak boleh bicara dengan yang lain. Anak-anak yang sudah kelas 6 ke atas akan merasa sedang dihukum dengan keharusan tersebut. Dia sangat tidak menyukainya dan akan menghindarinya. Namun di satu sisi, itu keharusan agar anak tahu bahwa di dalam keluarga ini, berlaku hukum Tuhan yang setiap hari kita bicarakan. Setiap hari juga kita mengucap syukur pada Tuhan. Kalau ada masalah kita pasti mengadunya pada Tuhan.

Di keluarga saya sendiri, saya bergumul dengan hal ini. Saya tidak mau anak-anak merasa "muak" atau jenuh dan tidak menikmati hal ini, sehingga yang saya lakukan adalah, setiap malam berkumpul di tempat tidur Papi-Mami. Kadang-kadang saya tidak baca Alkitab, tetapi memulainya dengan menanyakan ada cerita apa yang mau diceritakan, dan saya juga bisa memulainya terlebih dahulu. Misalnya menceritakan kekesalan terhadap salah seorang murid, tetapi saya coba menyelesaikannya dengan berdoa minta kekuatan dari Tuhan. Jadi, kami hanya "share" saja. Namun inilah waktu yang mereka tunggu-tunggu. Kalau saya sedang lelah dan mau langsung istirahat, mereka akan minta "ngobrol" dulu. Kita tidak harus selalu membaca Alkitab, tetapi melalui kasus-kasus yang ada, bagaimana kita sebagai orang tua memberikan arahan yang tentunya berdasarkan firman Tuhan. Tetapi kebiasaan membaca Alkitab juga harus ada. Maka, kami menentukan untuk melakukannya pada hari-hari tertentu. Ada kebiasaan dalam keluarga kami untuk baca Alkitab sama-sama, doa sama-sama, dan siapa pun yang ada masalah didoakan sama-sama. Judulnya bukan persekutuan tetapi "ngobrol".

HAKIKAT SEKOLAH MINGGU

Mengacu kepada perkataan Tuhan Yesus Kristus sendiri: "Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Surga" Matius 19:14.

Ayat Alkitab ini sering ditafsirkan semata-mata untuk menyatakan bahwa sikap seseorang yang benar di hadapan Tuhan adalah sikap sebagai seorang anak kecil yang dengan penuh kejujuran, kerendahan hati dan keterbukaan datang menghampiri dan menyerahkan diri kepada Yesus Kristus. Penafsiran ini memang tepat berdasarkan Matius 18:3 dan 4. Namun di dalam perkataan Tuhan Yesus itu sesungguhnya ada beberapa pengajaran yang penting yaitu:

1. Tuhan Yesus sangat mengasihi anak-anak dan menghendaki mereka untuk datang kepada-Nya.

2. Tuhan Yesus memerintahkan agar jangan seorang pun menghalangi dan membuat kesulitan bagi anak-anak untuk datang kepada-Nya.

3. Tuhan Yesus memerintahkan agar orang-orang dewasa menolong sehingga anak-anak dapat dengan mudah datang kepada-Nya, tanpa ada suatu halangan.

4. Tuhan Yesus menghargai seorang anak sama seperti Ia menghargai seorang dewasa.

5. Tuhan Yesus mengajarkan bahwa di dalam diri seorang anak ada sesuatu yang indah yang seharusnya dimiliki oleh seorang dewasa dalam hubungannya secara pribadi dengan Tuhan.

Di dalam pengajaran Tuhan Yesus ini, ternyata Tuhan Yesus memerintahkan adanya suatu pelayanan yang khusus bagi anak-anak untuk menolong mereka datang pada-Nya.

Tuhan Yesus memberi perhatian khusus kepada anak-anak. Ia menyediakan waktu untuk melayani anak-anak di tengah kesibukan-Nya. Tuhan Yesus tidak bersikap meremehkan anak-anak. Ia menghendaki agar anak-anak dibawa kepada-Nya dan menerima berkat-Nya. Inilah kehendak Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya dan kepada gereja sampai hari ini.

Ketika semua orang tidak memedulikan nasib anak-anak dan para remaja yang "telantar dan nakal", Robert Rikes dengan tepat mengambil sikap yang menunjukkan bahwa ia mengerti dan menghayati firman Tuhan ini. Dengan penuh pengabdian dan kasih, Robert Rikes melayani dan membimbing mereka untuk dapat mengenal kasih Tuhan Yesus. Ia mengajarkan Alkitab kepada mereka dan dengan teratur setiap hari minggu ia membimbing anak-anak itu ke jalan Tuhan.

Oleh karena ia memunyai misi yang jelas, dan karena ketekunan serta kegigihannya melayani, akhirnya sekelompok anak-anak "nakal" itu menjadi sekelompok "murid" Tuhan Yesus. Inilah kisah kelahiran sekolah minggu yang pertama di dunia, yaitu di negara Inggris di salah satu distrik di Gloucester (abad ke 18).

Sekolah minggu Anak, merupakan salah satu wujud pelayanan khusus di antara anak-anak dengan tujuan membawa mereka untuk mengenal dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat mereka secara pribadi.

Dengan demikian sekolah minggu bukanlah:
- sekadar aktivitas untuk anak-anak pada hari minggu,
- sekadar kegiatan untuk anak-anak jemaat, atau
- sekadar memenuhi persyaratan minimal sebuah gereja, melainkan:

1. Sebuah wadah pembinaan iman dan program pendidikan rohani yang bersifat melaksanakan misi yang ditetapkan Tuhan Yesus Kristus kepada gereja-Nya. Dengan tujuan membawa anak-anak kepada pengenalan yang benar akan Tuhan dan membimbing anak-anak kepada iman yang dewasa di dalam Tuhan Yesus.

Karena itu, gereja tidak boleh merasa puas apabila telah memiliki "sejumlah besar" anak-anak sekolah minggu dan sejumlah "besar" guru sekolah minggu. Sebab harus dievaluasi apakah sejumlah besar anak-anak sekolah minggu itu kelak akan menjadi murid Tuhan Yesus yang sungguh-sungguh? Untuk itu, sangat dituntut adanya guru sekolah minggu yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan dan mengenal pengajaran Alkitab dengan benar. (Bukan sekadar sukarelawan.) Sering kali gereja menghadapi dan mengalami fakta "hilangnya" sejumlah besar anak-anak sekolah minggu setelah mereka beranjak ke usia remaja. Suatu kenyataan yang sering diperhitungkan sebagai sesuatu yang wajar. Padahal itu tidak akan terjadi bila gereja mau memberikan perhatian yang lebih sungguh-sungguh terhadap pelayanan sekolah minggu.

Memahami hakikat pelayanan sekolah minggu dengan benar akan mendorong gereja dan khususnya guru sekolah minggu untuk lebih bertanggung jawab melayani anak-anak yang telah diserahkan Tuhan kepada kita.

2. Sekolah minggu sebagai "ayah dan ibu asuh rohani".

Di tengah melesatnya kemajuan teknologi zaman ini, di mana alat-alat komunikasi berperan dalam segala bidang, sehingga tidak mustahil bagi seorang anak balita untuk menerima informasi yang tidak sesuai dengan usianya, di situlah muncul tantangan baru.

Berbagai macam permainan elektronik yang memikat dan mengikat hati seorang anak sehingga kuranglah waktu untuk berkomunikasi dengan ayah bunda. Masih ditambah dengan tuntutan yang cukup tinggi dalam dunia pendidikan bagi anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar sehingga menggeser kebutuhan dan mengurangi kesempatan untuk pendidikan rohani dalam kehidupan seorang anak. Belum lagi kesibukan yang tiada henti dalam kehidupan orang tua yang harus "bergulat" untuk mencukupkan sandang pangan di tengah dunia yang sarat dengan tantangan ini. Sehingga hampir kebanyakan orang tua Kristen "memasrahkan" pendidikan rohani anak-anak yang sesungguhnya menjadi tanggung jawab mereka, kepada gereja atau lebih tepatnya kepada guru sekolah minggu. Dalam keadaan sedemikian gereja melalui pelayanan sekolah minggu dipanggil untuk menjadi ayah dan ibu asuh rohani bagi anak-anak jemaat. Dapat kita bayangkan betapa beratnya tugas gereja dan guru sekolah minggu. Bukankah keadaan akan menjadi lebih parah dan sangat menyedihkan bila ternyata gereja dan sekolah minggu pun tidak dapat melaksanakan tugas yang mahapenting ini dengan baik.

3. Sekolah minggu hari ini, gereja pada masa mendatang.

Keadaan gereja pada waktu-waktu yang akan datang ditentukan oleh keadaan sekolah minggunya pada hari ini. Bila melalui pelayanan sekolah minggu dihasilkan "murid-murid" Yesus Kristus yang sejati dan memunyai dedikasi tinggi maka kita dapat mengharapkan jemaat yang dewasa dan gereja yang berkembang pada waktu-waktu yang akan datang. Tuhan Yesus mengutus gereja ke tengah dunia untuk melaksanakan misi agung-Nya yaitu: Menyinarkan terang Injil ke dalam dunia yang gelap karena di bawah kuasa dosa. Dunia membutuhkan pelayanan gereja, dunia menantikan terang Injil. Bila jemaat sebagai anggota gereja belum merupakan jemaat yang dewasa dalam kehidupan iman, bagaimanakah gereja dapat menjalankan tugasnya dengan baik? Gereja akan memunyai jemaat yang dewasa apabila melaksanakan pembinaan iman dan pengajaran Firman yang baik kepada jemaatnya dan memerhatikan pembinaan rohani di antara anak-anak sekolah minggu.

4. Sekolah minggu sebagai ladang penginjilan.

Kita mengetahui bahwa seorang anak lebih bersifat terbuka dan jujur dalam menerima pemberitaan Injil. Sesungguhnya, sekolah minggu merupakan ladang yang sangat subur untuk memenangkan jiwa, memenangkan seseorang semasa kanak-kanak, berarti kita memenangkan seluruh kehidupannya.

Pendeta Dwight L. Moody, seorang hamba Tuhan yang terkenal dalam pelayanan penginjilan pernah menyatakan bahwa "apabila ia memenangkan jiwa seorang yang sudah lanjut usia, ia memenangkan sisa umur hidupnya, tetapi apabila ia memenangkan jiwa seorang anak muda berarti ia memenangkan seluruh kehidupannya." Pernyataan ini sungguh tepat. Sebab apabila seorang anak sudah menyerahkan hidup kepada Tuhan Yesus sejak kecil, berarti ia akan berbakti dan melayani Tuhan seumur hidupnya.

5. Sekolah minggu berperan penting dalam pertumbuhan gereja.

Anak-anak memunyai kesanggupan untuk menjadi pemberita Injil yang baik. Mereka dengan senang hati dan penuh sukacita akan mengajak teman-teman dan saudara bahkan orang tuanya untuk mengikut Tuhan Yesus. Banyak orang tua menjadi pengikut Kristus karena kesaksian dan pelayanan anak-anak mereka. Murid sekolah minggu dari keluarga yang bukan Kristen dapat dibina dan dipersiapkan untuk menjadi pemberita Injil yang baik untuk memenangkan keluarganya. Dalam hal ini pelayanan sekolah minggu memunyai peranan yang sangat besar dan berarti untuk pertumbuhan gereja.

BAHAN MENGAJAR: SAMUEL, SEORANG ANAK YANG MELAYANI ALLAH

Bacaan Alkitab: 1 Samuel 1-7

Panduan Mengajar

Tujuan pelajaran:
1. Agar anak-anak memahami bahwa Tuhan dapat memanggil seorang anak kecil untuk melakukan pekerjaan Tuhan yang besar.

2. Mendorong anak untuk hidup seturut firman Tuhan agar mengetahui rencana dan panggilan Tuhan dalam hidup mereka.

3. Agar anak menjaga kehidupan yang kudus dan berkenan kepada Allah, sehingga mereka dapat dipakai Allah untuk melaksanakan panggilan Tuhan dalam hidup mereka.

Penyampaian Cerita: Sampaikan cerita kepada anak dengan bahasa yang menarik. Jangan membaca materi dalam bahan ini. Sampaikan cerita dengan pendalaman dan pemahaman yang benar dari firman Tuhan.

Hana, seorang wanita yang sangat baik menikah dengan Elkana, seorang pria yang sangat baik. Mereka berdua menyembah Tuhan dan baik kepada kepada orang lain. Tetapi ada sesuatu yang hilang dari hidup Hana. Dia menginginkan seorang anak. Ya, dia sangat menginginkan seorang bayi! Dia menunggu dan berdoa dan berharap dan terus menunggu. Tetapi sang bayi tidak pernah datang!

Setiap tahun, Hana pergi menyembah Tuhan di Bait Allah. Pada suatu tahun, dia berjanji jika Tuhan memberikannya seorang anak lelaki, dia akan memberikan anaknya untuk menjadi hamba Tuhan selama-lamanya.

Imam Eli melihat Hana berdoa. Dia berpikir Hana sedang mabuk karena bibirnya terus bergerak, tetapi tidak ada suara yang keluar. Eli menegur Hana!

Tetapi Hana mengatakan kepada Eli tentang keinginannya untuk memunyai anak dan janjinya kepada Tuhan. "Pergilah dalam damai," jawab Eli. "Dan Allah Israel akan memberikan kepadamu apa yang engkau minta dari pada-Nya." Perkataan Imam Eli memberi Hana harapan.

Saat itu sukacita mengisi hati Hana. "Tuhan mengingatnya" dan menjawab doanya. Dia dan Elkana memiliki seorang bayi yang diberi nama Samuel (yang berarti "Aku telah memintanya dari pada TUHAN"). Tetapi apakah Hana mengingat janjinya pada Tuhan?

Hana menghentikan kebiasaannya pergi ke Bait Allah tiap tahun. Ya, ampun! Apakah dia mengingkari janjinya pada Tuhan? Tidak, Hana menunggu sampai Samuel cukup besar untuk tinggal di Bait Allah dan dapat menolong Imam Eli dalam melayani Tuhan. Kemudian Hana membawa Samuel ke Bait Allah.

Tuhan menghargai kesetiaan Hana yang sangat besar. Setelah Samuel, Tuhan memberikan lagi kepada Hana 3 orang anak laki-laki dan 2 anak perempuan. Setiap tahun Hana pergi ke Bait Allah untuk menyembah Tuhan - dan untuk membawakan jubah baru yang dia buat untuk Samuel.

Bukan hanya Samuel saja yang bertugas membantu Imam Eli. Anak laki-laki Eli, Hofni dan Pinehas, juga bekerja di sana. Tetapi mereka tidak menghormati Tuhan dengan melakukan berbagai kejahatan, dan tidak pernah mau berubah walaupun Imam Eli sudah menegur mereka.

Suatu malam, Samuel mendengar ada suara memanggilnya. Samuel berpikir bahwa Eli yang memanggilnya. "Aku di sini," jawab Samuel. "Aku tidak memanggilmu," kata Eli. Hal ini terjadi sampai tiga kali. Kemudian Eli sadar bahwa Tuhan ingin berbicara dengan Samuel.

Imam Eli berkata kepada Samuel, "Jika Dia memanggilmu kembali, engkau harus berkata, 'Berbicaralah Tuhan, hamba-Mu mendengarkan.'" Tuhan kembali memanggil Samuel, dan memberikan Samuel sebuah pesan yang sangat penting.

Keesokan harinya, Eli memanggil Samuel. "Apakah yang Tuhan katakan padamu?" tanyanya. Samuel mengatakan segalanya kepada Imam Eli. Pesan itu adalah sebuah kabar buruk -- Tuhan akan menghancurkan seluruh keluarga Imam Eli karena Hofni dan Pinehas sangat jahat.

Peringatan Tuhan menjadi kenyataan. Saat pertempuran antara orang Filistin terjadi, kedua anak Eli yang sangat jahat itu membawa Tabut Allah. Akhirnya, orang Filistin merampas Tabut Allah, membunuh Hofni dan Pinehas juga orang Israel lainnya. Ketika Eli mendengar hal tersebut, dia jatuh dari tempat duduknya, batang lehernya patah, dan ia mati saat itu juga.

Tabut Allah membawa bencana kepada orang Filistin. Mereka menaruhnya di kuil Dagon, dewa mereka. Keesokan harinya, patung Dagon yang mereka idolakan itu jatuh dan wajahnya ke tanah. Orang Filistin mengembalikan patung Dagon kembali ke tempatnya -- tetapi keesokan harinya patung tersebut jatuh kembali. Kali ini patung Dagon terbelah menjadi dua.

Penyakit dan kematian melanda bangsa Filistin. Untuk melihat apakah memang Tuhan yang sedang menghukum mereka, orang Filistin mengambil kereta yang dipasang pada dua ekor lembu betina, dan tabut Allah diletakkan di atasnya. Mereka menjaga anak dari lembu betina itu supaya tidak mengikuti induk mereka. "Jika lembu itu menuju ke arah orang Israel, dan meninggalkan anak mereka, itu berarti Tuhanlah yang sudah melakukan hal ini pada kita," kata mereka. Dan berangkatlah lembu itu menuju Israel!

Kemudian Samuel, yang sekarang sudah dewasa, berkata kepada seluruh rakyat Israel. "Jika engkau kembali kepada Tuhan dengan segenap hatimu … Dia akan membebaskanmu dari tangan orang Filistin." Orang Israel taat kepada perintah Tuhan tersebut. Dan tangan Tuhan melawan orang Filistin selama kepemimpinan Samuel.

Pertanyaan Evaluasi:
1. Mengapa Imam Eli menganggap Hana mabuk?
2. Apakah Tuhan mengabulkan doa Hana?
3. Apa yang dilakukan Hana ketika Tuhan memberikan Samuel kepadanya?
4. Apa yang dikerjakan Samuel di Bait Allah?
5. Bagaimana cara Tuhan memanggil Samuel?
6. Apakah kamu juga ingin melayani Tuhan sejak kecil seperti Samuel?
7. Bagaimana caranya agar kamu dapat mengetahui kehendak Tuhan?
8. Apakah kamu mau melayani Tuhan dengan segenap hati dan jiwamu? Mengapa?

Penutup:
Tutuplah penyampaian firman Tuhan dengan doa:
1. Doakan agar Tuhan menolong anak-anak untuk dapat patuh dan taat akan firman Tuhan.
2. Doakan setiap anak yang sudah menjawab pertanyaan evaluasi dan mau dipakai Tuhan melayani Dia dengan sungguh-sungguh.
3. Mengucap syukur atas ibadah yang sudah berlangsung hari itu.